Kisah Al-Quran

Yang Dilakukan Nabi Zakaria Ketika Berdoa

foto: Pixabay
49views

Dalam Surah Maryam (19) ayat 3, Allah berfirman:

اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ نِدَاۤءً خَفِيًّا

yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.

Menyeru dan berdoa kepada Allah dengan suara lirih mengesankan bahwa ketika itu Nabi Zakaria sedang shalat. Ada juga yang mengatakan bahwa lirihnya suara beliau dikarenakan usia yang sudah sangat lanjut sehingga beliau tidak lagi kuat untuk mengangkat suaranya, sebagaimana yang beliau ucapkan sendiri yaitu dalam Surah Maryam (19) ayat 8:

وَّقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا

… sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.

Kembali lagi kepada doa Nabi Zakaria yang tercantum dalam Surah Maryam (19) ayat 4:

اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا

Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada engkau, ya Tuhanku.

BACA JUGA: Kisah Doa Nabi Zakaria yang Dikabulkan Ketika Shalat

Dari ayat tersebut dapat diperhatikan bagaimana Nabi Zakaria memperlihatkan kelemahannya dengan mengatakan bahwa seluruh tulangnya telah melemah dan kepalanya telah dipenuhi uban. Beliau hendak menampakkan kepada Allah bahwa beliau sudah berada di puncak kelemahan dan ketuaannya. Kemudian, perhatikan pula bagaimana beliau ber-tawasul dalam doanya dengan berhusnudzan kepada Allah. Seakan beliau mengatakan: “Ya Allah, selama ini engkau telah mengabulkan doaku dan telah memberi kepadaku banyak kenikmatan, dan tidak pernah sekalipun aku kecewa dengan pemberianmu ataupun putus asa dari mengharapkan pemberianmu. Maka ya Allah, sempurnakanlah pemberianmu kepadaku.” Selain erupakan bentuk husnudzan kepada Allah, ucapan “dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada engkau, ya Tuhanku” juga termasuk salah satu bentuk pujian yang tinggi kepada Allah.

Demikianlah adab para nabi ketika berdoa kepada Allah. Mereka benar-benar menampakan rasa butuh kepada Allah, dan juga tidak pernah sekalipun berburuk sangka kepada-Nya.

Selanjutnya, tertulis dalam Quran Surah Maryam (19) ayat 5:

وَاِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَّرَاۤءِيْ وَكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا ۙ

Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra.

Dalam ayat tersebut, Nabi Zakaria mengungkapkan kekhawatiran akan tidak adanya orang yang dapat mengurus kaum dan kerabat-kerabatnya sepeninggalnya, mengingat dirinya belum juga memiliki keturunan sementara dirinya sudah tua renta,dan istrinya juga tua dan mandul. Nabi Zakaria pun berdoa agar Allah mengaruniai seorang anak kepadanya.

BACA JUGA: Para Nabi Menyeru untuk Menyembah Allah

Ini adalah dalil bahwasanya ketika berdoa kepada Allah, seseorang diperbolehkan untuk menyebutkan secara terperinci kesulitan yang ia hadapi. Ketahuilah bahwa yang terpenting dalam perjuangan adalah kita berkonsentrasi memohon kepada Allah, dengan menangis di hadapan Allah dan merengek, karena sesungguhnya Allah menyukai hamba yang merengek di hadapan-Nya. Oleh karenanya, Allah sangat murka jika permintaan, kekhusyukan, dan menginginkan tersebut ditujukan kepada penghuni kubur atau jin.

Berikutnya, perhatikan bagaimana Nabi Zakaria baru menyebut permintaannya setelah memuji Allah dan menjelaskan semua keadaan dan kelemahannya.

Nabi Zakaria menyebutkan dalam doanya “dari sisi Engkau seorang Putra.” Mengapa beliau menyebutkan demikian, padahal sejatinya segala sesuatu memang datangnya hanya dari Allah? Bukankah Allah telah berfirman dalam Quran Surah An-Nahl (16) Ayat 53:

وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ

dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)….

Para ulama menjelaskan bahwa ini adalah isyarat bahwa yang beliau mohon adalah seorang anak yang spesial dari sisi Allah, yang kelak akan memanggul tanggung jawab yang amat besar karena dia akan mewarisi kenabian Nabi Zakaria dan mewarisi keluarga Nabi Yakub, sebagaimana yang akan disebutkan pada ayat setelah ini.

Jadi, terjelaskanlah bahwa tujuan permintaan Nabi Zakaria bukanlah perkara duniawi. Melainkan tujuan ukhrawi: seorang anak yang bisa mewarisi tanggung jawabnya sebagai nabi yang akan membimbing dan membina Bani Israil sepeninggalnya.

BACA JUGA: Alasan Mengapa Dinamakan Surah Maryam

Firman Allah dalam Surah Maryam ayat 6:

يَّرِثُنِيْ وَيَرِثُ مِنْ اٰلِ يَعْقُوْبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا

yang akan mewarisi aku dan mewarisi kebahagiaan keluarga Ya’qub: dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.

Terkait warisan yang disebutkan dalam ayat ini; walaupun ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah harta Nabi Zakaria, namun yang benar adalah bahwa yang dimaksud bukanlah warisan harta.

Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi Zakaria adalah seorang tukang kayu biasa, bukan seorang yang kaya raya.

Dan juga telah dijelaskan sebelumnya, bahwasanya Nabi Zakaria tidak sedang mencemaskan penerus hartanya. Terlebih lagi kebiasaan para Nabi adalah tidak pernah memikirkan penerus harta yang mereka miliki. Nabi Zakaria, layaknya para nabi-nabi lainnya, hanya mencemaskan nasib agama dan keselamatan umat sepeninggalnya.

Apa yang ditinggalkan para nabi tidaklah diwariskan, sebagaimana Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kami para nabi, kami tidak diwarisi (hartanya), apa yang aku tinggalkan setelah jatah bagi pekerjaku dan nafkah istri-istriku adalah sedekah.”

Jadi, warisan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Rasulullah, “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu, dan siapa saja yang berhasil meraihnya, sungguh ia telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar.”

BACA JUGA: Penjelasan Tentang Kesalahan dan Dosa Para Nabi: Tafsir Surah Asy-Syarh (94) Ayat 2

Ini pula warisan yang dimaksud dalam firman Allah dalam Quran surah An-Naml (27) ayat 16:

وَوَرِثَ سُلَيْمٰنُ دَاوٗدَ وَقَالَ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَاُوْتِيْنَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍۗ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِيْنُ

Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan ia berkata: “Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suatu burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.”

Yang dimaksud dalam ayat ini bukanlah harta, melainkan warisan ilmu dari kenabian. Sepeninggal Nabi Daud, Nabi Sulaiman pun diangkat oleh Allah menjadi nabi.

Setelah Nabi Zakaria berdoa kepada Allah dengan melakukan berbagai macam tawasul, akhirnya Allah mengabulkan doanya.[]

 

SUMBER: TAFSIR AT-TAYSIR

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response