Historia/Tarikh

Sejarah Perang Ahzab (Perang Khandaq): Pasukan Musyrik Didera Kebingungan

foto: unsplash
29views

Pasukan sekutu yang berkekuatan empat ribu personil tiba di Mujtamaul Asyal, di daerah Rumat, tepatnya antara Juruf dan Za’abah. Sementara itu, Kabilah Ghathafan dan penduduk Najd yang berkekuatan enam ribu personil tiba di Dzanab Naqami di dekat Uhud. Allah berfirman dalam Surah Al-Ahzab (33) ayat 22:

وَلَمَّا رَاَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْاَحْزَابَۙ قَالُوْا هٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَصَدَقَ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ ۖوَمَا زَادَهُمْ اِلَّآ اِيْمَانًا وَّتَسْلِيْمًاۗ

“Dan tatkala orang-orang Mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, ‘Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita’, dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.”

Akan tetapi, orang-orang munafik dan orang-orang yang berhati lemah langsung menggigil ketakutan ketika mereka melihat pasukan yang besar tersebut. Sehubungan dengan hal ini. Allah berfirman dalam Surah Al-Ahzab (33) ayat 12:

وَاِذْ يَقُوْلُ الْمُنٰفِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ مَّا وَعَدَنَا اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اِلَّا غُرُوْرًا

“Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada Kami melainkan tipu daya.’”

BACA JUGA: Sejarah Perang Ahzab (Perang Khandaq): Pembangunan Parit

Rasulullah ﷺ berangkat dengan kekuatan tiga ribu personil. Di belakang punggung mereka ada gunung Sal’un yang dapat dijadikan sebagai pelindung, sedangkan parit membatasi posisi mereka dengan pasukan musuh. Madinah diwakilkan kepada Ibnu Ummi Makhtum. Para wanita dan anak-anak ditempatkan di rumah khusus sebagai perlindungan bagi mereka.

Ketika orang-orang musyrik hendak melancarkan serbuan ke arah kaum Muslimin dan Madinah, ternyata mereka harus berhadapan dengan parit. Karena itu, mereka memutuskan untuk mengepung kaum Muslimin. Namun, mereka berangkat dari Mekkah bukan untuk pengepungan. Menurut mereka, penggalian parit tersebut merupakan siasat perang yang sama sekali belum dikenal di masyarakat Arab. Karena itu, mereka juga tidak pernah memperhitungkannya sama sekali. Orang-orang musyrik hanya bisa berputar-putar di dekat parit dengan kemarahan yang menggelegak. Mereka terus mencari-cari titik lemah yang bisa dimanfaatkan.

Orang-orang Muslim terus-menerus mengawasi gerakan musuh yang berputar-putar di seberang parit sambil melemparkan anak panah agar mereka tidak sampai mendekati parit bila mereka nekat akan menyeberang atau menimbunnya dengan tanah lalu menjadikannya sebagai jalur penyeberangan.

BACA JUGA: Sekilas Tentang Peperangan Pada Masa Rasulullah

Para penunggang kuda dari pasukan Quraisy merasa jengkel karena hanya diam di sekitar parit tanpa ada kejelasan bagaimana kelanjutan dari pengepungan itu. Cara seperti ini sama sekali bukan kebiasaan mereka. Lalu, muncul sekelompok orang di antara mereka, seperti Amir bin Abdi Wudd, Ikrimah bin Abu Jahal, Dhirar bin Al-Khaththab, dan lain-lainnya yang mendapatkan lubang parit yang lebih sempit. Mereka terjun melewati bagian parit ini, lalu memutar kuda mereka ke bagian yang agak lembab, antara parit dan gunung Sal’un.

Ali bin Abu Thalib bersama beberapa orang Muslim langsung mengepung daerah yang dapat dilewati beberapa orang musyrik itu. Amr bin Abdi Wudd menantang untuk adu tanding, satu lawan satu. Tantangannya ini diladeni Ali bin Abu Thalib, dan Ali juga melontarkan ungkapan yang membuat Amr sangat marah. Amr yang termasuk salah seorang prajurit musyrikin yang pemberani dan pahlawan mereka, turun dari kuda sambil mengumpat kudanya sendiri dan menempeleng mukanya. Kemudian, dia berhadapan dengan Ali. Keduanya berputar-putar lalu bertanding dengan seru hingga Ali dapat membunuhnya. Sementara yang lain juga merasa terdesak lalu mereka terjun ke parit dan melarikan diri. Mereka benar-benar ketakutan, bahkan Ikrimah bin Abu Jahal meninggalkan tombaknya.

Beberapa hari sudah berlalu dan orang-orang musyrik terus berusaha melewati parit atau membuat jalur penyeberangan. Tetapi, kaum Muslimin senantiasa melakukan perlawanan dan menyerang mereka dengan anak panah sehingga mereka gagal melakukan usaha ini.

Karena terlalu sibuk menghalau orang-orang musyrik yang berusaha menyeberang parit, beberapa shalat fardhu tidak sempat dikerjakan Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin. Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari Jabir bahwa Umar bin Al-Khaththab muncul pada waktu Perang Khandaq, lalu dia terus-menerus mengolok-olok orang-orang kafir Quraisy. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, hampir saja aku lupa tidak mengerjakan shalat (Asar), padahal matahari hampir terbenam.” Beliau menjawab, “Aku pun belum mengerjakannya.”

Kemudian, kami turun membawa alat pembuat tepung. Beliau wudhu dan begitu juga kami. Beliau shalat Asar setelah matahari terbenam. Setelah itu langsung disusul dengan shalat Maghrib.

Nabi merasa menyesal karena tidak bisa menunaikan beberapa shalat. Bahkan, beliau mendoakan kebinasaan bagi orang-orang musyrik karena gara-gara merekalah shalat beliau tidak sempat dilaksanakan. Di dalam riwayat Al-Bukhari dari Ali dari Nabi ﷺ, beliau bersabda pada waktu Perang Khandaq, “Semoga Allah memenuhi rumah dan kuburan mereka dengan api, sebagaimana mereka telah membuat kita sibuk dan tidak sempat mendirikan shalat Asar hingga matahari terbenam.”

Di dalam Musnad Ahmad dan Asy-Syafi’i disebutkan bahwa orang- orang musyrik itu membuat mereka sibuk hingga tak sempat mendirikan shalat Zuhur, Asar, Magrib dan Isya’. Lalu beliau mengerjakan semua shalat itu secara sekaligus.

An-Nawawi mengatakan, “Cara mengompromikan dua riwayat yang berbeda ini bahwa Perang Khandaq berjalan selama beberapa hari. Jamak yang pertama (Magrib dan Isya’) dilakukan pada satu kesempatan, sedangkan jamak yang kedua (Zuhur. Asar, Magrib dan Isya’) dilakukan pada kesempatan lain lagi.”

BACA JUGA: Al-Quran Berbicara Tentang Masalah Perang

Dari sini dapat disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan orang-orang musyrik untuk menyeberangi parit dan upaya kaum Muslimin menahan mereka berjalan hingga beberapa hari. Karena ada parit yang menghalangi kedua pasukan, tidak sampai terjadi pertempuran dan adu senjata secara langsung. Peperangan terbatas hanya dengan melepaskan anak panah. Meski demikian, ada beberapa orang dari kedua belah pihak yang menjadi korban, yaitu enam orang dari kaum Muslimin dan sepuluh kaum musyrikin. Di samping itu, ada satu atau dua orang yang terbunuh karena tebasan pedang.

Dalam usaha melakukan serangan dengan melepaskan anak panah tersebut, Sa’ad bin Mu’adz juga terkena hujaman anak panah hingga memutuskan urat lengannya. Yang melepaskan anak panah hingga mengenainya adalah seorang laki-laki dari Quraisy yang bernama Habban bin Qais bin Al-Ariqah.

Saat itu pula Sa’ad memanjatkan doa, “Ya Allah, Engkau tahu bahwa tak seorang pun yang lebih kucintai daripada berjihad karena-Mu, melawan orang-orang yang mendustakan Rasul-Mu dan yang telah mengusirnya. Ya Allah. aku mengira Engkau telah menghentikan peperangan antara kami dan mereka. Jika memang Engkau masih menyisakan sedikit peperangan melawan orang-orang Quraisy, berikanlah sisa kehidupan kepadaku untuk menghadapi mereka agar aku bisa memerangi mereka karena-Mu. Jika memang Engkau sudah menghentikan peperangan, kobarkanlah lagi peperangan itu agar aku bisa mati dalam peperangan.” Pada akhir doanya, dia berkata, “Janganlah Engkau mematikan aku hingga aku merasa senang setelah memerangi Bani Quraizhah.”

SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Penulis: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakafuri, Penerbit: Ummul Qura

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response