Ibrah

Sekilas Tentang Peperangan Pada Masa Rasulullah

foto: Pixabay
30views

Apabila kita mengamati peperangan yang dilakukan Rasulullah ﷺ dan pengiriman satuan pasukan yang beliau lakukan, tidak ada pilihan bagi kita dan siapa pun yang bisa mengamatinya, melainkan mengatakan bahwa beliau adalah komandan militer terbesar di dunia. Beliau adalah yang paling benar, paling tajam kekuatan firasatnya, dan paling teliti. Beliau memiliki kecerdikan yang benar-benar unggul dalam masalah ini, sesuai dengan kedudukan beliau sebagai pemimpin manusia dan para rasul.

Beliau tidak terjun ke satu medan pertempuran pun melainkan pasti menampakkan tekad yang bulat, keberanian, dan kejelian. Karena itu, beliau tidak pernah mengalami kegagalan karena salah dalam mengambil suatu kebijaksanaan, mengatur pasukan, menyusun strategi, menentukan tempat, dan menetapkan bentuk serangan. Bahkan, bisa dikatakan bahwa beliau memiliki pola kepemimpinan tersendiri yang tidak pernah dikenal dunia.

BACA JUGA: Kisah Perang Uhud

Adapun peristiwa yang terjadi dalam Perang Uhud dan Hunain lebih disebabkan kelemahan di dalam diri anggota pasukan atau karena mereka membangkang perintah beliau serta menyalahi perintah beliau. Pada saat kaum Muslimin mengalami kekalahan dalam dua peperangan tersebut, kecerdikan dan keteguhan beliau justru semakin terlihat jelas dalam menghadapi musuh. Kebijakan beliau yang sangat matang dapat menggagalkan musuh, seperti yang terjadi dalam Perang Uhud. Kepiawaian tersebut juga terlihat ketika beliau dapat membalik keadaan dari kekalahan menjadi kemenangan, seperti dalam perang Hunain. Padahal, perkembangan situasi yang seperti itu biasanya akan mengakibatkan pengaruh yang sangat buruk terhadap mental seseorang dan akhirnya tidak menyisakan keselamatan sama sekali setelah itu.

Ini jika dilihat dari sisi pandang kepemimpinan militer secara murni. Namun, jika dilihat dari sisi-sisi yang lain, dengan berbagai peperangan itu beliau dapat menciptakan stabilitas keamanan dan kedamaian, memadamkan bara fitnah, menuntaskan permusuhan antara Islam dan paganisme, menuntun manusia kepada kemaslahatan, membuka jalan bagi penyebaran dakwah, dapat mengenali dan menyingkap orang-orang yang ikhlas dari orang-orang yang menyembunyikan kemunafikan, serta dapat membungkam berbagai bentuk pengkhianatan.

Beliau mampu memunculkan beberapa tokoh dan komandan pasukan yang siap berhadapan dengan pasukan Persia dan Romawi di berbagai pertempuran di Irak dan Syam setelah itu. Mereka ini pun dapat mengungguli musuh dalam masalah strategi perang dan memutar roda pertempuran sehingga mereka bisa menguasai tanah musuh, harta benda, kebun-kebun, tempat tinggal, dan kekayaan yang melimpah ruah.

BACA JUGA: Kisah Perang Badar

Dengan peperangan itu pula Rasulullah ﷺ mampu membuka lahan tempat tinggal dan lapangan pekerjaan bagi kaum Muslimin hingga dapat memecahkan berbagai masalah yang mereka hadapi saat datang ke Madinah tanpa membawa harta dan tanpa memiliki tempat tinggal. Perlengkapan perang, senjata, dan anggaran belanja untuk keperluan ini juga tersedia, yang semuanya dapat diwujudkan tanpa ada sedikit pun kezaliman dan ketidakadilan terhadap hamba Allah.

Beliau telah merombak tujuan dan sasaran perang yang sebelumnya dicita-citakan oleh masyarakat jahiliyah. Sebelumnya, peperangan merupakan ungkapan tentang aksi perampasan penjarahan pembunuhan, kezaliman, ketidakadilan, kebencian, permusuhan, pelampiasan dendam, perburuan keuntungan dengan cara apa pun, pembinasaan pihak yang lemah, pengaturan segala yang ada, penghancuran bangunan, pelanggaran kehormatan wanita, kekasaran terhadap pihak yang lemah dan anak-anak, perusakan tanaman dan keturunan, dan perwujudan kerusakan di muka bumi. Adapun peperangan dalam Islam adalah jihad untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang mulia, terpuji, dan kemaslahatan secara menyeluruh untuk mengangkat kedudukan sosial di segala tempat dan zaman. Peperangan dalam Islam adalah jihad untuk membebaskan manusia dari tatanan yang menggambarkan tekanan dan permusuhan. Tekanan yang adil ialah mengubah dari suatu tatanan yang di dalamnya orang yang kuat menindas orang yang lemah, menjadi tatanan yang di dalamnya orang yang kuat justru menjadi orang yang lemah sehingga ada sesuatu yang bisa diambil darinya.

Peperangan dalam Islam adalah jihad untuk membebaskan orang-orang yang lemah dari kaum laki-laki, wanita, dan anak-anak yang tidak mempunyai posisi di tengah kehidupan sosial yang zalim. Peperangan dalam Islam adalah jihad untuk membersihkan bumi Allah dari pengkhianatan, pelanggaran, kejahatan, dan permusuhan hingga menjadi bumi yang penuh dengan keamanan, ketenangan, kedamaian, kehangatan kasih, dan perlindungan terhadap hak serta kesucian.

Dalam peperangan juga ada aturan-aturan yang mengikat setiap prajurit dan komandannya. Mereka tidak boleh keluar dari aturan-aturan ini. Sulaiman bin Buraidah meriwayatkan dari ayahnya yang berkata, “Jika Rasulullah ﷺ menunjuk seseorang sebagai komandan pasukan atau satuan-pasukan yang dikirim ke medan perang, beliau memberinya nasihat secara khusus agar bertakwa kepada Allah dan menyampaikan nasihat yang baik kepada kaum Muslimin kemudian bersabda, ‘Berperanglah di jalan Allah dengan menyebut nama Allah. Perangilah orang yang kufur kepada Allah. Bertempurlah kalian. Janganlah melampaui batas. Janganlah melanggar perjanjian. Dan, janganlah membunuh anak-anak….’”

Beliau juga menceritakan untuk mencari cara yang lebih mudah dengan bersabda, “Carilah cara yang mudah dan jangan mempersulit. Ceritakanlah ketenangan dan janganlah membuat mereka lari.”

BACA JUGA: Al-Quran Berbicara Tentang Masalah Perang

Jika beliau mendatangi suatu musuh pada malam hari, maka beliau tidak menyambung mereka hingga keesokan harinya. Beliau melarang keras untuk melakukan pembakaran, membunuh anak-anak, membunuh dan menyiksa wanita, serta melarang merampas. Beliau juga melarang perusakan terhadap tanaman, dan keturunan, melarang menebangi pohon kecuali jika sangat diperlukan sebagai siasat perang dan tidak ada pilihan lain. Beliau bersabda saat menaklukkan Mekkah, “Janganlah sekali-kali engkau memaksa orang yang terluka, jangan mengejar orang yang melarikan diri, dan jangan membunuh tawanan.”

Beliau menegaskan larangan membunuh orang-orang yang terikat dalam perjanjian, dengan bersabda, “Barang siapa membunuh orang yang terikat dalam perjanjian, dia tidak akan mencium bau surga. Sesungguhnya bau surga itu tercium dari jarak perjalanan selama 40 tahun.” Masih banyak aturan-aturan lain yang dapat membersihkan peperangan dari noda-noda jahiliyah. Peperangan itu dijadikan sebagai jihad yang suci.[]

 

SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad , Penulis: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Penerbit: Ummul Qura

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response