Kisah

Ringkasan Kisah Pemilik Dua Kebun

Foto: Pixabay
30views

Dalam Surah Al-Kahfi (18) ayat 32-46, Allah menceritakan perumpaan melalui kisah pemilik dua kebun. Kisah pemilik dua kebun ini mengemukakan dua pandangan berbeda tentang kehidupan dan fenomenanya yaitu sebagai berikut.

Pertama, pandangan seorang laki-laki Mukmin yang tidak memiliki sedikit pun fenomena kemegahan dunia, tetapi berpegang teguh pada keimanan dan keislamannya.

Kedua, pandangan seorang laki-laki kafir yang diberikan nikmatnya berupa dua kebun indah dan taman yang luas, yaitu kebun anggur dan kurma yang ditanam di antara pepohonan. Allah telah memerintahkan kedua kebun itu untuk menghasilkan buah dan makanan bagi pemiliknya yang kafir sehingga kedua pohon itu menuruti perintah Allah lalu mati dan tidak ada satu buah pun yang tersisa. Laki-laki kafir ini amat mencintai dunia dan perhiasannya serta mengira bahwa itu adalah segalanya. Dia melupakan Allah dan Hari Akhir. Dia berlaku sombong dan takabur terhadap sahabatnya yang Mukmin serta menganggap dirinya lebih utama daripada laki-laki Mukmin itu, baik di sisi manusia maupun di sisi Allah.

Dalam sebuah perdebatan di antara mereka, dia berkata, yaitu “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat”. Pendapatnya ini dikemukakan karena dia memandang kemuliaan dan keutamaan berdasarkan harta dan kesenangan, sedangkan dia orang yang paling banyak memiliki harta dan kesenangan serta pengikutnya paling banyak dan dianggap sebagai orang yang paling mulia. Suatu ketika dia pergi dan masuk ke kebun miliknya. Sebagaimana diketahui, Dia adalah seorang yang zalim dan kufur. Dia mengira kebun dan segalanya itu akan kekal. Baginya, tidak ada kebangkitan dan Hari Kiamat lalu dia berkata, yaitu “Aku mengira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, Hari Kiamat tidak akan datang.”

BACA JUGA: Perumpamaan Dua Lelaki dan Dua Kebun Anggur

Dia berkata, “Seandainya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti akan mendapatkan tempat kembali yang lebih baik daripada kebun ini.” Seandainya ada kebangkitan dan kehidupan kembali lalu aku kembali kepada Tuhanku, aku akan berada di sisi-Nya dengan kemuliaan dan keutamaan. Bahkan, di sana, Tuhanku akan memberiku yang lebih baik daripada kebun ini. Di dunia, Dia telah memuliakan dan memberiku kebun ini karena aku layak mendapatkan kemuliaan dari kenikmatan ini. Dengan demikian, Tuhanku akan memberiku kebaikan yang banyak di sana seandainya aku dikembalikan kepada-Nya.”

Di sisi lain, temannya yang Mukmin tetap berpegang teguh dengan pandangan keimanannya dan tidak tertipu oleh kekayaan yang dimiliki temannya yang kaya dan kufur itu. Tidak ada rasa gentar dan takut di hadapan laki-laki kufur itu, Bahkan sebaliknya, dia tidak mendiamkannya. Dia berkata kepadanya dengan tutur kata seorang Muslim yang tegas, jelas, dan bijak. Dia berkata, “Apakah engkau ingkar kepada (Tuhan) yang menciptakanmu dari tanah lalu dari tetes air mani dan Dia menjadikanmu seorang laki-laki yang sempurna? Akan tetapi, aku (mempercayai bahwa) Dia-lah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seseorang pun dengan Tuhanku.”

Laki-laki Mukmin itu menasihati temannya yang kufur tentang kemuliaan Allah agar tidak terlena dengan fenomena dunia yang semu. Dia berkata kepadanya, “Seandainya engkau mengucapkan, ‘Masya Allah, laa quwwata illa Billah, ketika memasuki kebunmu”. Kemudian, dia memperingatkan akibat dari kekufurannya serta terlenanya kepada kebun beserta isinya yang laki-laki itu miliki.

Sesungguhnya Allah berkuasa untuk membinasakan dan menghancurkan kedua kebun itu sebagai akibat dari kekufuran laki-laki itu. Kemudian, Allah memerintahkan petir untuk menghancurkan kebunnya, melenyapkan anggur, kurma, dan ladang-ladang yang terdapat di dalamnya sehingga semuanya berubah menjadi debu yang halus. Sungai yang terletak di antara dua kebun itu lenyap ditelan Bumi atas perintah Allah. Apakah dia mampu mengembalikannya? Allah menghukum orang kafir itu akibat kekufurannya, mencabut nikmat darinya, dan mengirimkan petir untuk menghancurkan yang ada dalam kebunnya.

Sebagaimana dikatakan oleh temannya yang Mukmin itu, laki-laki kafir tersebut pun menyesal. Pada saat penyesalannya tidak berguna lagi, dia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap hal yang telah dibelanjakan untuk itu. Akan tetapi, setelah semua itu roboh bersama para-paranya, orang kafir itu berandai-andai, sekiranya dahulu dia menjadi seorang Mukmin yang bersyukur kepada-Nya, lalu berkata, “Aduhai, seandainya saja dahulu aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhanku.”

Demikianlah kisah dua orang laki-laki, yaitu seorang Mukmin bijaksana dan seorang kafir sombong, yang memuat kisah yang jelas tentang keimanan sebagai cahaya peringatan dan pelajaran. Al-Quran menerangkan tentang kisah itu bahwa orang kafir tersebut akan rugi dan binasa ketika Allah menjatuhkan azab kepadanya dan kedua kebunnya. Tidak ada segolongan kekuatan ataupun pelindung yang dapat menolong dan melindunginya dari azab Allah.

BACA JUGA: Perumpamaan Allah tentang Dua Orang Lelaki

Oleh karena itu, dia hancur dan binasa, tidak dapat membela dirinya. Pertolongan itu hanya dari Allah. Kemenangan dan Kebahagiaan akan diperoleh bagi siapa saja yang tetap bersama Allah serta menjadikannya sebagai pelindung dan penolong. Orang yang mencintai Allah tidak akan menganggap perhiasan dunia sebagai segala sesuatu baginya.

Cukup Allah yang memberikan keimanan, keyakinan, kepercayaan, isti’la (ketinggian), kebahagiaan, kepandaian dalam membawa diri, dan ketenangan jiwa kepadanya. Ini seperti laki-laki Mukmin yang berbicara dan membantah laki-laki kafir yang sombong. Dunia beserta isinya pasti musnah, kesenangan dunia, harta, dan anak-anak adalah perhiasan dunia. Perhiasan akan segera lenyap seperti lenyapnya kedua kebun laki-laki kafir itu.

Amalan yang kekal dan saleh lebih baik pahalanya di sisi Tuhan dan lebih baik untuk dijadikan harapan, seperti yang diperoleh laki-laki Mukmin yang bijaksana itu. Bagi manusia, kecuali harus memilih salah satu dari kedua contoh ini, yaitu contoh laki-laki Mukmin yang bijaksana atau contoh laki-laki kafir yang sombong dan tidak puas dengan nikmat Allah. Dengan memilih salah satunya, kita semua harus menanggung dampak yang dipilih setelah mengetahui dampak dari keimanan dan kekufuran tersebut.[]

SUMBER: KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN: Orang-Orang yang Dimuliakan dan Dihinakan Allah, Penulis: Shalah Abdul Fattal Al-Khalidi, Penerbit: Gema Insani.

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response