Kisah Al-Quran

Penjelasan tentang Kisah Ya’juj dan Ma’juj (Bagian Kedua dari Tiga Tulisan)

Foto: Unsplash
24views

Dalam bagian pertama telah dijelaskan tentang Ya’juj dan Ma’juj dalam Al-Quran, asal kata Ya’juj dan Ma’juj, dan negeri asal Ya’juj dan Ma’juj. Dalam bagian kedua ini akan kembali dijelaskan hal lain terkait dengan kisah Ya’juj dan Ma’juj.

Keempat, tujuh periode keluarnya Ya’juj dan Ma’juj

Kami menetapkan bahwa Ya’juj dan Ma’juj menetap di wilayah Mongolia, Turkistan, Cina, dan Rusia. Namun, apakah mereka telah keluar sebelumnya atau apakah mereka tidak pernah keluar, kecuali saat Hari Kiamat tiba? Sekelompok ulama berpendapat bahwa mereka hanya satu kali keluar, yaitu menjelang datangnya Hari Kiamat. Namun, para peneliti dan kalangan ulama menegaskan bahwa Ya’juj dan Ma’juj akan keluar beberapa kali, dan terakhir yang paling menghancurkan adalah menjelang datangnya Hari Kiamat sebagaimana telah ditetapkan dalam hadis sahih. Para ulama menyebutkan tujuh periode keluarnya mereka.

BACA JUGA: Penjelasan tentang Kisah Ya’juj dan Ma’juj (Bagian Pertama dari Tiga Tulisan)

Abu Al-Kalam Azad menyebutkannya, yakni sebagai berikut:

  • Masa prasejarah atau kira-kira 500 ribu tahun, yaitu ketika mereka menyerang daratan Cina dan mengancam kebudayaan kuno mereka dengan menyerang melalui Gurun Gobi.
  • Periode awal sejarah atau antara 1500-1000 SM. Gelombang penyerangan mereka dimulai dari arah timur laut lalu ke daratan Cina, pegunungan Asia Tengah, Mongolia, hingga Turkistan. Kemudian, penyerangan itu dihentikan dan mereka berkonsentrasi pada pertanian.
  • Dimulai akhir tahun 1000 SM. Kabilah itu menyerang wilayah Laut Kazwin, Laut Hitam, bagian utara Kaukasus, dan antara Sungai Danube dan Folija. Di antara kabilah itu, orang Yunani menamakannya Sei Tahin, telah menyeberangi Celah Darial di Pegunungan Kaukasus untuk menyerang peradaban Nainawai pada akhir tahun 700 SM. Konon, penyerangan orang Mongolia terhadap Nainawal ini mempunyai pengaruh langsung terhadap jatuhnya peradaban Asyuriyah, sebagaimana dijelaskan Herodotus (bapak sejarah Yunani).
  • Pada tahun 500 SM, yaitu ketika para kabilah Sei Tahin menyerang wilayah Asia Barat dengan menyeberangi Celah Darial. Kemudian, Dzulqarnain—Kursy (Raja Persia)—membangun tembok di selat tersebut untuk mencegah penyerangan Ya’juj dan Ma’juj serta mengamankan negara-negara itu selama beberapa waktu.
  • Pada tahun 300 SM, yaitu ketika kabilah Ya’juj dan Ma’juj mulai bergerak menuju wilayah timur untuk menyerang kekaisaran Cina. Sejarahwan Cina menamakan para kabilah ini Hyung Hua. Pada masa ini, kekaisaran Cina membangun Shin Huang Tie, yaitu Tembok Cina yang besar untuk menahan serangan mereka. Pembangunan tembok itu dimulai pada tahun 264 SM dan selesai selama 10 tahun. Usaha ini berhasil menahan penyerangan Ya’juj dan Ma’juj terhadap Cina. Orang-orang menyangka bahwa Tembok Cina adalah benteng yang dibangun Dzulqarnain, tetapi ini tidaklah benar. Tembok Dzulqarnain dibangun di Celah Darial untuk menahan penyerangan Ya’juj dan Ma’juj yang keempat, sedangkan Tembok Cina yang panjang ini dibangun untuk membalas penyerangan Ya’juj dan Ma’juj yang kelima. Tampaknya kekaisaran Cina memanfaatkan Kursy untuk menghentikan penyerangan-penyerangan Ya’juj dan Ma’juj. Oleh karena itu, dibangunlah Tembok Cina itu.
  • Pada abad 4 M, yaitu ketika serangan Ya’juj dan Ma’juj mengarah ke Eropa di bawah pemimpin mereka, yaitu Attila. Mereka telah berhasil menyerang Romawi, masuk ke ibu kotanya (Roma), lalu mereka menghancurkannya. Dengan itu, mereka menguasai peradaban Romawi dan berlanjut selama bertahun-tahun.
  • Pada abad 12 M atau 7 H, yaitu dipimpin Genghis Khan, pasukan Ya’juj dan Ma’juj menyerang kerajaan-kerajaan Islam di Barat serta menguasai dan menghancurkannya. Kemudian, cucunya, Hulagu Khan, berhasil memasuki ibu kota kekhalifahan Baghdad dan menghancurkannya pada tahun 656 H.

BACA JUGA: Kisah Dzulqarnain dalam Al-Quran

Kelima, Genghis Khan dan Hulagu Khan termasuk Ya’juj dan Ma’juj

Sebagian ahli sejarah dan ahli tafsir berpendapat bahwa Mongol atau Tartar adalah golongan Ya’juj dan Ma’juj serta menyimbolkan salah satu periode keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, yaitu periode ketujuh. Pendapat ini mungkin saja benar dan tidak aneh. Konon, peristiwa keluarnya Mongol atau Tartar—atau Ya’juj dan Ma’juj—sangat dahsyat dan kejam. Penyerangan mereka terhadap negeri-negeri Muslim sangat brutal dan merusak serta bekas-bekasnya sangat jelas.

Keenam, Ibnu Atsir dan masa itu

Seorang sejarahwan, yang bernama Ibnu Atsir, hidup pada permulaan masa keluarnya Ya’juj dan Ma’juj untuk menyerang kaum Muslimin. Penghancuran mereka terhadap kerajaan-kerajaan Islam di timur. Dia telah merekam dalam kitabnya, Al-Kamil fi At-Tarikh, berbagai perbuatan dan keganasan mereka dengan kata-kata menyedihkan yang mencerminkan perasaan dan kekhawatirannya terhadap masa depan Islam dan kaum Muslimin.

Namun, dia wafat sebelum datangnya Hulagu Khan, yaitu tahun 630 H. Kita tidak mengetahui apakah Ibnu Atsir menyaksikan kejatuhan Baghdad dan kehancurannya lalu bagaimana buku sejarah tersebut mengungkap peristiwa mencekam itu dan pendapatnya sebagai seorang sejarahwan, sastrawan, dan penyair yang penuh perasaan. Buku sejarahnya, Al-Kamil, dianggap sebagai sebuah rujukan pokok tentang awal peristiwa keluarnya Genghis Khan, khususnya pada 10 tahun pertama dari peristiwa itu.

Hal terbaik dalam tulisan Ibnu Atsir adalah kitabnya itu bukan sekadar sebuah rekaman sejarah, melainkan juga ditulis dengan penuh perasaan. Terkadang, kitab tarikh (sejarah) yang ditulis dengan penuh perasaan akan membuat pembaca seakan-akan melihat di hadapannya tokoh yang sedih dan menderita. Ibnu Atsir menyampaikan berbagai pelajaran dan petunjuk dalam tulisannya serta mengemukakan sunnah Rabani kemasyarakatan (ketetapan Ilahi) yang terkandung dan tecermin dalam peristiwa sejarah sehingga peristiwa itu menjadi bukti ilmiah. Ibnu Atsir juga mengumpulkan bukti tersebut dari sumber yang masih hidup, yakni yang pernah mengalami masa itu serta mendapat pengaruhnya dan merasakannya. Dengan itu, sumber yang digunakan adalah orang hidup yang diambil dari medan pertempuran sehingga seakan-akan berada di medan peperangan atau menjadi wartawan perang.

BACA JUGA: Kisah Termasyhur tentang Dzulqarnain

Ketujuh, awal pemerintahan Genghis Khan dan peperangannya terhadap kaum Muslimin

Ya’juj dan Ma’juj mulai keluar pada periode ketujuh tahun 616 H. Mereka tinggal di wilayah Mongolia, tepatnya di Gunung Tomgoj. Mereka mempunyai seorang raja yang bernama Uzbek Khan. Di antara para pembesarnya, terdapat seorang pemuda bernama Tomjeney. Orang-orang yang dengki kepadanya menyebarkan cerita bohong kepada raja sehingga raja menyingkirkannya ke tempat terpencil. Kemudian, Tomjeney pun memberontak kepada Uzbek Khan dengan membentuk satu pasukan untuk memeranginya. Dia berhasil mengalahkan dan membunuh raja tersebut, lalu mengangkat dirinya sebagai raja dan mengganti namanya menjadi Genghis Khan.

Genghis Khan memerintah sejak tahun 599 H dan menguasai seluruh wilayah. Kemudian, dia pun mengarahkan serangannya ke negeri-negeri Islam di Barat. Setelah itu, dia menantang raja kaum Muslimin di negeri-negeri Timur, yaitu Khawarizim Syah, pada tahun 616 M, dan mengalahkannya. Akhirnya, Khawarizim Syah wafat pada tahun 617 H. Kemudian, satu per satu, Genghis Khan menyapu bersih negeri-negeri kaum Muslimin. Genghis Khan terus memerangi negara-negara Islam serta membunuh dan menghancurkannya sampai akhirnya dia meninggal pada tahun 624 H.96 Peperangan antara Tartar dan kaum Muslimin terus berlanjut setelah Genghis Khan wafat, bahkan sampai pada cucunya, yaitu Hulagu Khan, menjadi raja. Dia lebih kejam dalam memerangi kaum Muslimin. Hulagu Khan mempersiapkan sekelompok pasukan tentara dari Tartar–Ya’juj dan Ma’juj—yang berjumlah sekitar 200 ribu tentara. Sementara itu, jumlah tentara Muslim di Baghdad kurang dari 10 ribu.

Kedelapan, kejatuhan Baghdad dan pembunuhan khalifah

Hulagu Khan dan tentaranya sampai di Baghdad. Mereka mengepung kota itu pada 12 Muharram 656 H. Salah seorang menteri dari golongan Rafidhiyah, yaitu Ibnu Alqami, yang menjabat sebagai kepala kabinet dan penasihatnya. Sementara itu, dari golongan Isma’iliyah yang jahat, yaitu Nashirudin Ath-Thausi, mempunyai peranan penting dalam melemahkan tentara Muslim dan meminta Hulagu Khan masuk ke Baghdad dengan menghubunginya secara rahasia. Kemudian, Ya’juj dan Ma’juj mengepung Baghdad lalu masuk ke Baghdad pada akhir Muharram 656 H.

Hulagu Khan memerintahkan tentaranya untuk membunuh penduduk Baghdad dengan cara menghunuskan pedang kepada mereka selama 40 hari. Terdapat banyak versi tentang jumlah kaum Muslimin yang terbunuh di Baghdad. Ada yang mengatakan bahwa jumlah mereka sekitar 800 ribu, ada yang mengatakan satu juta 800 ribu, dan ada juga yang mengatakan jumlah mereka adalah dua juta. Hulagu Khan telah membunuh seorang khalifah Muslimin, yakni al-Mustashim Billah, pada bulan Shafar tahun 656 H.

Kesembilan, Ainu Jalut serta pembunuhan Ya’juj dan Ma’juj

Hulagu Khan beserta tentara Mongol bertolak dari Baghdad menuju Syam lalu menduduki Aleppo untuk menghancurkan dan membunuh penduduknya. Sementara itu, terjadilah pertentangan di wilayah timur antara seorang panglima dan pasukannya. Kemudian, Hulagu Khan pun bertolak ke sana. Di Syam, kepemimpinan tentara Mongol dipegang Kitbagha. Kemudian, kaum Muslimin bersiap menghadapi Kitbagha dan pasukannya. Mereka dipimpin Al-Muzhafar “Quthuz” dan Azh-Zhahir “Baibars”. Kedua pasukan ini bertemu di Ainu Jalut. Peperangan sengit itu dimulai pada Jum’at, 25 Ramadhan 658 H, dua tahun setelah jatuhnya Baghdad. Peperangan makin sengit.

Konon, peperangan tersebut merupakan peperangan yang paling keras dan sengit. Kemudian, Quthuz meneriakkan kemenangan, “Wa islaamahu.” Allah membukakan kemenangan untuk kaum Muslimin dan mengalahkan tentara Mongol. Setelah itu, salah seorang pemimpin, yaitu Jamaluddin Aqusy, mendatangi jantung pertahanan tentara Mongol sehingga dapat membunuh panglimanya, Kitbagha. Tentara Mongol pun kalah dan inilah kekalahan besar pertama yang menimpa mereka. Ainu Jalut merupakan awal dan berakhirnya periode keluarnya Ya’juj dan Ma’juj yang ketujuh.

Setelah itu, mereka menghilang tidak berbekas, bahkan kekuatan mereka seakan-akan tidak pernah ada. Di antara kabilah mereka, ada yang menetap di wilayah-wilayah baru lalu mendirikan negara dan kerajaan di India, Khurasan, Turkistan, dan lain-lain. Sementara itu, sebagian dari mereka ada yang terpengaruh oleh ajaran Islam sehingga memeluk agama Islam dan menjadi orang Islam. Orang pertama yang masuk Islam adalah Raja Barkah Khan, cucu laki-laki Genghis Khan, dan anak paman Hulagu Khan yang kejam. Peperangan sengit telah terjadi antara Hulagu Khan dan Barkah. Namun, akhirnya Barkah yang Muslim itu mampu mengalahkan sepupunya yang kafir.

Kesepuluh, Ibnu Atsir mengumumkan kematian Islam dan umatnya

Para sejarahwan Muslim sependapat bahwa serangan Mongol adalah bahaya terbesar yang pernah dihadapi umat Islam. Kerugian dan pengorbanan akibat penyerangan itu juga merupakan yang terbesar sepanjang sejarah. Para sejarahwan menceritakan peristiwa itu dalam buku mereka, di antaranya adalah Ibnu Atsir. Di awal kisah, tentang datangnya kaum Tartar ke negeri-negeri Islam pada tahun 617 H, Ibnu Atsir berkata, “Bertahun-tahun, aku menolak menceritakan peristiwa itu karena semuanya sangat mengerikan. Aku tidak sanggup menceritakannya. Siapa yang sanggup menuliskan peristiwa kematian Islam dan umatnya dengan mudah? Siapa yang dapat melakukannya? Seandainya saja, ibuku tidak melahirkanku ke dunia ini, atau aku mati sebelum peristiwa itu, atau aku lupa dan dapat melupakannya.

BACA JUGA: Dzulkarnain dan Kemampuan Membuat Dinding Besi yang Kokoh

Namun, beberapa teman mendorongku untuk menceritakannya sehingga aku pun menimbangnya. Akhirnya, aku menyadari bahwa aku tidak boleh menolak karena tidak ada manfaatnya. Aku harus menceritakan peristiwa dan musibah terbesar yang membelah siang dan malam, menimpa semua makhluk, terutama kaum Muslimin. Jika, ada yang mengatakan bahwa dunia ini—mulai dari Allah menciptakan Nabi Adam hingga sekarang—belum pernah ditimpa musibah sebesar itu, dia pasti benar.”

Di antara peristiwa terbesar yang diceritakan adalah pembunuhan yang dilakukan Bukhtanashar terhadap Bani Israil dan penghancuran Baitul Maqdis. Kejadian yang menimpa Baitul Maqdis belum sebanding dengan negeri yang dihancurkan setan-setan jahat itu. Begitu pun, kejadian yang menimpa Bani Israil juga belum seberapa jika dibandingkan dengan yang menimpa mereka, yaitu terbunuhnya penduduk satu kota itu lebih banyak daripada Bani Israil. Semoga tidak ada manusia yang melihat peristiwa ini lagi sampai dunia hancur dan musnah, kecuali Ya’juj dan Ma’juj. Padahal, Dajjal saja menyelamatkan para pengikut dan menghancurkan para penentangnya. Sebaliknya, mereka (Ya’juj dan Ma’juj) tidak menyelamatkan seorang pun, justru mereka membunuh perempuan, laki-laki, dan anak-anak, serta membelah perut perempuan hamil dan membunuh janinnya. Sesungguhnya, kita milik-Nya dan kepada-Nya kita kembali. Tiada daya dan upaya, kecuali dari Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung.

Peristiwa ini, kejahatan dan bahayanya, tersebar seperti awan tertiup angin. Ada satu kaum yang keluar dari wilayah Cina menuju negeri-negeri Turkistan, seperti Kasyghar dan Balasaghun. Kemudian, mereka pergi ke negeri-negeri di seberang sungai, seperti Samarkand dan Bukhara. Mereka menguasai dan memperlakukan penduduknya seperti yang telah kami ceritakan. Kemudian, sebagian dari mereka menyeberang ke Khurasan lalu menguasai, menghancurkan, membunuh, dan merampas. Setelah itu, mereka bertolak ke Ray dan Hamadzan, negeri gunung dan negeri sekitarnya, sampai ke Irak lalu Azerbaijan dan Arani. Mereka menghancurkan dan membunuh penduduknya. Tidak ada yang luput, kecuali orang-orang itu mengungsi.”[]

Bersambung…

SUMBER: KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN: Orang-Orang yang Dimuliakan dan Dihinakan Allah, Penulis: Shalah Abdul Fattah Al-Khalidi, Penerbit: Gema Insani.

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response