Kisah Al-Quran

Dzulqarnain Adalah Kursy Al-Farisi

foto: Unsplash
23views

Dalam kisah yang tercantum pada Surah Al-Kahfi (18) ayat 83-98, siapa sesungguhnya Dzulqarnain tidak dijelaskan secara terperinci. Abu Al-Kalam Azad berpendapat bahwa Dzulqarnain adalah Kursy Al-Farisi. Dia mengatakan bahwa nama Dzulqarnain dalam bahasa Persia adalah Kursy (dengan huruf awal kaf) dan orang Yahudi menamakannya Khursy. Sementara itu, orang Arab menamakannya Qursy (huruf awal qaf) atau Kikhsru. Orang Yunani menamakannya Sa’iris. Konon, Kursy telah memimpin Persia pada fase pertama sejarah Iran Persia, yaitu sebelum penyerangan Iskandar Macedonia ke Persia dan membunuh rajanya yang bernama Dara.

Konon, sebelum dipimpin Kursy, Iran terpecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Persia di sebelah selatan dan Kerajaan Midya di sebelah utara. Pada tahun 559 SM, Kursy mulai memerintah dan mempersatukan kedua kerajaan tersebut menjadi satu negara. Para pembesar dan rakyat mendukung pemerin tahannya itu. Kursy mempersiapkan sekelompok tentara dari Persia untuk memerangi dan bertempur melawan kerajaan dari negara lain lalu menguasai negara tersebut. Konon, tindakannya yang ekspansif itu bertujuan untuk memberikan keadilan dan pertolongan bagi orang yang dizalimi. Ada tiga pertempurannya yang termasyhur, yakni sebagai berikut:

BACA JUGA: Kisah Dzulqarnain dalam Al-Quran

Pertama, Perang Kursy yang pertama melawan Romawi. Konon, Yunani mempunyai negara yang bertetangga dengan Kerajaan Persia, yakni Kerajaan Lidya yang terletak di sebelah utara Asia Kecil yang terbentang sampai Laut Hitam dan Laut ljah. Peperangan antara Kerajaan Yunani Lidya dan Kerajaan Persia Midya terus berlanjut. Kerajaan Lidya pada zaman Kursy dipimpin seorang Raja Yunani yang bernama Karoses. Ketika Kursy memerintah, Karoses memberontak, mengumumkan pe- rang terhadapnya, dan menganggap sebagai musuh. Kursy pun tidak mempunyai pilihan lain selain menghadapinya. Dia memimpin tentara Persia dan menyerang Lidya di wilayah barat. Sampai di ibu kota Lidya, terjadilah dua peperangan yang dahsyat, yakni Perang Batriya dan Perang Sardiz.

Akhirnya, Kursy berhasil mengalahkan Karoses dan menduduki ibu kotanya, yakni Sardiza. Kemudian, Karoses menjadi tawanan dan menyerahkan kerajaannya, Lidya, kepada Kursy. Kursy memperlakukan orang Yunani yang kalah dengan adil dan belas kasihan. Bahkan, lebih dari itu, dia mendatangkan rajanya yang ditawan, Karoses, serta menyuruh mereka mengumpulkan kayu bakar dan mendudukkan Karoses di atasnya. Kemudian, dia menyalakan api dan mereka pun patuh. Ketika melihat bahwa Karoses tidak takut, dia membatalkan perintahnya dan memaafkannya. Akhirnya, Karoses pun menjalani sisa hidupnya bersama Kursy dengan baik.

BACA JUGA: Penjelasan tentang Siapa Sesungguhnya Dzulkarnain

Ini adalah perjalanan pertama yang diceritakan Al-Quran. Kursy berjalan sampai di tempat terbenamnya matahari, yaitu saat dia menguasai ibu kota Lidya, yakni Sardiz, yang konon terletak di Laut Ijah, dekat dengan Kota Azmir di Turki sekarang. Wilayah di Laut ljah itu mempunyai banyak teluk. Abdul Alim Khidhir telah menerangkan topografi dan geografi wilayah ini dalam bukunya (Mafahim Jughrafiah fi Al-Qashash Al-Qur’an: Qishah Adz-Dzilqarnain) dan menjelaskan bagaimana matahari tampak di sana seolah-oleh tenggelam di lumpur yang hitam. Dia berkata, “Ketika Kursy berhenti di tepi Laut ljah—yaitu bagian dari pantai-pantai Turki di Laut Tengah—banyak ditemukan kelokan, garis laut masuk ke daratan.

Sebagai contoh, Teluk Horms serta Mundaris besar dan kecil. Teluk Izmir mempunyai panjang sekitar 120 kilometer mencakup gunung yang terbentang dari barat ke timur. Di sana, terdapat Sungai Ghadis yang mempunyai air keruh, mengandung lava dan tanah merah, terbentang sepanjang Anatolia turun ke arah barat sebelum sampai di tepi bagian barat. Oleh karena itu, kecepatan aliran Sungai Ghadis bertambah mengarah ke daratan di garis pantai yang terpotong dalam bentuk teluk tanpa batas. Bahkan, sampai Laut Ijah, mengalir di Teluk Izmir yang tenggelam di antara puncak pegunungannya yang tingginya berkisar 1.000-2.000 meter.

Ketika berhenti di sisi Sard (Sardiz) dekat Izmir, Kursy (Dzulqarnain) memerhatikan bulatan matahari yang terbenam di teluk itu yang sangat mirip dengan bentuk mata. Warna merahnya bercampur dengan hitamnya tanah yang terdapat dalam Sungai Ghadis di Teluk Izmir. Itulah ‘ainin hami’ah yang dimaksud dalam Al-Qur’an.

Kedua, misi Kursy ke wilayah timur, Konon, ada kabilah Hamajiyah yang senang bepergian. Mereka tinggal di padang pasir dan menempati wilayah timur Persia. Ternyata, mereka telah mengubah batas negeri Persia dan menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu, setelah menguasai Yunani di wilayah barat, Kursy mengarah ke wilayah timur untuk menundukkan kabilah itu. Kemudian, dilanjutkan ke negara-negara di wilayah timur dan ditaklukkannya satu per satu hingga ke Sungai Sindu dan menembus pertahanan tiga wilayah, yaitu Isfahan, Juzan, dan Khurasan. Setelah itu, dia menyeberangi Sungai Zandah, Jurjan, Qarun, Kukhah, dan Qum. Akhirnya, ekspansinya sampai di Balkh, wilayah Makran dan Balukhstan. Konon, para kabilah ini nomaden, tidak menetap di satu rumah atau kota. Oleh karena itu, mereka tidak mempunyai rumah untuk melindungi diri dari matahari saat terbit ataupun saat terik-teriknya.

Ketiga, misi Kursy ke wilayah utara dan Dinding Ya’juj dan Ma’juj. Setelah mengamankan wilayah barat, timur, dan selatan, ketika menguasai Kerajaan Babilonia, Kursy menuju utara untuk mengamankan wilayah utara kerajaan. Wilayah-wilayah bagian utara kerajaannya adalah Azerbaijan, Georgia, dan Armenia yang terletak di bagian selatan Pegunungan Kaukasus. Batas-batas wilayah utara ini dianggap sebagai perbatasan alami bagi kabilah Hamajiyah yang tidak beradab dan menetap di belakang perbatasan tersebut.

Perbatasan alami ini terbentang dari Laut Qazwin atau Laut Khazar di sebelah timur dan di sana terdapat Kota Darband. Kemudian, Pegunungan Kaukasus di bagian tengah dan Laut Hitam di sebelah barat yang terdapat Kota Sukhum di sana. Di dalam perbatasan ini, tidak terdapat perairan dan pegunungan yang melintas dari utara ke selatan, kecuali yang melalui celah di tengah-tengah Pegunungan Kaukasus, yaitu Celah Darial. Di sebelah selatan Pegunungan Kaukasus, menetap sebuah kabilah, yaitu kabilah Kusyia.

BACA JUGA: Dzulkarnain dan Kemampuan Membuat Dinding Besi yang Kokoh

Sementara itu, di sebelah utara, menetap kabilah Mogholiyah yang tidak beradab, yaitu kabilah-kabilah Al-Masajit atau Ya’juj dan Ma’juj, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran. Kabilah Ya’juj dan Ma’juj konon menyeberangi Celah Darial di tengah Pegunungan Kaukasus untuk menyebarkan kerusakan di muka bumi. Ketika Kursy bertemu dengan kabilah Kusyia, mereka adalah kaum yang oleh Al-Quran disebut kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan. Mereka mengadukan penyerangan itu kepadanya. Kursy ingin mencegah datangnya Ya’juj dan Ma’juj ke wilayah itu. Kemudian, dia menetap di wilayah itu selama sembilan tahun dan menutup Celah Darial yang digunakan Ya’juj dan Ma’juj. Kemudian, dia membangun dinding yang diceritakan dalam Al-Quran.[]

SUMBER: KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN: Orang-Orang yang Dimuliakan dan Dihinakan Allah, Penulis: Shalah Abdul Fattah Al-Khalidi, Penerbit: Gema Insani.

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response