Historia/Tarikh

Ancaman Kaum Quraisy Mekkah dan Turunnya Izin Berperang

Foto: Pixabay
34views

Dalam sejarah perkembangan Islam, terbukti bahwa orang-orang Quraisy Mekkah menjadi ancaman utama. Mereka menjadi sangat marah ketika kaum Muslimin pergi dan akhirnya mendapatkan tempat yang aman di Madinah. Oleh karena itu, mereka menulis surat yang ditujukan kepada Abdullah bin Ubay bin Salul, yang saat itu masih merupakan orang musyrik dan hampir diangkat sebagai pemimpin Anshar dan raja di Madinah, andaikan saja Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin tidak hijrah ke sana.

Orang-orang Quraisy Mekkah menulis surat kepada Abdullah bin Ubay yang isinya: “Sesungguhnya kalian telah menampung orang di antara kami. Demi Allah, kami benar-benar akan memeranginya, atau kalian mengusirnya, atau biarlah kami mendatangi tempat kalian dengan mengerahkan semua orang kami hingga kami menghabisi kalian dan menawan wanita-wanita kalian”.

BACA JUGA: Delegasi Terakhir Kaum Quraisy Berkunjung ke Abu Thalib

Dengan datangnya surat ini, Abdullah bin Ubay sudah terpengaruh untuk menuruti perintah rekan-rekannya dari musyrikan Mekkah. Apalagi dia sangat mendendam terhadap Rasulullah ﷺ yang menurutnya telah merampas kerajaannya. Abdurrahman bin Ka’ab menuturkan, “Ketika surat itu sudah dibaca Abdullah bin Ubay beserta rekan-rekannya dari kalangan penyembah berhala, mereka berkumpul untuk memerangi Rasulullah ﷺ. Namun, beliau mendengar masalah itu lalu pergi menemuinya, seraya bersabda, ‘Rupanya Quraisy telah mengancam kalian. Sesungguhnya mereka ingin memperdayai kalian, yang lebih besar daripada tipu daya yang hendak kalian timpakan kepada diri kalian sendiri. Kalian sendirilah yang menghendaki untuk membunuh anak-anak kalian’. Setelah mendengarnya, mereka pun bubar”.

Abdullah bin Ubay bin Salul mengurungkan niat untuk melakukan serangan pada saat itu karena dia melihat rekan-rekannya yang masih ciut. Namun, bagaimanapun, dia tetap melakukan kontak dengan pihak Quraisy. Hampir setiap ada kesempatan, dia memanfaatkannya untuk memicu gejolak antara kaum Muslimin dan musyrikin. Untuk keperluan ini, dia juga merangkul orang-orang Yahudi. Namun, dengan bijaksana Nabi ﷺ selalu mampu memadamkan gejolak itu dari waktu ke waktu.

Dalam perkembangan selanjutnya, orang-orang Quraisy mengirim utusan kepada kaum Muslimin untuk menyampaikan pesan, “Janganlah kalian bangga terlebih dahulu karena kalian bisa meninggalkan kami pergi ke Yatsrib. Kami akan mendatangi kalian, lalu merenggut dan membenamkan tanaman kalian di halaman rumah kalian”.

Ini bukan sekadar ancaman di mulut semata. Rasulullah ﷺ merasa yakin dan sudah mendapatkan data tentang tipu daya Quraisy dan ambisi mereka untuk melancarkan serangan. Hal ini telah menyebabkan mata beliau susah terpejam dan membuat para sahabat selalu berjaga-jaga.

BACA JUGA: Tipu Daya Para Thaghut Quraisy untuk Membunuh Nabi Muhammad

Bahaya tidak hanya mengancam diri Rasulullah ﷺ semata, tetapi juga kaum Muslimin secara keseluruhan. Ubay bin Ka’ab meriwayatkan bahwa dia berkata, “Ketika Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya tiba di Madinah lalu dilindungi kaum Anshar, seluruh bangsa Arab sepakat untuk melontarkan satu anak panah kepada mereka. Setiap pagi dan sore, mereka selalu siap dengan senjatanya”.

Dalam kondisi yang rawan karena adanya ancaman terhadap eksistensi kaum Muslimin di Madinah, terutama yang bersumber dari pihak Quraisy yang tak pernah berhenti memerdayai dan mengganggu mereka, Allah menurunkan ayat yang mengizinkan kaum Muslimin untuk berperang. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Surah Al-Hajj (22) ayat 39:

اُذِنَ لِلَّذِيْنَ يُقَاتَلُوْنَ بِاَنَّهُمْ ظُلِمُوْاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى نَصْرِهِمْ لَقَدِيْرٌ ۙ

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu.”

Ayat tersebut diturunkan di antara beberapa ayat yang memberi petunjuk kepada mereka bahwa izin berperang tersebut hanya dimaksudkan untuk mengenyahkan kebatilan dan menegakkan syiar-syiar Allah. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Surah Al-Hajj (22) ayat 41:

اَلَّذِيْنَ اِنْ مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْاَرْضِ اَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ وَاَمَرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِۗ

“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar.”

BACA JUGA: Kisah Hijrah Rasulullah: Memasuki Kota Madinah

Izin untuk berperang memang sudah turun. Namun, sikap yang diambil kaum Muslimin dalam menghadapi kondisi yang dipicu oleh kaum Quraisy dan kekuatannya ini ialah dengan cara menunjukkan kekuasaan terhadap jalur perdagangan Quraisy yang mengambil rute dari Mekkah ke Syam. Untuk menunjukkan kekuasaan ini, Rasulullah ﷺ telah memilih dua Langkah, yakni:

Pertama, mengadakan perjanjian kerja sama atau tidak saling menyerang dengan beberapa kabilah yang berdekatan dengan jalur perdagangan ini atau menjadi penghalang antara jalur itu dan Madinah.

Kedua, mengirim beberapa kelompok utusan secara terus-menerus dan bergiliran ke jalur perdagangan tersebut.[]

SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad ﷺ, Penulis: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Penerbit: Ummul Qura.

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response