Historia/Tarikh

Kisah Hijrah Rasulullah: Awal Perjalanan

Foto: Unsplash
45views

Perjalanan dari Rumah Menuju Gua

Pada saat akan berhjrah, Rasulullah ﷺ meninggalkan rumah beliau pada malam tanggal 27 Safar tahun 14 kenabian, bertepatan dengan tanggal 12 atau 13 September 622 M. Setelah itu, beliau menuju kediaman sahabat setianya, Abu Bakar, sedangkan kaum muslimin mendoakan keamanan untuk perjalanan dan hartanya. Kemudian, kedua-duanya meninggalkan rumah Abu Bakar tersebut dengan melewati pintu belakang lantas bersama-sama keluar dari Mekkah secepatnya sebelum fajar terbit.

Nabi ﷺ telah mengetahui bahwa orang-orang Quraisy akan berupaya keras untuk mencarinya dan jalan yang pertama kali akan disisir oleh mereka adalah jalan utama kota Madinah yang menuju ke arah utara. Oleh karena itu, beliau memilih jalan yang berlawanan arah sama sekali, yaitu jalan yang terletak di selatan Mekkah, yang menuju ke arah Yaman. Beliau menempuh perjalanan ini sepanjang 5 mil hingga akhirnya sampai ke sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Tsur. Bukit Tsur adalah bukit yang tinggi, jalannya terjal, sulit didaki, dan banyak bebatuan. Kondisi ini membuat kaki Rasulullah ﷺ lecet.

BACA JUGA: Kisah Orang-Orang yang Pertama Kali Berhijrah

Ada riwayat yang menyebutkan, bahkan ketika berjalan di jalan tersebut, beliau bertumpu pada ujung-ujung kaki agar jejak perjalanannya tidak tampak sehingga kedua kaki beliau jadi lecet. Apa pun kondisinya, beliau kemudian harus dibantu oleh Abu Bakar ketika mencapai bukit. Abu Bakar mulai memegangnya dengan kencang hingga akhirnya sampai ke sebuah gua di puncak bukit yang di kemudian hari dikenal oleh sejarah dengan nama Gua Tsur.

Saat Berdua di Dalam Gua

Ketika telah tiba di dalam gua, Abu Bakar berkata, “Demi Allah, jangan engkau masuk dulu sebelum aku masuk. Jika ada sesuatu di dalamnya, biarlah aku yang mengalaminya saja.” Dia masuk lalu menyapunya. Dia menemukan di sampingnya ada beberapa lubang, lantas menyobek kainnya dan menyumbatnya. Kemudian, lubangnya tinggal dua lagi, lantas menutupnya dengan kedua kakinya. Beliau kemudian berkata kepada Rasulullah “Masuklah.”

Rasulullah ﷺ dan merebahkan kepalanya di pangkuannya lalu tertidur, sementara kaki Abu Bakar disengat binatang berbisa dari lubang yang ditutupinya. Namun, dia tidak bergerak sedikit pun karena khawatir membangunkan Rasulullah ﷺ. Kondisi ini membuat air matanya menetes hingga membasahi wajah Rasulullah ﷺ. Beliau berkata kepadanya, “Ada apa denganmu, wahai Abu Bakar?” “Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah! Aku telah disengat,” jawabnya. Lantas, Rasulullah ﷺ meludah kecil di bekas sengatan tersebut sehingga apa yang dirasakannya hilang sama sekali.

Keduanya tinggal di dalam gua tersebut selama tiga malam; dari malam Jumat, Sabtu, hingga malam Ahad. Sementara pada malam-malam itu, Abdullah, Putra Abu Bakar mendampingi mereka berdua. Aisyah bertutur, “Dia seorang anak yang sudah menginjak usia baligh, cerdas, dan cepat paham. Dia berjalan pada penghujung malam mengunjungi keduanya, sehingga dia seakan-akan sama-sama bermalam dengan orang-orang Quraisy. Semua perintah yang disiasati oleh keduanya terhadapnya dapat dicernanya dengan baik. Dia membawa berita tentang hal itu kepada keduanya ketika sudah bercampur gelap. Amir bin Fuhairah, bekas budak Abu Bakar, menggembalakan kambing perah untuk Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar dan mengistirahatkannya untuk sesaat di malam hari sehingga keduanya dapat bermalam sembari meminum dari perahan susu kambing tersebut, kemudian Amir bin Fuhairah memanggil keduanya pada akhir malam. Dia melakukan hal itu selama tiga malam tersebut.

BACA JUGA: Tipu Muslihat Quraisy dalam Menghadapi Orang Muslim yang Hijrah ke Habasyah

Setelah Abdullah bin Abu Bakar pulang ke Mekah, Amar bin Fuhairah menggiring kambingnya untuk mengikuti jejaknya guna menghapusnya.

Sementara kaum Quraisy semakin menjadi-jadi kegilaannya manakala mengetahui secara pasti pada pagi harinya lolosnya Rasulullah ﷺ dari eksekusi persekongkolan yang mereka lakukan. Tindakan pertama yang mereka lakukan adalah memukuli Ali, menyeretnya ke Ka’bah, dan mengurungnya untuk sesaat sebagai upaya mendapatkan informasi tentang keduanya.

Manakala tindakan mereka terhadap Ali tidak membuahkan hasil, mereka mendatangi rumah Abu Bakar lalu mengetuk pintunya. Ketika itu, Asma binti Abu Bakar keluar menemui mereka, lantas mereka berkata kepadanya, “Mana ayahmu?” “Demi Allah, aku tidak tahu ke mana ayahku,” jawabnya. Abu Jahal mengangkat tangannya—dia dikenal orang yang berpengarai jorok dan tak senonoh—lantas menampar pipi Asma dengan sebuah tamparan yang menyebabkan anting-antingnya jatuh.

Di dalam sidang istimewanya, orang-orang Quraisy memutuskan untuk menggunakan semua sarana untuk menangkap kedua orang tersebut. Mereka menjadikan semua jalur menuju Mekkah dari semua penjuru di bawah pengawasan yang sangat ketat dan bersenjata. Selain itu, mereka juga memutuskan untuk memberikan hadiah besar senilai 100 ekor unta sebagai harga mati untuk masing-masing keduanya bagi siapa saja yang dapat membawa keduanya ke hadapan orang-orang Quraisy apa pun kondisinya: dalam keadaan hidup ataupun mati.

Ketika itulah para pasukan berkuda, pejalan kaki, dan pelacak jejak sama-sama berupaya keras untuk melakukan pencarian dan menyebar sampai ke lereng perbukitan, lembah, dataran rendah, dan tinggi namun hal itu tidak membuahkan hasil dan manfaat. Para pelacak tersebut telah sampai pula ke mulut gua akan tetapi Allah maha menguasai urusannya.

BACA JUGA: Hijrah Pertama Pengikut Rasulullah ke Habasyah

Imam Al Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Abu Bakar. Dia berkata, “Aku berada di sisi Nabi di Gua, lalu aku mengangkat kepalaku. Ternyata, di situ adalah kaki-kaki mereka. Lantas, aku berkata, ‘Wahai Rasulullah! Andaikata sebagian mereka menoleh ke bawah pasti dia dapat melihat kita.’ Beliau berkata, ‘Diamlah, wahai Abu Bakar! Kita berdua tapi yang ketiganya adalah Allah.’” Di dalam lafal riwayat yang lain, ‘Apa pendapatmu, bila ada dua orang sedangkan yang ketiganya adalah Allah?'”

Kejadian tersebut merupakan mukjizat yang dianugerahkan oleh Allah kepada nabinya dalam rangka memuliakannya padahal para pelacak tersebut hanya beberapa langkah lagi mencapai diri beliau.

 

SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Karya: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Penerbit: Ummul Qura

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response