Historia/Tarikh

Tipu Muslihat Quraisy dalam Menghadapi Orang Muslim yang Hijrah ke Habasyah

Foto: Unsplash
35views

Orang-orang musyrik sangat meradang jika orang-orang Muhajirin memperoleh tempat yang aman bagi diri dan agama mereka. Untuk itu, mereka memilih dua orang yang cukup terpandang dan cerdik, yaitu Amr bin Al-Ash dan Abdullah bin Abu Rabi’ah, sebelum keduanya masuk Islam. Mereka mengirim dua orang ini sambil membawa berbagai macam hadiah untuk dipersembahkan kepada Raja Najasyi dan para Uskup di sana. Terlebih dahulu, keduanya menemui para Uskup sambil menyerahkan berbagai macam hadiah. Keduanya mengajukan beberapa alasan agar mereka berkenan mengusir orang-orang muslim dari sana.

Setelah para Uskup menyatakan kesediaan untuk mempengaruhi Raja Najasyi, barulah keduanya menemui Raja Najasyi. Sambil menyerahkan berbagai macam hadiah, mereka berdua berkata, “Wahai Tuan Raja, sesungguhnya ada beberapa orang bodoh yang telah menyusup ke negeri Tuan. Mereka ini telah memecah belah agama kaumnya, juga tidak mau masuk ke dalam agama Tuan. Mereka datang sambil membawa agama baru yang mereka ciptakan sendiri. Kami tidak mengetahuinya secara persis, begitu pula Tuan. Kami diutus para pembesar kaum mereka, dari bapak-bapak, paman, dan keluarga mereka untuk menemui Tuan agar Tuan berkenan mengembalikan orang-orang ini kepada mereka. Sebab, mereka itu lebih berhak terhadap orang-orang tersebut dan lebih tahu apa yang telah mendorong orang-orang tersebut mencela dan mencaci maki mereka.”

“Benar apa yang dikatakan mereka berdua, wahai Baginda Raja. Serahkanlah mereka itu kepada mereka berdua agar keduanya mengembalikan mereka ke kaum dan negerinya,” kata para Uskup. Namun, Raja Najasyi merasa perlu untuk meneliti secara detail masalah ini dan mendengarkan dari masing-masing pihak. Maka, Raja Najasyi mengirim utusan untuk menemui orang-orang Muslim dan mendatangkan mereka ke hadapannya.

BACA JUGA: Hijrah Pertama Pengikut Rasulullah ke Habasyah

Setelah para Muhajirin, yang dari penampilannya saja sudah menampakkan kejujuran, itu menghadap maka Najasyi berkata, “Macam apakah agama kalian, yang karena agama itu kalian memecah belah kaum kalian, dan kalian juga tidak mau masuk agama kami serta tidak satu pun dari agama-agama ini?”

Ja’far bin Abu Thalib yang menjadi juru bicara orang-orang Muslim menjawab, “Wahai Tuan Raja, dulu kami adalah pemeluk agama jahiliyah. Kami menyembah berhala-berhala, memakan bangkai, berbuat mesum, memutuskan tali persaudaraan, menyakiti tetangga, dan yang kuat di antara kita memakan yang lemah. Begitulah gambaran kami dahulu hingga Allah mengutus seorang rasul dari kalangan kami sendiri, yang kami ketahui nasab, kejujuran, amanah, dan kesucian dirinya.

Ja’far bin Abi Thalib terus menceritakan tentang apa yang diperintahkan dan apa yang diseru oleh Rasulullah ﷺ terhadap mereka. Ja’far pun menceritakan bahwa karena itulah kemudian mereka dimusuhi kaum mereka sendiri. Jafar bercerita bahwa kaumnya menekan, berbuat semena-mena, mempersempit gerak, dan terus menghalangi. Alasan itulah yang kemudian membuat mereka pergi ke negeri Habasyah dan mereka pun berterima kasih karena telah mendapat perlindungan dari Raja Najasyi.

“Apakah engkau bisa membacakan sedikit ajaran dari Allah yang dibawanya (Rasulullah)?” tanya Najasyi. “Ya,” jawab Ja’far. “Kalau begitu, bacakanlah kepadaku!” ujar Najasyi.

Lalu, Ja’far membacakan dengan cara menghafal awal Surah Maryam. Demi Allah, Najasyi menangis hingga membasahi jenggotnya, begitu pula para uskupnya hingga jenggot mereka basah oleh air mata, tatkala mendengar apa yang dibacakan kepada mereka. Kemudian, Najasyi berkata, “Sesungguhnya ini dan yang dibawa Isa benar-benar keluar dari satu cahaya yang sama (sama-sama dari Allah). Pergilah kalian berdua; demi Allah, aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian berdua dan sama sekali tidak.” Maka keduanya beranjak pergi dari hadapan Najasyi.

BACA JUGA: Mengenal Para Generasi Pertama yang Masuk Islam

Amr bin Al-Ash berkata kepada Abdullah bin Rabi’ah, “Demi Allah, besok aku benar-benar akan mendatangi mereka dengan sesuatu seperti yang bisa memusnahkan tanaman mereka.” Abdullah menjawab, “Jangan kau lakukan itu karena mereka masih mempunyai kerabat sekalipun mereka telah menentang kita.” Namun, Amr bin Al-Ash tetap bersikukuh dengan kemauannya. Besoknya, Amr bin Al-Ash menemui Raja Najasyi dan berkata, “Wahai Tuan Raja, sesungguhnya mereka menyampaikan perkataan yang tidak bisa dianggap enteng tentang Isa bin Maryam.”

Raja Najasyi mengirim utusan untuk menanyakan kepada orang-orang Muslim pendapat mereka tentang Isa. Tentu saja, mereka menjadi risau dan kaget. Namun, mereka semua telah sepakat untuk berkata apa adanya. Apa pun yang terjadi. Setelah mereka menghadap Raja Najasyi dan Najasyi bertanya tentang hal itu kepada mereka, Ja’far menjawab, “Kami katakan seperti yang dibawa Nabi kami, bahwa Isa adalah hamba Allah, rasul-Nya, ruh-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, sang perawan suci.”

Najasi memungut potongan dahan dari tanah, kemudian berkata, “Demi allah, Isa bin Maryam tak berbeda jauh dengan apa yang engkau katakan seperti potongan dahan ini.” Karena mendengar para uskup Najasyi mendengus, Najasyi berkata lagi, “Demi Allah, sekalipun kalian mendengus.” Kemudian, Najasyi  berkata kepada orang-orang Muslim, “Pergilah! Kalian aman di negeriku. Siapa yang mencaci kalian adalah orang yang tidak waras. Sekalipun aku mempunyai gunung emas, aku tidak suka jika menyakiti salah seorang di antara kalian.”

Lalu, Najasyi berkata kepada para pengawalnya, “Kembalikan hadiah yang dibawa dua orang utusan iyu. Aku tidak membutuhkan hadiah-hadiah itu. Demi Allah, Dia tidak meminta uang sogokan dariku tatkala Dia mengembalikan kerajaan ini kepadaku sehingga aku perlu mengambil uang sogok setelah mendapatkan kekuasaan itu. Orang-orang tidak perlu patuh karena aku. Jadi, mengapa aku pun harus patuh kepada mereka karenanya?!”

Ummu Salamah yang meriwayatkan peristiwa ini berkata, “Lalu, keduanya beranjak dari hadapan Najasyi dengan muka masam karena apa yang dibawanya tertolak. Kami pun menetap di sana dalam suasana yang menyenangkan, berdampingan dengan tetangga yang menyenangkan pula.”

Kisah tersebut berdasarkan riwayat Ibnu Ishaq. Riwayat lain menyebutkan bahwa Amr bin Al-Ash diutus kepada Raja Najasyi setelah Perang Badar. Namun, sebagian yang lain telah sepakat bahwa pengiriman utusan itu dua kali dan materi dialog antara Najasyi dan Ja’far pada pengiriman utusan yang kedua juga sama dengan apa yang disebutkan Ibnu Ishaq itu. Begitulah kurang lebihnya.

BACA JUGA: Ragam Cara Abu Jahal Menghalangi Dakwah Rasulullah

Siasat orang-orang musyrik gagal total. Mereka sadar bahwa mereka tidak bisa melampiaskan dendam, kecuali di daerah kekuasaannya sendiri. Dari sini muncul satu pemikiran yang sangat mengerikan. Menurut mereka, satu-satunya cara untuk memuluskan siasat ini ialah dengan menghentikan dakwah Rasulullah ﷺ secara mutlak. Jika tidak bisa, maka beliau harus dibunuh. Namun, bagaimana caranya bila Abu Thalib tetap melindungi beliau dan orang-orang Muslim? Maka, mereka perlu menghadapi Abu Thalib terlebih dahulu.[]

 

SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad, karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Penerbitg Ummul Quro

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response