Tafsir

Allah Tidak Menjadikan Al-Quran Bengkok Melainkan Lurus

foto: Pixabay
41views

Selanjutnya Allah berfirman dalam Surah Al-Kahfi (18) ayat 2:

قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًاۙ

Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik.

Firman Allah قَيِّمًا artinya yang lurus. Tentang hal ini, terdapat dua penafsiran.

Pertama, sebagai ta’kid (penguat) bahwa Al-Quran tidak bengkok. Para ulama mengatakan bahwa banyak perkara yang nampaknya tidak bengkok tetapi ketika diperiksa secara teliti ternyata didapati ada kebengkokan, dan ini sangat banyak. Berbeda dengan Al-Quran yang tidak ada bengkoknya sama sekali. Jika seluruh satu dunia memeriksa Al-Quran, mereka tidak akan bisa mendapatkan kebengkokan dan kesalahan di dalam Al-Quran.

Oleh karenanya dalam ayat sebelum ini Allah berfirman وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜdan tidak menjadikannya (Al-Quran) bengkok” kemudian menekankannya dalam ayat ini dengan قَيِّمًاyang lurus” karena Al-Quran tidak ada kebengkokannya sama sekali.

BACA JUGA: Alasan Allah Memilih Kata Hamba Daripada Rasul

Kedua, sebagai hakim dari kitab-kitab terdahulu dan Al-Quran memiliki dua fungsi:

  1. Al-Quran menjelaskan bahwasanya kitab-kitab terdahulu, seperti Taurat, Injil, Zabur, suhuf Ibrahim, dan suhuf Musa pernah diturunkan kepada nabi-nabi terdahulu dan Al-Quran membenarkannya. Namun, Al-Quran juga mengingatkan bahwa kitab-kitab terdahulu telah mengalami penyimpangan sehingga yang menjadi hakim adalah Al-Quran. Jika seseorang ragu dengan isi Taurat dan Injil, dia bisa memeriksanya dengan Al-Quran apakah cocok dengannya ataukah tidak; jika tidak cocok dengan Al-Quran maka itulah penyimpangan yang ada.
  2. Sebagai petunjuk dalam segala hal. Al-Quran adalah kitab hidayah (kitab yang memberi petunjuk). Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Isra (17) ayat 9:

اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ

Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.

Barang siapa yang ingin bahagia di dunia sebelum di akhirat maka ikutilah petunjuk Al-Quran. Siapa yang ingin bermuamalah yang baik dengan istrinya, anak-anaknya, atasannya, atau anak buahnya, maka pelajarilah isi Al-Quran karena Al-Quran memberi petunjuk kepada segala sesuatu. Al-Quran tidak membutuhkan buku-buku yang lain karena dia bersifat قَيِّمًا yaitu dia lurus dan meluruskan. Maka tidak butuh bantuan dari ahli filsafat atau ahli kebijakan-kebijakan yang lain.

BACA JUGA:Maqasid (Tujuan Kandungan) Surah Al-Kahfi (18)

Oleh karena itu,  jika seseorang ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat maka hendaklah membaca Al-Quran. Karenanya, seseorang tidak boleh membaca kitab-kitab terdahulu dalam rangka mencari hidayah, sebagaimana yang disebutkan dalam Musnad Al Imam Ahmad:

“Bahwasanya Umar Bin Khaththab mendatangi Nabi ﷺ dengan membawa sebuah kitab yang ia dapat dari sebagian ahli kitab, lalu dia membacakannya kepada Nabi ﷺ maka Nabi pun marah dan berkata, ‘Apakah engkau ragu terhadap Islam, wahai Umar Bin Khaththab? Demi Zat yang jiwaku berada di tangannya, sungguh aku telah datang membawa Islam dalam keadaan putih bersih. Maka, janganlah kalian bertanya kepada mereka tentang sesuatu sehingga mereka mengabarkan kepada kalian dengan kebenaran lalu kalian mendustakannya, atau mengabarkan kepada kalian dengan kebatilan lalu kalian membenarkannya. Demi Zat yang jiwaku berada di tangannya, seandainya Musa hidup maka tidak ada pilihan baginya kecuali menjadi pengikutku.'”

Dan demikian juga seluruh Nabi, jika mereka masih hidup maka mereka semua akan menjadi pengikut Nabi Muhammad ﷺ. Bahkan, Nabi Isa yang akan turun pada akhir zaman nanti akan turun dengan syariat Nabi Muhammad ﷺ bukan dengan syariat Nabi Isa yang dahulu. Oleh karenanya, Al-Quran adalah kitab yang sempurna yang tidak memerlukan penyempurna dari selainnya. Agama kita juga sudah sempurna sebagaimana yang Allah firmankan dalam Surah Al-Ma’idah (5) ayat 3:

اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ 

Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama bagimu.

Jika seseorang yang membaca Taurat dan Injil untuk mempelajari tentang agama mereka, sebagai sarana untuk berdakwah kepada mereka, atau untuk membantah mereka, atau agar mereka keluar dari kesyirikan maka ini tidak mengapa. Hal ini seperti yang dilakukan oleh para dai-dai seperti Ahmad Deedat, Zakir Naik, dan pada kristologi lainnya.

BACA JUGA: Sebab Turunnya Surah Al-Kahfi

Membaca Taurat dan Injil dengan tujuan mencari hidayah maka ini haram karena hal ini menunjukkan seakan-akan dia meragukan Al-Quran atau seakan-akan dia merasa tidak cukup dengan Al-Quran. Padahal sebenarnya, Al-Quran sudah cukup bagi semua orang karena walaupun dia tidak mengetahui Taurat dan Injil, dia tetap bisa hidup bahagia dengan Al-Quran, dia bisa menjalani kehidupannya di dunia, bisa beriman kepada Allah, dan bisa merasakan manisnya iman. Orang yang mencari hidayah dengan selain Al-Quran adalah orang yang ragu terhadap agamanya[]

 

SUMBER: TAFSIR AT TAYSIR SURAH AL-KAHFI

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response