Kabar

Bantahan Terhadap Pendapat yang Menyatakan Allah Punya Anak

foto; Pixabay
50views

Al-Quran Surah Al-Ikhlas ayat 3 merupakan bantahan terhadap pendapat yang menyatakan bahwa Allah punya anak. Orang-orang Yahudi menganggap Uzair adalah putra Allah. Orang-orang Nasrani menganggap Nabi Isa a.s. sebagai putra Allah. Lalu, kaum musyrikin menganggap para malaikat adalah putri-putri Allah. Seandainya Allah melahirkan, pasti akan ada sekutu atau Tuhan kedua karena yang dilahirkan itu tentu akan mirip dengan yang melahirkan. Allah berfirman dalam surah Az-Zukhruf (43) ayat 81:

قُلْ اِنْ كَانَ لِلرَّحْمٰنِ وَلَدٌ ۖفَاَنَا۠ اَوَّلُ الْعٰبِدِيْنَ

Katakanlah, Jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan (anak itu).

Seandainya Allah punya anak, ia pasti akan sama atau mirip dengan Allah yang sempurna dalam segala hal sehingga berhak untuk disembah pula. Allah juga tidak dilahirkan. Seandainya Allah dilahirkan, niscaya Dia akan menuju kepada kematiannya karena seluruh yang dilahirkan pasti akan mati. Mahasuci Allah dari tuduhan-tuduhan itu. Namun, bersamaan dengan itu, Allah Maha Penyabar walaupun ada yang menyakiti-Nya. Orang Nasrani mengklaim Allah memiliki anak atau keturunan. Allah tidak menyetujui hal ini. Namun, di balik itu, Allah masih memberikan rezeki kepada makhluk-Nya walau mereka menyakiti-Nya. Allah Mahakuat dan Maha Bersabar daripada makhluk-Nya. Dalam sebuah hadis, Nabi ﷺ bersabda: “Tidak ada seorang pun yang lebih sabar terhadap gangguan yang ia dengar daripada Allah. Manusia menyatakan Allah memiliki anak. akhirnya, Allah memaafkan dan masih memberi rezeki kepada mereka.”

BACA JUGA: Keutamaan-Keutamaan Surah Al-Ikhlas

Hadis di atas didukung pula oleh hadis lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda bahwa Allah berfirman, “Manusia telah mencela-Ku dan tidak pantas baginya mencela-Ku. Dan manusia mendustakan-Ku dan tidak pantas baginya berbuat seperti itu. Celaan manusia pada-Ku yaitu Aku dikatakan memiliki anak, sedangkan mereka mendustakan-Ku dengan mengatakan bahwa Aku tidak mungkin menghidupkannya Kembali, sebagaimana Aku telah menciptakannya.”

Oleh karena itu, sangatlah mengherankan kelakuan sebagian orang Islam yang dengan mudahnya memberikan ucapan selamat Natal kepada kaum Nasrani. Padahal, hari Natal adalah hari caci maki dan penghinaan kepada Allah. Hari Natal adalah hari perayaan lahirnya Isa sebagai anak Allah, bukan lahirnya sebagai nabi. Artinya, hari itu digunakan untuk mencaci Allah, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis di atas. Ironisnya, seorang Muslim bisa ridha dan mengucapkan selamat hari Natal kepada orang-orang Nasrani yang sedang merayakan penghinaannya kepada Dia.

Allah berfirman dalam Surah Maryam ayat 88 sampai 93:

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمٰنُ وَلَدًا ۗ (88) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْـًٔا اِدًّا ۙ (89) تَكَادُ السَّمٰوٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْاَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ۙ (90) اَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمٰنِ وَلَدًا ۚ (91) وَمَا يَنْۢبَغِيْ لِلرَّحْمٰنِ اَنْ يَّتَّخِذَ وَلَدًا ۗ (92) اِنْ كُلُّ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ اِلَّآ اٰتِى الرَّحْمٰنِ عَبْدًا ۗ (93)

Dan mereka berkata Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak; (88) Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar; (89) hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh; (90) karena mereka mendakwahkan Allah yang maha pemurah mempunyai anak; (91) dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak; (92) tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. (93)

BACA JUGA: Alasan Mengapa Disebut Surah Al-Ikhlas

Maka, tidak pantas bagi seorang Muslim untuk mengucapkan selamat Natal dalam bentuk apa pun, apalagi menghadiri acara mereka. Semua hal itu diharamkan. Kita sebagai umat Islam bertoleransi kepada mereka—umat Nasrani—ketika mereka menjalankan ibadahnya. Namun, hal itu bukan berarti toleransi dengan ikut atau merayakan praktik peribadatan mereka. Toleransi justru seharusnya menunjukkan penghormatan dengan tetap menunjukkan adanya perbedaan. Artinya, jika seseorang ikut dalam perdebatan agama lain, hal itu menghilangkan hakikat toleransi.[]

 

SUMBER:  TAFSIR JUZ AMMA

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response