Kabar

Keutamaan-Keutamaan Surah Al-Ikhlas

foto: Pixabay
51views

Adapun tentang keutamaan Surah Al-Ikhlas, salah satunya adalah surah ini seperti sepertiganya Al-Quran. Keutamaan ini disebutkan dalam sebuah hadis. Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa ada orang mendengar seseorang membaca Qul huwallahu ahad dan diulang-ulang. Pada esok harinya, ia mendatangi Rasulullah ﷺ dan melaporkannya seakan-akan ia menganggap remeh. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangannya, ia sebanding dengan sepertiga Al-Quran.”

Keistimewaan ini juga diungkapkan dalam hadis yang lain. Dari Abi Sa’id ia berkata, “Rasulullah ﷺ berkata kepada para sahabatnya. ‘Apakah salah seorang dari kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga Al-Quran dalam satu malam?’ Maka, hal ini memberatkan mereka dan (mereka) bertanya, ‘Siapakah di antara kami yang mampu, wahai Rasulullah?’ Rasulullah ﷺ pun bersabda, ‘Allahul wahidush shamad adalah sepertiga Al-Quran.'”

Para ulama menjelaskan maksud dari sepertiga Al-Quran. Jika ada orang yang membaca Al-Ikhlas tiga kali, bukan berarti ia telah membaca satu Al-Quran. Akan tetapi, hal itu karena Al-Quran mengandung tiga perkara—sebagaimana yang dijelaskan Imam Al-Qurthubi. Pertama, masalah-masalah hukum; kedua, janji dan ancaman (surga dan neraka); ketiga, tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah. Sementara itu, Surah Al-Ikhlas berisi tentang sifat-sifat Allah sehingga orang yang membaca surah itu seolah-olah sudah membaca sepertiga bagian dari Al-Quran.

BACA JUGA: Alasan Mengapa Disebut Surah Al-Ikhlas

Sebagian ulama yang lain sedikit berbeda dalam menafsirkan tiga kandungan Al-Quran. Tiga kandungan tersebut adalah: pertama, masalah-masalah hukum; kedua, tentang khabar (kisah); ketiga, tentang akidah atau tauhid. Sementara itu, surah Al-Ikhlas berisi tentang akidah sehingga orang yang membaca surat tersebut seolah-olah telah membaca sepertiga bagian dari Al-Quran.

Jadi, yang dimaksud dengan Surah Al-ikhlas senilai dengan seperti Al-Quran adalah dari sisi kandungannya. Hal itu bukan berarti orang yang membaca Al-Ikhlas sebanyak tiga kali, ia membaca Al-Quran seluruhnya, atau orang yang membaca Al-Ikhlas sekali maka ia telah membaca 10 juz dari Al-Quran. Kalau ada seseorang yang ketika shalat membaca Surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali tanpa membaca Surah Al-Fatihah, shalatnya tentu tidak sah. Hal itu karena tidak seorang pun yang berkata bahwa ia—yang telah membaca Surah Al-Ikhlas sebanyak tiga kali—seperti membaca seluruh Al-Quran, termasuk seolah-olah ia sudah membaca Al-Fatihah. Semua itu menunjukkan bahwa pembahasan tauhid adalah perkara yang sangat penting dan agung. Lihatlah Surah Al-Ikhlas menjadi sangat bernilai karena pembahasannya murni tentang tauhid. Demikian pula halnya dengan Ayatul Kursiy yang menjadi ayat termulia karena isinya murni tentang sifat-sifat Allah.

Pada hadis lain dalam Shahih Bukhari, suatu hari Rasulullah ﷺ mengutus seorang lelaki dalam suatu Sariyyah (pasukan khusus yang ditugaskan untuk operasi tertentu). Ketika menjadi imam shalat, laki-laki tersebut selalu mengakhiri bacaan surahnya dengan membaca Surah Al-Ikhlas. Ketika mereka pulang, berita tersebut disampaikan kepada Rasulullah ﷺ. Maka, beliau bersabda, ‘Tanyakanlah kepadanya, mengapa ia melakukan hal itu?’ Lalu, mereka pun menanyakan kepadanya. Ia menjawab, ‘Karena di dalamnya terdapat sifat ar-rahman, dan aku senang untuk selalu membacanya.’ Mendengar hal itu Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Beritahukanlah kepadanya bahwa Allah ta’ala juga mencintainya.’”

BACA JUGA: Alasan Mengapa Seorang Hamba Harus Beristighfar

Dalam hadis yang lain dari Anas bin Malik r.a., beliau berkata, “Seseorang (sahabat) dari Anshar mengimami (shalat) mereka (para sahabat lainnya) di Masjid Quba. Setiap ia membuka bacaan (di dalam shalatnya), ia membaca sebuah surah dari surah-surah (lainnya) yang ia selalu membacanya. Ia membuka bacaan surah di dalam shalatnya dengan Qul huwallahu ahad sampai ia selesai membacanya. Kemudian, ia melanjutkan dengan membaca surah lainnya bersamanya. Ia pun melakukan hal demikian itu dalam setiap rakaat (shalat)nya. (Akhirnya) para sahabat lain berbicara kepadanya. Mereka berkata, ‘Sesungguhnya engkau membuka bacaanmu dengan surah ini. Kemudian, engkau tidak menganggap hal itu telah cukup bagimu sampai engkau pun membaca surah lainnya. Maka, (jika ingin membacanya) bacalah surah itu (saja) atau engkau tidak membacanya dan engkau (hanya boleh) membaca surah lainnya’. Ia berkata, ‘Aku tidak akan meninggalkannya. Jika kalian suka untuk aku imami kalian dengannya maka aku lakukan. Namun, jika kalian tidak suka, aku tinggalkan kalian.’ Karena mereka telah menganggapnya orang yang paling utama di antara mereka, mereka pun tidak suka jika yang mengimani (shalat) mereka adalah orang selainnya. Tatkala Nabi ﷺ mendatangi mereka, mereka pun menceritakan kabar (tentang itu). Lalu, ia (Nabi) bersabda, ‘Wahai Fulan, apa yang menghalangimu untuk melakukan sesuatu yang telah diperintahkan para sahabatmu? Dan apa pula yang membuatmu selalu membaca surah ini di setiap rakaat (shalat)?’ Ia menjawab, ‘Sesungguhnya aku mencintai surah ini.’ Lalu, Rasulullah bersabda, ‘Cintamu kepadanya memasukkanmu ke dalam surga.'”

Hadis-hadis di atas menunjukkan keutamaan Surah Al-Ikhlas. Surah ini ternyata memang boleh diturunkan Allah untuk menjelaskan sifat-sifatnya. Hal ini seperti penjelasan para ahli tafsir tentang penyebab turunnya surah ini, yaitu ketika orang-orang musyrikin datang menemui Nabi. Lalu, mereka bertanya, “Sebutkan nasab atau sifat Rabb-mu kepada kami!” Maka turunlah firman Allah berupa Surah Al-Ikhlas kepada Nabi untuk menjawab orang tadi.[]

 

SUMBER: TAFSIR JUZ AMMA

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response