Tafsir

Allah Berada di Arsy: Penjelasan Surah Al-A’la (87) ayat 1

68views

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْاَعْلَىۙ

Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi,

 

Penjelasan Ayat

سَبِّحِ dalam bahasa Arab diambil dari kata tasbihun yang artinya menyucikan. Ada banyak kata menyucikan dalam Al-Quran dengan berbagai shighah bentuk, seperti bentuk fi’il mudhari: yusabbihu, fi’il amr: Sabih, fi’il madhi: sabbaha, isim masdar: subhanam. Semua kata tersebut digunakan untuk menyucikan Allah.

  1. Mahasuci Allah

Allah adalah Zat yang berhak untuk disucikan dari perkataan mulhidin atau orang-orang yang mengingkari Allah. Hal itu karena ada banyak perkataan atau aqidah yang batil tentang Allah sehingga Allah memerintahkan nabi dan kaum Muslimin untuk menyucikannya dari sifat-sifat yang tidak pantas. Misalnya, ketika Allah dituduh memiliki anak, Allah mengatakan subhana.

Salah satu hal yang tidak pantas bagi Allah adalah menyifatinya dengan sifat-sifat yang kurang, seperti cacat, buta, tuli,  atau bisu. Mereka juga menuduh Allah punya anak atau istri. Padahal, semua itu merupakan sifat yang tidak pantas bagi Allah.

Jika kita membuka buku seperti Alkitab, kita akan mendapati sifat yang menunjukkan kerendahan Allah:

  • Allah menangis, Allah bisa menyesal dan hatinya pilu atau sedih, Allah menyesal telah menciptakan manusia;
  • Allah menyesal karena malapetaka yang direncanakan kepada umat-Nya;
  • Allah menyesal menjadikan Saul sebagai raja Israil;
  • Allah mencari Nabi Adam yang bersembunyi;
  • Allah tidak tahu jika Nabi Adam dan Hawa telah memakan buah yang dilarang;
  • Allah beristirahat karena letih setelah menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari. Lalu, dia beristirahat pada hari ke-7;
  • Allah bergulat dangan Nabi Yakub dan akhirnya Yakub yang menang.

Hal-hal tersebut mustahil ditemukan dalam Al-Quran. Allah justru berulang kali menyuruh kita untuk menyucikannya dalam banyak ayat di Al-Quran.

BACA JUGA: Hakikat Maghfirah: Pelajaran Penting dari Surah Al-Buruuj (85) ayat 14

Salah satu hal yang perlu kita sucikan dari Allah adalah menyamakan Allah dengan makhluk. Dalam segi penamaan atau nama, sifat Allah memang sama dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Akan tetapi, hakikatnya tentu berbeda. Allah berfirman dalam Quran Surah Asy-Syura (42) ayat 11:

لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Allah mendengar juga melihat. Akan tetapi, pendengaran dan penglihatan Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Penglihatan manusia sangat terbatas. Begitu pula pendengarannya. Apabila ada lima orang berbicara secara bersamaan, kita pasti tidak akan dapat berkonsentrasi mendengarkannya. Hal ini berbeda dengan penglihatan dan pendengaran Allah. Pendengaran Allah meliputi segala sesuatu di alam semesta ini.

Demikian juga dalam hal penglihatan dan ilmu. Manusia berilmu, Allah juga berilmu. Namun, ilmu Allah tidak dapat dibandingkan dengan ilmu manusia yang penuh dengan kekurangan. Contohnya adalah ruh, sesuatu yang terdapat dalam diri manusia saja. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui hakikatnya. Seandainya seribu orang yang berbicara tentang ruh, akan ada seribu penafsiran tentangnya. Allah berfirman dalam Quran Surah Al-Isra’ (17) ayat 85:

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kalian tidak diberi pengetahuan kecuali sangat sedikit.”

Oleh karena itu, tidak boleh terbayang dalam benak kita bahwa sifat Allah itu sama hakikatnya dengan sifat manusia—meskipun sama dalam hal nama sifatnya.

BACA JUGA: Tugas-Tugas Malaikat: Penjelasan Surah Ath-Thariq (86) ayat 4

Contoh lain adalah Allah punya tangan. Tidak boleh terbayang dalam benak kita bahwa tangan Allah sama seperti tangan manusia. Dalam Quran Surah Az-Zumar ayat 67, Allah berfirman:

وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدْرِهٖۖ وَالْاَرْضُ جَمِيْعًا قَبْضَتُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَالسَّمٰوٰتُ مَطْوِيّٰتٌۢ بِيَمِيْنِهٖ ۗسُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya. Padahal, seluruh bumi dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit akan digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.

Kaidah ini berlaku untuk seluruh sifat Allah. Barang siapa yang menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya, berarti ia telah terjerumus dalam kesyirikan. Inilah makna dari ayat ini: agar kita menyucikan Allah dari sifat yang tidak pantas dan menyamakan sifatnya dengan sifat makhluk-Nya.

  1. Allah Mahatinggi

Dari ayat tersebut, salah satu sifat Allah adalah Mahatinggi. Ada banyak dalil yang menunjukkan keMahatinggian Allah. Allah Mahatinggi  dalam tiga hal:

  1. Allah Mahatinggi sifatnya dan semua sifat itu sempurna.
  2. Allah Mahatinggi atas seluruh makhluk-Nya.
  3. Allah adalah Zat yang Mahatinggi.

Seluruh umat Islam sepakat bahwa sifat Allah adalah sifat yang tinggi. Umat Islam juga sepakat bahwa tidak ada satu pun makhluk yang menyamai ketinggian Allah.

BACA JUGA: Hidayah Itu Hak Allah: Pelajaran Penting dari Surah Al-Buruuj (85) ayat 10

Pada saat ini, telah terjadi penyimpangan di tengah kaum muslimin tentang keberadaan zat Allah. Sebagian kaum muslimin sekarang meyakini bahwa Allah ada di mana-mana. Padahal, pendapat ini sudah dibantah Imam Ahmad ratusan tahun yang lalu dalam Kitab Arrad ‘Alal Jahmiyah Waz Zanaadiwa. Menganggap lazim Allah ada di mana-mana seperti dia ada di kamar mandi, dalam perut hewan, Bahkan dalam perut kita, merupakan hal yang berbahaya.

Ada pula sebagian orang yang mengatakan Allah tidak di atas dan tidak pula di bawah—pendapat orang-orang filsafat. lalu, di manakah Allah itu jika dia tidak berada di atas maupun di bawah? Keyakinan seperti ini akan membawa konsekuensi sehingga Allah itu dianggap tidak ada. Allah mahasuci dari anggapan tersebut!

Dalam kitab Risalah Ila Ahlits Tsaghr, Imam Abul Hasan Al Asy’ari dalam menyebutkan para sahabat telah ijma atau sepakat bahwa Allah ada di atas Arsy. Hal ini ditunjukkan dalam banyak ayat Al-Quran dan hadis nabi.

Keyakinan Allah berada di atas adalah fitrah manusia. Oleh sebab itulah, setiap orang akan menengadahkan atau mengangkat tangannya ketika berdoa. Seandainya Allah berada di mana, tangannya juga akan kemana-mana. Selain itu, kita juga mendengar bahwa semua orang akan berkata kita serahkan kepada yang di atas ketika menghadapi ujian yang berat,

Pendapat yang mengatakan Allah ada di mana-mana—Allah tidak di atas dan tidak di bawah—secara tidak langsung mengingkari mukjizat Isra Mi’raj. Hal ini karena, ketika Nabi menjalani peristiwa Isra Mi’raj, beliau dibawa ke atas langit ketujuh untuk bertemu Allah.

Sebagian ulama Syafi’iyah memberi perhatian khusus tentang masalah ini. Salah satunya adalah Imam Dzahabi dalam kitabnya yang berjudul Al-Uluw li Al-‘Aliy Al-Ghaffaar yang sekarang tercetak dalam dua jilid. Dalam buku tersebut, disebutkan seluruh perkataan ulama Salaf dari zaman dahulu sampai masa beliau tentang keberadaan Allah.

Keyakinan bahwa Allah tidak berada di atas akan menjerumuskan manusia ke dalam pemahaman yang batil. Contohnya adalah meyakini bahwa Allah ada di mana-mana. Sementara itu, sebagian lain meyakini bahwa Allah bisa bersatu dengan makhluk yang dikenal dengan istilah akidah wihdatul wujud atau manunggal ing kawula Gusti. Inilah akidah yang batil seperti akidah Trinitas yang meyakini Allah bersatu dengan Nabi Isa a.s. Pendapat-pendapat seperti ini merupakan kekufuran. Padahal, banyak dalil yang menunjukkan bahwa Allah berada di Arsy. Allah berfirman tentang Nabi Isa a.s. dalam Surah An-Nisa (4) ayat 158:

بَلْ رَّفَعَهُ اللّٰهُ اِلَيْهِ

Tetapi, Allah telah mengangkat (ke atas) Nabi Isa menuju Allah…

BACA JUGA: Ketika Orang Menerima Kitab dari Sebelah Kanan

Allah juga berfirman dalam Al-Quran Surah Fathir (35) ayat 10:

…اِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُه…

… Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik dan amal kebajikan Dia akan mengangkatnya…

 

Selain kedua Ayat tersebut, masih banyak ayat dan hadis lain yang menunjukkan keberadaan Allah di atas.[]

 

Sumber: Tafsir Juz Amma, karya Firanda Andirja

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response