Historia/Tarikh

Kedatangan Para Utusan (Bagian Keempat dari Lima Tulisan)

27views

Kesepuluh: Utusan dari Hamdan

Para utusan ini datang pada tahun 9 H. Ketika Nabi ﷺ telah pulang dari Perang Tabuk. Beliau menulis sebuah perjanjian bagi mereka dan memberikan apa yang mereka inginkan. Beliau menunjukkan Malik bin An-Namath sebagai pemimpin mereka ke khususnya bagi kaumnya yang telah masuk Islam. Beliau mengutus Khalid bin Al-Walid kepada mereka secara keseluruhan, dengan tugas menyeru mereka kepada Islam. Enam bulan ia berada di sana untuk berdakwah, tetapi mereka tetap menolak ajakannya.

Kemudian, beliau mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan Khalid bin Al-Walid. Dia datang ke Hamdan dan membacakan surat Rasulullah ﷺ; mengajak mereka kepada Islam, dan akhirnya mereka pun masuk Islam semuanya. Ali menulis surat kepada beliau, mengabarkan keislaman mereka. Setelah membacanya, beliau melakukan sujud, lalu mengangkat kepala saya berkata, “Kesejahteraan atas Hamdan. Kesejahteraan atas Hamdan.”

BACA JUGA: Kedatangan Para Utusan (Bagian Ketiga dari Lima Tulisan)

Kesebelas: Utusan Bani Fazarah

Sama seperti sebelumnya, para utusan ini datang pada tahun 9 H. ketika Nabi ﷺ telah pulang dari Perang Tabuk. Mereka berjumlah lebih dari 10 orang untuk menyatakan Islam. Mereka juga membawa misi untuk mengadukan masalah kekeringan yang melanda wilayah mereka. Maka, beliau naik ke atas mimbar, mengangkat kedua tangan, dan memintakan hujan. Beliau berdoa, “Ya Allah, turunkanlah hujan ke negeri-Mu dan hewanternak-Mu, serta luaskanlah rahmat-Mu. Hidupkanlah negeri-Mu yang mati. Ya Allah, turunkan hujan yang lebat, bermanfaat, menyenangkan, susul-menyusul, meluas, segera dan tidak ditunda-tunda, dan tidak berbahaya. Ya Allah, turunkanlah hujan yang membawa rahmat bukan hujan yang membawa siksaan, kehancuran, dan menenggelamkan. Hujan yang tidak memusnahkan. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami dan tolonglah kami dalam mengalahkan musuh.”

Kedua belas:  Utusan dari Najran

Najran adalah sebuah wilayah yang cukup luas, sejauh 7 marhalah dari Mekkah ke arah Yaman. Wilayah ini meliputi 73 Dusun yang memiliki 100. 000 prajurit. Mereka bernaung di bawah bendera agama Nasrani. Para utusan dari Najran itu datang pada tahun 9 H, berjumlah 60 orang. Dua puluh empat orang termasuk para bangsawan mereka dan tiga orang merupakan pemimpin penduduk Najran. Orang pertama di antara mereka berjuluk Al-Hakim yang memegang pemerintahan dan namanya adalah Abdul Masih. Orang kedua berjuluk As-Sayid yang memegang urusan peradaban dan politik. Namanya adalah Al-Aiham atau Syurahbil. Orang ketiga berjuluk Al-Usquf, yang memegang urusan agama dan kepemimpinan spiritual. Adapun namanya adalah Abu Hartisah bin Alqamah.

Saat para utusan itu tiba di Madinah dan bertemu Rasulullah ﷺ, terjadi tanya jawab antara beliau dan mereka. Kemudian, beliau mengajak mereka untuk masuk Islam. Beliau juga membacakan Al-Quran, tetapi mereka menolak ajakan beliau ini. Mereka bertanya apa komentar beliau tentang Isa. Seharian beliau belum bisa memberikan jawaban hingga turun ayat Al-Quran Surah Ali-Imran (3) ayat 59 sampai 61:

اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ (59) اَلْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُنْ مِّنَ الْمُمْتَرِيْنَ (60) فَمَنْ حَاۤجَّكَ فِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ اَبْنَاۤءَنَا وَاَبْنَاۤءَكُمْ وَنِسَاۤءَنَا وَنِسَاۤءَكُمْ وَاَنْفُسَنَا وَاَنْفُسَكُمْۗ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَّعْنَتَ اللّٰهِ عَلَى الْكٰذِبِيْنَ (61)

“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah kemudian berfirman kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu. (59) Kebenaran itu dari Tuhanmu. Oleh karena itu, janganlah engkau (Nabi Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu. (60) Siapa yang membantahmu dalam hal ini setelah datang ilmu kepadamu, maka katakanlah (Nabi Muhammad), “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah agar laknat Allah ditimpakan kepada para pendusta.”

Pada keesokan harinya beliau menyampaikan tanggapan tentang diri Isa, sesuai dengan kandungan ayat-ayat ini. Seharian itu beliau meninggalkan mereka agar mereka bisa mengambil keputusan. Akan tetapi, mereka tetap tidak mau menerima tanggapan beliau tentang diri Isa dan sekaligus mereka menolak masuk Islam. Kemudian, beliau mengajak mereka ber-mubahalah. Kala mereka melihat kesungguhan dan persiapan beliau untuk ber-mubahalah, mereka pun bermusyawarah lagi, “Demi Allah, kalian jangan melayaninya. Jika dia benar-benar seorang Nabi, Allah pasti akan mengutuk kita dan kita pun tidak akan beruntung sama sekali. Setelah itu, tidak ada yang tersisa sesudah itu bagi kita. Semua yang ada pada diri kita pasti akan binasa,” kata mereka kepada yang lain.

BACA JUGA: Kedatangan Para Utusan (Bagian Kedua dari Lima Tulisan)

Akhirnya, mereka sepakat untuk tunduk kepada Nabi ﷺ. Mereka menghadap beliau dan berkata, “Kami pasrah apa pun yang kau minta dari kami.” Beliau mengatakan siap menerima jizyah dari mereka dan disepakati agar mereka menyerahkan 2.000 hullah setiap tahunnya, 1. 000 pada bulan Rajab dan 1.000 lagi pada bulan Safar. Sebagai gantinya, beliau memberikan perlindungan Allah dan rasulnya kepada mereka dan mereka diberi kebebasan secara mutlak untuk menjalankan agamanya. Untuk itu, ditulislah sebuah piagam perjanjian.

Mereka meminta agar beliau mengirim seorang penjaga keamanan di daerah mereka . Tugas ini diserahkan kepada Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Lambat laun, Islam pun menyebar di tengah mereka. Bahkan, para penulis sejarah menyebutkan bahwa As-Sayyid dan Al-Aqib masuk Islam sekembalinya ke Najran. Kemudian, Nabi ﷺ mengutus Ali bin Abi Thalib untuk mengurus sedekah dan jizyah dari mereka.

Ketiga belas: Utusan dari Bani Amir Bin Sha’Sha’ah

Utusan Bani Amir bin Sha’Sha’ah ini terdapat Amir bin Thufail ( yang merupakan musuh Allah), Arbad bin Qais, Khalid bin Ja’far, dan Jabbar bin Aslam. Mereka semua adalah para pemimpin kaumnya dan setan-setan mereka. Amir adalah orang yang pernah mengkhianati para sahabat di Bir Ma’unah. Sebelum para Utusan ini tiba di Madinah, Amir bin Arbad menyusun persekongkolan untuk membunuh Nabi. Ketika mereka sudah menghadap beliau, Amir berbicara di hadapan beliau, sedangkan Arbad mondar-mandir di belakang beliau dan siap menghunus pedangnya. Namun, Allah menahan tangannya sehingga dia tidak mampu melakukannya, dan beliau selamat dari persekongkolan mereka. Lalu, beliau mendoakan kecelakaan bagi mereka berdua.

Dalam perjalanan pulang ke rumah, Allah mengirim petir yang menyambar Arbad dan untanya hingga mati dalam keadaan hangus tersambar petir, sedangkan Amir terkena sakit di tenggorokan saat singgah di rumah seorang wanita dari Bani Salul. Sebelum meninggal di sana, dia berkata, “Apakah aku terkena penyakit tenggorokan seperti yang biasa menjangkiti anak unta di rumah seorang wanita dari Bani Fulan bawa ke sini kudaku. “Lalu, dia naik ke punggungku dan akhirnya dia mati saat berada di atas punggung kudanya.”

Keempat belas: Urusan dari Tujib

Para utusan ini datang sambil membawa sedekah kaumnya dari kelebihan hasil buruh mereka. Para utusan ini berjumlah 13 orang. Mereka banyak bertanya tentang Al-Quran dan As-Sunnah untuk dipelajari. Mereka tidak lama berada di Madinah. Ketika beliau memberikan bekal perjalanan kepada mereka, mereka mengirim seorang pemuda yang sebelumnya mereka tinggal di dalam kemah. Maka, pemuda tersebut menghadap Nabi Seraya berkata, “Demi Allah, tidak ada yang membuatku sibuk tentang urusan negeriku melainkan hendaklah engkau berdoa kepada Allah agar mengampuni dan menghormatiku serta menjadikan kekayaanku ada di dalam hatimu.”

BACA JUGA: Kedatangan Para Utusan (Bagian Pertama dari Lima Tulisan)

Beliau berdoa seperti itu sehingga pemuda tersebut menjadi orang yang paling merasa kuat menerima keadaan. dia tetap teguh dalam Islam ketika banyak orang keluar dari Islam. Bahkan, dia aktif memperingatkan kaumnya, menasihati, dan memerintahkan agar mereka teguh hati. Para utusan ini bertemu lagi dengan Rasulullah pada saat haji Wada pada tahun 10 H.

 

SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Penulis Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Penerbit: Ummul Qura

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response