Kelima: Kedatangan Ka’ab bin Zuhair bin Abu Sulma
Ka’ab bin Zuhair berasal dari sebuah keluarga penyair dan dia sendiri termasuk penyair Arab yang terkenal. Dahulu dia suka menyerang diri Rasulullah ﷺ dengan syair-syairnya. Setelah beliau pulang dari Perang Thaif pada tahun 8 H, Ka’ab bin Zuhair dikirimi surat oleh saudaranya sendiri, Bujair bin Zuhair. Surat itu berisi: “Rasulullah ﷺ membunuh beberapa orang di Mekkah yang dulunya suka menyerang dan mengolok-olok beliau, sedangkan penyair-penyair Quraisy lainnya bisa melarikan diri ke mana pun untuk menyelamatkan diri. Jika engkau masih merasa sayang terhadap dirimu sendiri, temuilah Rasulullah ﷺ karena beliau tidak akan membunuh orang yang memohon maaf. Jikalau engkau enggan, selamatkanlah dirimu sendiri.”
Setelah itu, mereka berdua saling membalas-balas surat sehingga akhirnya Ka’ab merasakan bumi ini terlalu sempit baginya. Karena ia masih merasa sayang terhadap diri sendiri, maka dia datang ke Madinah dan singgah di rumah seseorang dari Bani Juhainah. Pada pagi harinya, dia ikut shalat bersamanya.
BACA JUGA: Kedatangan Para Utusan (Bagian Pertama dari Lima Tulisan)
Dia memberi isyarat agar Ka’ab menghampiri Nabi. Maka, Ka’ab segera bangkit dan duduk di hadapan beliau. Dia lalu meletakkan tangannya di atas tangan beliau, padahal beliau belum mengenal dirinya.
Ka’ab berkata, “Wahai Rasulullah, Ka’ab datang untuk memohon perlindungan kepadamu sebagai orang yang bertobat dan menyatakan Islam. Apakah engkau mau menerimanya jika aku datang bersamanya?”
“Ya,” jawab beliau.
“Akulah Ka’ab bin Zuhair,” kata Ka’ab.
Tiba-tiba, seorang Anshar melompat ke dekatnya dan meminta izin kepada beliau untuk memenggal lehernya. Beliau bersabda, “Menjauhlah darinya karena dia datang untuk memohon ampunan dan meninggalkan apa yang dulu pernah dia lakukan.”
Ka’ab kemudian melantunkan syair yang berisi pujian terhadap Rasulullah. Kemudian, Ka’ab menyanjung para Muhajirin dan Quraisy sebab siapa pun di antara mereka berbicara tentang diri Ka’ab hanya yang baik-baik saat dia datang. Selanjutnya, dia pun menawarkan diri untuk menyanjung orang-orang Anshar. Dia berbuat seperti itu karena ada seorang Anshar yang hendak memenggal lehernya tetapi tidak jadi.
Keenam: Utusan dari Uzaroh
Para utusan ini datang pada Safar 9 H. Mereka berjumlah 12 orang. Di antara mereka terdapat Hamzah bin An-Nu’man. Juru bicara mereka menjawab saat ditanya tentang kaum mereka, “Kami adalah Bani Udzrah, saudaraku dari pihak ibu. Kamilah yang dulu pernah membantu Qushay dan mengusir Khuza’ah dan Bani Bakar dari Mekkah. Kami mempunyai kerabat dan saudara.”
Nabi ﷺ menerima kedatangan mereka dengan ramah dan menyampaikan kabar gembira tentang penaklukan Syam. Beliau melarang mereka mendatangi dukun dan menyembelih korban seperti yang biasa mereka lakukan sebelumnya. Para utusan ini masuk Islam dan menetap di Madinah hingga beberapa hari. Setelah itu, mereka kembali lagi ke kaumnya.
BACA JUGA: Orang-Orang yang Beriman Selain Penduduk Mekkah (Bagian Kedua-Habis)
Ketujuh: Utusan dari Bali
Utusan ini datang pada Rabiul Awal 9 H. Mereka masuk Islam dan menetap di Madinah selama 3 hari. Pemimpin mereka bertanya kepada Nabi ﷺ, “Apakah bertamu itu juga ada pahalanya?” Beliau menjawab, “Benar dan setiap kebajikan yang engkau kerjakan terhadap orang yang miskin maupun kaya merupakan sedekah.” Dia bertanya lagi tentang waktu maksimal bertamu. Beliau menjawab, “Tiga hari.” Dia bertanya tentang domba yang lepas. Beliau menjawab, “Ia milikmu, atau milik saudaramu, atau menjadi bagian serigala.” Dia juga menanyakan tentang unta yang lepas. Beliau menjawab, “Itu milikmu atau bagian serigala. Biarkan saja ia hingga pemiliknya dapat memegangnya lagi.”[]
SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Penulis Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Penerbit: Ummul Qura
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL
