Historia/Tarikh

Orang-Orang yang Beriman Selain Penduduk Mekkah (Bagian Kedua-Habis)

Foto: Pixabay
36views

Pada bagian pertama, telah dituliskan tiga orang penduduk di luar Mekkah yang memeluk Islam, yakni Suwaid bin Shamit, Iyas bin Mu’adz, dan Abu Dzar Al-Ghifari. Dalam tulisan kedua ini akan dikemukakan dua sosok lain bukan penduduk Mekkah yang memutuskan menjadi pemeluk Islam.

Keempat, Thufail bin Amru Ad-Dausi

Ia adalah seorang lelaki mulia, penyair andal, dan ketua kabilah Daus. Kabilahnya memiliki pemerintahan atau semi pemerintahan di beberapa bagian di Yaman. Ia masuk ke Mekkah tahun ke-11 dari kenabian. Sebelum tiba di Mekkah, ia sudah disambut oleh kerabatnya di Mekkah. Mereka rela mengeluarkan banyak biaya untuk penyambutan tersebut agar meriah. Mereka berkata kepada Thufail, “Wahai Thufail, kini engkau telah berada di bumi kami. Kami hendak memperingatkan kepadamu mengenai seorang lelaki, yang telah tampil di depan dan menimbulkan permasalahan yang besar di kalangan kami. Ia telah memecah belah persaudaraan di antara kami, memporak-porandakan kehidupan kami. Ucapannya seperti embusan sihir yang menceraikan di antara bapak dan anak lelakinya, antara seseorang dan kawannya, di antara suami dan istri. Kami khawatir bila nanti terjadi kepadamu seperti apa yang terjadi pada kami. Untuk itu, janganlah berbicara dengarnya.”

BACA JUGA: Orang-Orang yang Beriman Selain Penduduk Mekkah (Bagian Pertama)

Thufail menuturkan, “Demi Allah, mereka terus mengacaukan pemikiranku dengan ucapan-ucapan seperti itu hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidak mendengar apa pun kata mereka. Bahkan, dalam perjalanan ke masjid, aku menyumbat telingaku dengan kapas. Saat aku sampai di masjid, aku melihat Muhammad sedang shalat di sisi Ka’bah. Aku pun berdiri di dekatnya. Allah menghendaki agar aku mendengar sebagian ucapannya. Dan aku mendengar kata-kata yang baik. Aku berkata dalam hatiku sendiri, “Demi ibuku yang melahirkan diriku, demi Allah, aku ini penyair andal. Aku bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Apa yang menghalangiku untuk mendengar ucapan lelaki ini? Bila kata-katanya memang baik aku bisa menerimanya. Namun, bila buruk, aku bisa meninggalkannya begitu saja.”

Aku diam saja dan ketika beliau berangkat pulang, aku mengikutinya. Ketika beliau masuk rumah, aku juga ikut masuk dan aku mau ceritakan kepadanya tentang kedatanganku, bagaimana orang-orang menakutiku, aku menyumbat telingaku dengan kapas, dan mendengarkan sebagian ucapan beliau. Aku lalu berkata kepada beliau, “Jelaskanlah agamamu kepadaku.”

Beliau pun menjelaskan Islam dan membacakan Al-Quran di depanku. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak pernah mendengar kata-kata yang lebih bagus daripada kata-katanya dan tidak pernah kutemukan agama yang lebih adil daripada itu. Seketika itu pula aku memeluk Islam dengan mengucap dua kalimat syahadat dengan sebenarnya. Aku berkata pada beliau, “Aku ini orang yang dipatuhi di kalangan kelompokku. Hari ini aku akan pulang menemui mereka dan menyuruh mereka kepada Islam. Karena itu, wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar mengaruniakan sebuah bukti sebagai penguat. Maka Rasulullah pun berdoa untukku.

Maka, Allah mengaruniakan bukti kepadanya. Ketika ia hampir tiba di kaumnya, wajahnya mengeluarkan cahaya yang memancar. Namun, ia berkata, “Ya Allah, janganlah engkau jadikan cahaya ini di wajahku karena aku khawatir bila mereka akan berkata, ‘Ini adalah dagelan’. Akhirnya, cahaya itu pindah ke cemetinya. Dia mengajak bapak dan istrinya agar masuk Islam dan mereka berdua menerimanya. Kaumnya tidak mau masuk Islam begitu saja, tetapi ia tetap telaten mengajak mereka. Pada akhirnya, ia ikut berhijrah bersama 70 atau 80 keluarga dari kaumnya setelah Perang Khandaq. Kemudian, dia mendapatkan cobaan yang baik demi Islam, gugur sebagai orang yang syahid dii Perang Yamamah.

BACA JUGA: Mengenal Para Generasi Pertama yang Masuk Islam

Kelima, Dhimad Al-Azdi. Ia berasal dari kabilah Azd Syanu’ah dari Yaman. Ia biasa memberikan pengobatan dengan mengembuskan angin. Ia tiba di Mekkah dan mendengar orang-orang berkata, “Muhammad adalah orang gila.” Ia berkata di dalam hati, “Aku akan menemui orang itu. Siapa tahu Allah menyembuhkannya dengan pengobatanku.” Saat bertemu dengan beliau, Dhimad berkata, “Wahai Muhammad, aku bisa mengobatimu dengan embusan angin. Apakah engkau bersedia?” Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah. Kita memuji dan memohon pertolongan kepada-Nya. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada seorang pun yang akan menyesatkannya. Dan, barang siapa yang disesatkan oleh-Nya tidak akan ada seorang pun yang mampu memberikan petunjuk kepadanya. Aku bersaksi tiada Ilah selain Allah semata-mata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-nya.”

Ia berkata, “Ulangilah kata-katamu tadi.” Maka, beliau mengulanginya hingga tiga kali. Ia berkata, “Aku pernah mendengar ucapan tukang tenung, tukang sihir, dan para penyair. Namun, aku belum pernah mendengar seperti kata-katamu itu. Padahal, kami telah menguasai kosakata sedalam lautan. Berikanlah tanganmu dan biarkanlah aku berbaiat atas nama Islam. ” Akhirnya, Dhimad berbaiat menyatakan keislamannya.[]

 

SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Karya: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Penerbit: Ummul Qura

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response