Historia/Tarikh

Orang-Orang yang Beriman Selain Penduduk Mekkah (Bagian Pertama)

Foto: Pixabay
39views

Selain menawarkan Islam kepada berbagai kabilah dan utusan, Rasulullah ﷺ juga menawarkannya kepada perorangan secara langsung. Di antara mereka ada yang menolaknya secara baik-baik, tapi ada pula beberapa orang yang beriman tak lama setelah musim haji. Di antara mereka yang beriman tak lama setelah musim haji adalah:

Pertama, Suwaid bin Shamit. Suwaid adalah seorang penyair yang cerdas. Dia merupakan salah seorang penduduk Yatsrib. Dia dijuluki Al-Kamil (orang yang sempurna) oleh kaumnya. Julukan ini diberikan karena faktor warna kulitnya, syairnya, kehormatan, dan nasabnya. Dia datang ke Mekkah untuk menunaikan Ibadah haji atau umrah. Lalu, Rasulullah ﷺ mengajaknya masuk islam. Dia berkata, “Sepertinya apa yang ada padamu sama dengan yang ada padaku.” Lalu, Rasulullah ﷺ berkata kepadanya, “Apa yang ada padamu?” Dia menjawab, “Hikmah Lukman.” Beliau berkata lagi, “Bacakan kepadaku”. Dia pun membacakannya maka Rasulullah pun berkata, “Sesungguhnya ucapan ini indah tetapi apa yang aku bawa lebih indah daripada ini; ialah Quran y  ang diturunkan oleh Allah kepadaku  Ia adalah petunjuk dan cahaya.”

Rasulullah ﷺ kemudian membacakan ayat-ayat Al-Quran kepadanya dan mengajaknya untuk memeluk Islam. Dia menerimanya dan masuk Islam. Dia berkomentar, “Sesungguhnya ini memang benar lebih indah.” Setelah tidak berapa lama tinggal di Madinah, Suwaid terbunuh pada perang yang terjadi antara suku Aus dan Khazraj sebelum Padang Bu’ats. Dia masuk Islam pada permulaan tahun 11 dari kenabian.

BACA JUGA: Mengenal Para Generasi Pertama yang Masuk Islam

Kedua, Iyas bin Mu’adz. Dia adalah seorang pemuda belia dari penduduk Yatsrib yang datang ke Mekkah bersama rombongan utusan dari Aus, dengan tujuan mencari sekutu dari Quraisy bagi kaumnya untuk menghadapi Khazraj. Tatkala mengetahui kedatangan rombongan dari Aus, Rasulullah ﷺ datang menghampiri dan menawarkan Islam. Beliau berkata kepada mereka, “Apakah kalian mau memiliki sesuatu yang lebih baik bagi kalian daripada yang kalian bawa ke sini?” Mereka menjawab, “Ya apa itu?” Beliau bersabda, “Aku adalah Rasulullah. Dia mengutusku kepada para hamba-Nya, mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah dan tidak berbuat syirik terhadapnya dengan sesuatu pun, dan diturunkan kepadaku Al-Quran.” Kemudian, beliau menyebutkan kepada mereka tentang Islam dan membacakan Al-Quran.

Salah seorang di antara mereka, yaitu Iyas bin Mu’adz berkata, “Wahai kaumku! Demi Allah, ini memang lebih baik daripada apa yang kalian bawa.” Lalu, Abu Haysar, Anas bin Rafi’—salah seorang yang ikut dalam utusan tersebut—mengambil segumpal tanah Al-Bathha’ (sebuah tempat di Mekkah) dan melemparkannya ke arah wajah Iyas sambil berkata, “Menjauhlah dari kami, sungguh kami datang bukan untuk tujuan ini.” Iyas terdiam, sedangkan Rasulullah ﷺ berdiri.

Mereka pun pulang ke Madinah dan tidak sukses mengadakan persekutuan dengan kaum Quraisy. Setelah mereka tiba di Yastrib tak berapa lama Iyas meninggal dunia. Selama ini dia senantiasa bertahlil, bertakbir, bertahmid, dan bertasbih hingga meninggal dunia. Mereka tidak meragukan bahwa dia telah masuk Islam.

Ketiga, Abu Dzar Al-Ghifari. Dia termasuk penduduk pinggiran Yatsrib. Tatkala kabar tentang diutusnya Nabi telah tersebar di Yatsrib yang dibawa oleh Suwaid bin Shamit dan Iyas bin Mu’adz, kabar ini pun akhirnya juga sampai ke telinga Abu Dzar. Dari sinilah sebab keislamannya.

BACA JUGA: Masuk Islam Setelah Mendengarkan Lantunan Ayat Al-Quran

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Abu Dzar berkata, ‘Aku seorang laki-laki dari suku Ghifar. Berita tentang adanya seorang yang muncul di Mekkah mengaku sebagai nabi telah sampai kepada kami.’ Lalu, aku berkata kepada saudaraku, ‘Berangkatlah menemui orang itu dan berbicaralah dengannya, lalu ceritakan kepadaku tentang beritanya.'”

Dia pun berangkat lalu bertemu dengan beliau kemudian pulang kembali. Lantas, aku bertanya kepadanya, “Apa berita yang kau bawa?” Dia berkata, “Demi Allah! Sungguh aku telah melihat orang yang mengajak kepada kebaikan dan melarang kejahatan.” Aku bertanya lagi kepadanya, “Berita yang kau bawa belum memuaskanku.” Aku pun mengambil tas dan tongkat kemudian berangkat ke Mekkah. Namun, aku seolah tidak mau tahu urusannya dan tidak suka bertanya tentang dirinya. Aku sedang minum air zam-zam yang berada di Masjid Al-Haram, tiba-tiba Ali melewatiku sembari menegur, “Sepertinya Anda orang asing?” Aku menjawab, “Iya benar.”

Pada pagi esok harinya, aku datang ke Masjid Haram untuk bertanya kepadanya tentang beliau ﷺ. Tidak ada seorang pun yang memberitahukan kepadaku tentang dirinya. Lalu, Ali kembali melewatiku sembari bertanya, “Apakah Anda masih belum tahu di mana rumahnya?” Aku menjawab, “Belum”. Dia berkata, “Berangkatlah bersamaku”. Dia berkata kepadaku, “Apa urusanmu? Apa maksud kedatangan di negeri ini?” Aku memberitahukannya, “Jika engkau mau merahasiakannya maka aku akan jelaskan”. Dia berkata, “Aku setuju”. Lalu, aku bercerita, “Telah sampai kepada kami berita bahwa ada seorang laki-laki yang muncul di sini mengaku sebagai nabi Allah. Lalu, aku utus seseorang untuk berbicara dengannya dia pun pulang tetapi informasinya tidak memuaskanku karenanya sekarang aku ingin menemuinya langsung.”

Ali berkata kepadanya, “Engkau memang sudah mendapat petunjuk. Wajahku ini menghadap ke arahnya.” … Ali pergi dan aku ikut bersamanya hingga dia memasuki rumah. Aku masuk bersamanya menghadap Nabi ﷺ. Lalu, aku berkata kepada beliau, “Jelaskan kepadaku tentang Islam!” Beliau menjelaskannya, lalu aku seketika itu masuk Islam. Beliau berkata kepadaku, “Wahai, Abu Dzar, rahasiakanlah urusan ini dan kembalilah ke negerimu! Bila engkau telah mendengar kemenangan kami, maka datanglah kembali.” Maka aku berkata, “Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran! Sungguh aku akan secara lantang mengatakannya di hadapan mereka.” Aku kemudian pergi ke Masjid Al-Haram, sementara kaum Quraisy ada di sana. Aku berkata kepada mereka, “Wahai kaum Quraisy! Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba dan Rasul-Nya.”

BACA JUGA: Kisah Umar bin Al-Khaththab Memeluk Islam

Kaum Quraisy berkata, “Cegah penganut Shabiyah (sebutan mereka terhadap agama baru, Islam) ini!” Mereka pun mencegahnya. Aku dipukul hingga hampir mati. Lalu, ada Al-Abbas mendapatiku dan melindungiku. Mereka mendatanginya, tetapi dia berkata kepada mereka, “Celakalah kalian! Apakah kalian akan membunuh seorang pemuda dari suku Ghifar padahal jalur perdagangan dan lintasan kalian melewati perkampungan mereka?” Mereka akhirnya melepaskanku. Esoknya, aku pun kembali mengulangi apa yang aku ucapkan kemarin. Mereka pun melakukan hal yang sama. Lalu, Al-Abbas kembali mendapatiku dan melindungiku dan mengatakan kepada mereka apa yang dikatakannya kemarin.[]

Bersambung ke bagian kedua.

SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Karya: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Penerbit: Ummul Qura

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response