Historia/Tarikh

Kisah Perang Hamra Al-Asad

foto: Unsplash
62views

Kekalahan dalam Perang Uhud membuat kewibawaan kaum Muslim di mata kaum Quraisy dan musuh-musuh Islam menjadi menurun. Rasulullah ﷺ kemudian memutuskan untuk mengembalikan kewibawaan tersebut agar kaum Muslim tak dianggap remeh lawan. Di sisi lain, kaum musyrik berniat untuk menyerang kembali kaum Muslim dan segera menumpas habis mereka. Maklum, secara psikologis, mereka sedang berada di atas angin setelah menang dalam Perang Uhud.

Seusai shalat Ashar di Masjid Al-Mustarah, Rasulullah ﷺ berdialog dengan para sahabat. “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya dia pergi bersamaku. Sesungguhnya aku akan berangkat menuju kaum kafir Quraisy. Juga orang-orang yang mengikuti perang terakhir bersamaku kemarin (Perang Uhud), maka hendaknya dia juga pergi bersamaku.” “Kami dengar dan taat!” Jawab para sahabat serentak.

BACA JUGA: Kisah Perang Uhud

Diriwayatkan, Jabir bin Abdullah termasuk orang yang diizinkan Rasulullah ﷺ untuk ikut berperang meskipun ia tidak ikut dalam Perang Uhud. Hal itu karena Rasulullah ﷺ telah mendapatkan jaminan bahwa ayahnya bersedia menggantikannya sebagai pengasuh putri-putrinya. Singkat cerita, pasukan Muslim berjalan hingga akhirnya sampai ke Hamra Al-Asad, daerah yang terletak sekitar 8 mil dari Madinah. Mereka bermarkas di sana.

Sementara itu, orang-orang musyrik berhenti di Rawha, sekitar 36 mil dari kota Madinah. Mereka berpikir dan bermusyawarah untuk kembali ke Madinah. Mereka menyayangkan kesempatan emas yang terlewat sebelum ini. Di tempat itu, mereka bertemu dengan rombongan Abdul Qais. Abu Sufyan bertanya kepada

Foto” The Great Quran

rombongan tersebut, “Ke mana kalian hendak pergi? “Ke Madinah”, jawabnya.

“Untuk apa?” Tanya Abu Sufyan lagi. “Kami ingin ke Al-Merah,” jawab mereka. Lalu, Abu Sufyan meminta bantuan mereka. “Apakah kalian mau menyampaikan suratku untuk Muhammad? Nanti aku akan memberikan kalian anggur kering dari pasar Ukaz jika kalian telah menyampaikan pesanku. Lalu, jika kalian telah sampai, kabarkanlah kepada Muhammad bahwa sesungguhnya kami telah bersepakat untuk mengadakan penyerangan lagi”.

Permintaan itu dipenuhi mereka. Rombongan tersebut akhirnya bertemu dengan Rasulullah ﷺ yang masih berada di Hamra Al-Asad. Mereka pun menyampaikan pesan Abu Sufyan kepada Rasulullah ﷺ. “Hasbunallah wani’mal wakil,” jawab Rasulullah ﷺ setelah mendengar pesan Abu Sofyan. Kalimat ini yang dilontarkan oleh Nabi Ibrahim ketika dia dilemparkan ke dalam api.

Rasulullah ﷺ segera mengirim Ma’bad bin Abi Ma’bad dari Al-Khuza’i sebagai utusan untuk menemui Abu Sufyan. Ma’bad adalah sahabat yang masih tipis imannya. Dia datang menemui Rasulullah ﷺ di Hamra Al-Asad. Dia menyatakan bela sungkawa atas apa yang menimpa Rasulullah ﷺ pada Perang Uhud. Rasulullah ﷺ memerintahkan Ma’bad untuk mengejar dan menghina Abu Sufyan. Seketika itu juga Ma’bad memacu kudanya untuk menemui Abu Sufyan. Dia berhasil berjumpa Abu Sofyan dan pasukannya di Rawha.

BACA JUGA: Kisah Perang Badar

Saat berhadapan dengan Abu Sufyan, Ma’bad berucap, “Muhammad mengajar kalian bersama sahabat-sahabatnya yang belum pernah aku lihat sebelumnya karena marah kepada kalian. Sahabat-sahabatnya yang tidak ikut serta dalam Perang Uhud, semua bergabung dengannya dan menyesal tidak turut berperang. Mereka sangat marah kepada kalian dan aku tidak pernah melihat kemarahan seperti itu sebelumnya”. Ma’bad kembali menakut-nakuti mereka, “Aku berpendapat lebih baik kalian segera berangkat sebelum pasukan paling depan mereka berhasil melihat tentara paling belakang kalian!”

Saat itu juga semangat mereka luluh. Jiwa mereka melemah. Demikian juga dengan Abu Sufyan. Ia pun mengakhiri perang psikologis dengan kaum Muslim. Dia mengutus orang kepada Rasulullah ﷺ dengan harapan agar mereka tidak diusir oleh kaum Muslim. Hari itu juga Abu Sufyan dan pasukannya bergegas kembali ke Mekkah. Sementara itu, pasukan Muslim tinggal di Hamra Al-Asad hingga hari Rabu, kemudian kembali lagi ke Madinah. Tentang hal ini, Allah berfirman dalam Surah Ali Imran (3) ayat 173-174:

اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ (173) فَانْقَلَبُوْا بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوْۤءٌۙ وَّاتَّبَعُوْا رِضْوَانَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَظِيْمٍ (174)

“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘Sungguh manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu, karena itu takutlah kepada mereka’. Maka, perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung’. (173) Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (174)

BACA JUGA: Kisah tentang Pasukan Abdullah bin Jahsy dan Pemantik Terjadinya Perang Badar

Ibnu Ishaq menuturkan, dalam perjalanan pulang dari Hamra Al-Asad ke Madinah, kaum Muslim berhasil menawan Muawiyyah bin Mughirah—kakek Abdul Malik Ibnu Marwan dari garis keturunan Ibunya—dan Abu Izzah Al-Jamhi salah seorang tawanan Perang Badar yang dibebaskan Rasulullah ﷺ tanpa tebusan. Rasulullah ﷺ berkata kepada Abu Izzah, “Sesungguhnya orang beriman itu tidak boleh terjerembab ke dalam satu lubang sebanyak dua kali”. Lalu, memerintahkan Ashim bin Tsabit untuk menebas lehernya.

Perang ini terjadi pada tanggal 8 Syawal, tepatnya 30 bulan setelah hijrah. Ada juga yang berpendapat pada malam ke-16 bulan Syawal.[]

 

SUMBER: THE GREAT QURAN: Referensi Terlengkap Ilmu-Ilmu Al-Quran, Penulis: Tim Maghfirah Pustaka, Penerbit: Maghfirah Pustaka.

 

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response