Kisah Al-Quran

Melupakan dan Melalaikan Hukum-Hukum Allah adalah Pendahuluan Turunnya Azab

foto: Unsplash
34views

Kita mencermati bahwa firman-Nya, yaitu dalam Surah Al-A’raf (7) ayat 165:

فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖٓ اَنْجَيْنَا الَّذِيْنَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوْۤءِ وَاَخَذْنَا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا بِعَذَابٍۢ بَـِٔيْسٍۢ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ

“Maka, setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang mencegah (orang berbuat) keburukan dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim azab yang keras karena mereka selalu berbuat fasik.

menjadikan azab sebagai konsekuensi dari melupakan Allah. Kita dapat mengambil satu hal penting dari korelasi ini, yaitu kewajiban untuk mengingat semua perintah dan hukum-Nya,.kewajiban untuk selalu mengingatkan umat akan perintah dan hukum-Nya, serta kewajiban untuk terus-menerus menghadirkan pesan perintah larangan-Nya dalam kesadaran visi, rasa, dan pikiran setiap individu umat. Hal ini merupakan penjamin tetap beradanya setiap individu masyarakat pada batas-batas norma, berkomitmen dengannya, serta menjauhi pelanggaran dan tindak indisipliner terhadap norma tersebut.

BACA JUGA: Kisah Orang-Orang Yahudi dan Hari Sabat

Kita juga dapat mengambil dari korelasi tersebut suatu persoalan penting lainnya, yaitu bahayanya melupakan kewajiban dan pengarahan oleh para individu umat. Melupakan dan melalaikannya akan menimbulkan sikap meremehkan dan tidak peduli terhadap kewajiban. Ini akan mengantarkan seseorang pada tindak pelanggaran dan indisipliner. Jika telah tenggelam dalam sikap lalai dan melupakan kewajiban, niscaya akan melupakan kebenaran agama, norma-norma Ilahiyah, dan hukum-hukum syariat.

Dengan demikian, mereka akan mengeluarkan kebenaran, norma, dan hukum ilahiyah tersebut dari alam pikiran, persepsi, dan perasaan setelah mereka mengeluarkannya dari alam ingatan, perhatian, komitmen, dan aksi mereka. Apabila telah sampai pada tingkat kelalaian dan perubahan seperti ini mereka telah kehilangan hubungan apa pun dengan Allah, agama, ataupun syariat. Pada saat itulah, mereka berhak mendapatkan azab-Nya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa adanya konsekuensi penimpaan siksaan Allah terhadap orang-orang yang melampaui batas adalah karena sikap mereka yang melupakan apa yang telah diingatkan kepada mereka.

Ayat-ayat lain banyak yang menegaskan aksioma tersebut dan menunjukkan kebenaran sunnatullah ini. Allah berfirman dalam Surah Al-An’am (6) ayat 42-45:

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَآ اِلٰٓى اُمَمٍ مِّنْ قَبْلِكَ فَاَخَذْنٰهُمْ بِالْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُوْنَ (42) فَلَوْلَآ اِذْ جَاۤءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوْا وَلٰكِنْ قَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ (43) فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍۗ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوْا بِمَآ اُوْتُوْٓا اَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَاِذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ (44) فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْاۗ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ (45)

Sungguh, Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, (tetapi mereka membangkang,) kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar tunduk merendahkan diri (kepada Allah). (42) Akan tetapi, mengapa mereka tidak tunduk merendahkan diri (kepada Allah) ketika siksaan Kami datang menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan terasa indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan. (43) Maka, ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan pintu-pintu segala sesuatu (kesenangan) untuk mereka, sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa. (44) Maka, orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (45)

BACA JUGA: Ringkasan Kisah Kaum Sabat

Allah juga berfirman dalam Surah Al-A’raf (7) ayat 94-95:

وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّبِيٍّ اِلَّآ اَخَذْنَآ اَهْلَهَا بِالْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُوْنَ (94) ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتّٰى عَفَوْا وَّقَالُوْا قَدْ مَسَّ اٰبَاۤءَنَا الضَّرَّاۤءُ وَالسَّرَّاۤءُ فَاَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ (95)

Kami tidak mengutus seorang nabi pun di suatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu,) melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan agar mereka (tunduk dengan) merendahkan diri. (94) Kemudian, Kami ganti penderitaan itu dengan kesenangan (sehingga keturunan dan harta mereka) bertambah banyak. Lalu, mereka berkata, “Sungguh, nenek moyang kami telah merasakan penderitaan dan kesenangan.” Maka, Kami timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadari. (95)

Al-Quran telah menetapkan bahwa ingatan yang hidup dan kesadaran yang terus-menerus akan keberadaan Allah merupakan jalan untuk berkomitmen terhadap hukum-hukum-Nya dan untuk mengalahkan bisikan setan. Allah berfirman dalam Surah Al-A’raf (7) ayat 200-201:

وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ (200) ِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَۚ (201)

Jika setan benar-benar menggodamu dengan halus, berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (200) Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, jika mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat (kepada Allah). Maka, seketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya). (201)

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa mengingat norma dan hukum ilahiyah merupakan jalan menuju komitmen terhadapnya serta merupakan cara untuk terhindar dari azab. Sebaliknya, melupakan hukum dan norma ilahiyah merupakan jalan untuk melanggarnya dan merupakan jalan yang mengundang turunnya azab. Dalam kisah ini, terdapat beberapa oknum dalam tubuh umat yang ingin sekali melupakan perintah-perintah Allah dan membuat orang lain ikut melupakannya. Para oknum itu senantiasa membuat orang lain tenggelam dalam kelalaian dan kealpaan supaya mereka dapat menjauhkan hukum-hukum Allah ini dari ingatan dan perasaan setelah mereka berhasil menjatuhkannya dari realitas, implementasi, dan sosialisasi.

BACA JUGA: Para Dai adalah Mereka yang Bertarung Melawan Kekuatan Batil

Para dai harus senantiasa konsisten dalam memberikan nasihat, peringatan, dan penyuluhan kepada umat agar ingatan umat senantiasa adil dan tanggap untuk menerima dan melaksanakan pengarahan dan hukum Allah serta agar pemikiran tentang halal dan haram, tentang larangan dan perintah, tetap hidup dalam kesadaran umat.

Suatu umat diwajibkan untuk mengetahui bahaya dari melupakan ajaran-ajaran ilahiyah karena akan mengundang datangnya azab dan kehancuran. Para dai yang memiliki obsesi harus berusaha agar umat selalu mengingat ajaran-ajaran ilahiyah. Oleh karena itu, para dai  harus konsisten dalam memberikan peringatan, nasihat, atau petuah agar dapat menuntut umat menuju jalan komitmen terhadap norma ilahiyah dan wilayah keselamatan.[]

Sumber: Kisah-Kisah dalam Al-Quran: Orang-Orang yang Dimuliakan dan Dihinakan Allah, Penulis: Shalah Abdul Fattah Al-Khalidi, Penerbit: Gema Insani

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response