Kisah Al-Quran

Kisah Orang-Orang Yahudi dan Hari Sabat

foto: Pixabay
40views

Ar-Raghib mengatakan, “Secara etimologis, arti asal dari kata sabt adalah al-qath’u (memotong atau memutus). Dikatakan sabata as-sayr berarti memotong perjalanan dan sabata sya’rahu berarti memotong rambutnya. Dinamakan hari Sabat (Sabtu) karena Allah memulai penciptaan langit dan bumi pada hari Ahad, lalu Dia menciptakannya dalam tempo enam hari sehingga mengakhiri pekerjaan-Nya pada hari Sabat (Sabtu). Oleh karena itu, hari itu dinamakan hari Sabat. Tidur dinamakan saba’atan karena orang yang sedang tidur terhenti atau terputus dari pekerjaannya.

BACA JUGA: Ringkasan Kisah Kaum Sabat

Digabungkannya hari Sabat dengan orang-orang Yahudi sangatlah tepat karena sesuai dengan nama dan maknanya. Kata as-sabt dan kata turunannya disebutkan dalam Al-Quran sebanyak tujuh kali dalam satu konteks, yaitu pembicaraan tentang orang-orang Yahudi. Kata as-sabt dan kata turunannya dalam kisah ini disebutkan sebanyak tiga kali. Allah berfirman dalam Surah Al-A’raf (7) ayat 163:

وَسْـَٔلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِيْ كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِۘ اِذْ يَعْدُوْنَ فِى السَّبْتِ اِذْ تَأْتِيْهِمْ حِيْتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَّيَوْمَ لَا يَسْبِتُوْنَۙ لَا تَأْتِيْهِمْ ۛ كَذٰلِكَ ۛنَبْلُوْهُمْ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ

Tanyakanlah kepada mereka tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat, (yaitu) ketika datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka bermunculan di permukaan air. Padahal, pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka karena mereka selalu berlaku fasik.

Kemudian, Allah juga berfirman dalam Surah An-Nahl (16) ayat 124:

اِنَّمَا جُعِلَ السَّبْتُ عَلَى الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِۗ وَاِنَّ رَبَّكَ لَيَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ

Sesungguhnya (mengagungkan) hari Sabtu hanya diwajibkan bagi orang-orang (Yahudi) yang memperselisihkannya. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi keputusan di antara mereka pada hari Kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan.

Selanjutnya, Allah berfirman dalam Surah An-Nisa (4) ayat 47:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اٰمِنُوْا بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّطْمِسَ وُجُوْهًا فَنَرُدَّهَا عَلٰٓى اَدْبَارِهَآ اَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّآ اَصْحٰبَ السَّبْتِ ۗ وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ مَفْعُوْلًا

Wahai orang-orang yang telah diberi Kitab, berimanlah pada apa yang telah Kami turunkan (Al-Quran) yang membenarkan Kitab yang ada padamu sebelum Kami mengubah wajah-wajah(-mu), lalu Kami putar ke belakang (sebagai penghinaan) atau Kami laknat mereka sebagaimana Kami melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabat (Sabtu). Ketetapan Allah (pasti) berlaku.

BACA JUGA: Sebutan Bagi Bangsa Yahudi yang terdapat dalam Surah Al-Baqarah

Allah juga berfirman dalam Surah An-Nisa (4) ayat 154:

وَرَفَعْنَا فَوْقَهُمُ الطُّوْرَ بِمِيْثَاقِهِمْ وَقُلْنَا لَهُمُ ادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَّقُلْنَا لَهُمْ لَا تَعْدُوْا فِى السَّبْتِ وَاَخَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا

Kami pun telah mengangkat gunung (Sinai) di atas mereka untuk (menguatkan) perjanjian mereka. Kami perintahkan kepada mereka, “Masukilah pintu gerbang (Baitulmaqdis) itu sambil bersujud”. Kami perintahkan pula kepada mereka, “Janganlah melanggar (peraturan) pada hari Sabat.” Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kukuh.

Dan, Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah (2) ayat 65:

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِى السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خٰسِـِٕيْنَ

Sungguh, kamu benar-benar telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!

Bagi kaum Yahudi, hari Sabat adalah waktu Allah memerintahkan kepada mereka agar berhenti dan memutuskan diri dari semua pekerjaannya. Akan tetapi, mereka—yang memang tumbuh dan terbentuk dalam watak senang membangkang dan melanggar perintah dan larangan—melanggar pantangan hari Sabat. Dengan demikian, pantaslah mereka mendapatkan kutukan Allah dan mendapatkan azab dari-Nya dengan diubahnya wujud mereka menjadi monyet dan babi. Rasulullah ﷺ memberitahukan kepada kita bahwa Allah telah mewajibkan orang-orang Yahudi untuk beribadah pada hari Jumat. Namun, iblis membuat mereka sesat dan melanggar pantangan sehingga mereka diwajibkan untuk khusus beribadah dan meniadakan kegiatan berburu pada hari Sabat. Allah memberi petunjuk kepada umat Islam untuk melaksanakan kewajiban pada hari Jumat.

Muslim meriwayatkan, dalam kitab Shahih-nya, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Kita sebagai umat generasi akhir adalah (umat) yang akan mendahului umat yang lain pada Hari Kiamat. Namun, setiap umat sebelum kita telah diberi kitab suci dan kita diberi Allah kitab suci sesudah mereka. Kemudian, pada hari ini—yang telah dicatat Allah bagi kita—Dia telah menunjukkan kita kepadanya. Umat manusia yang lain mengikuti kita pada hari itu. Orang-orang Yahudi esok hari (Sabtu) dan orang-orang Nasrani esok lusa (Ahad).”

Dalam riwayat lain, Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Kiita adalah orang-orang (umat) terakhir dan yang pertama pada Hari Kiamat. Kita adalah orang pertama yang masuk surga. Namun, mereka (umat-umat sebelum kita) lebih dahulu diberi Allah kitab suci (sebelum kita), sedangkan kita mendapatkannya sesudah mereka. Kemudian, mereka saling berselisih maka Allah memberi petunjuk kepada kita tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Hari ini (Jumat) adalah hari yang mereka perselisihan dan Allah memberi petunjuk kepada kita untuk komitmen dengan hari Jumat maka hari ini adalah milik kita (hari istimewa umat Islam). Adapun hari esok (Sabtu) untuk orang-orang Yahudi dan esok lusa (Ahad) untuk orang-orang Nasrani.”

BACA JUGA: 6 Keutamaan Hari Jumat Menurut Al-Quran dan Hadis

Penolakan orang-orang Yahudi untuk menerima hari Jumat dan memilih hari Sabat sebagai hari suci dan istimewa adalah bukti atas mental dan temperamental mereka yang tidak simpatik dalam merespon perintah Allah. Respons mereka berbeda jauh dengan respons antusias, disiplin, dan komitmen yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah ﷺ.[]

SUMBER: KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN: Orang-Orang yang Dihinakan dan Dimuliakan Allah, Karya: Shalah Abdul Fattah Al-Khalidi, Penerbit: Gema Insani

 

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response