Kisah Al-Quran

Haman, Fir’aun, dan Tujuan Membangun Menara Mercusuar

Foto: Pixabay
40views

Dalam Al-Quran, nama Haman disebutkan sebanyak enam kali dan semuanya digabungkan dengan Fir’aun. Hal ini menunjukkan bahwa dia bekerja kepada Fir’aun sebagai orang dekatnya, penasihatnya, serta pelaksana titah dan instruksinya. Kita tidak mengetahui tentang Haman lebih dari ini. Kita juga tidak menanyakan tentangnya pada sumber, selain Al-Quran dan hadis shahih. Dalam sejarah perjalanan kisah Fir’aun, salah satunya adalah dia telah meminta kepada Haman agar membangun sebuah bangunan mercusuar untuknya. Al-Quran mengisyaratkan tentang bangunan mercusuar ini dalam Surah Al-Qashash ayat 38:

…فَاَوْقِدْ لِيْ يٰهَامٰنُ عَلَى الطِّيْنِ فَاجْعَلْ لِّيْ صَرْحًا لَّعَلِّيْٓ …

Wahai Haman bakarlah tanah liat untukku (untuk membuat batu bata), lalu buatkanlah bangunan yang tinggi untukku.

Dalam ayat ini kita memahami bahwa bangunan mercusuar tersebut dibangun dari tanah liat yang dibakar, yaitu berupa batu bata merah. Fir’aun telah mengecoh orang-orang dengan mempertunjukkan kepada mereka bahwa dia ingin menaiki bangunan mercusuar tersebut agar dapat mencapai jalan dan pintu ke langit untuk mencari Tuhan Nabi Musa.

BACA JUGA: Kisah tentang Arogansi dan Kesombongan Fir’aun yang Luar Biasa

Ada beberapa sasaran yang ingin diwujudkan oleh Fir’aun ketika membangun mercusuar tersebut, yaitu:

Pertama, dengan adanya mercusuar tersebut, Fir’aun membuat massa lupa akan masalah utama, yaitu dakwah yang ditawarkan laki-laki Mukmin—sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Mu’min ayat 38-43—dengan mengalihkan perhatian mereka pada hal lain yang sekunder, yaitu membangun mercusuar dan mengontrolnya.

Kedua, Fir’aun ingin membuat massa melupakan dakwah melalui faktor waktu  Padahal, membangun mercusuar memerlukan waktu yang dapat dipergunakan oleh Fir’aun untuk penangguhan, penundaan, penguluran, dan penyibukan massa dari masalah utama. Sesungguhnya, pengeluaran waktu dan penundaan masalah adalah tujuan dari pembangunan mercusuar tersebut. Bahkan, sebenarnya perintah pembangunan itu untuk membantu penguluran episode yang sesungguhnya, yakni penguluran waktu dalam mengubah pasir menjadi tanah liat, lalu pembakaran tanah liat menjadi batu bata merah, hingga akhirnya batu bata merah ini dipakai untuk membangun mercusuar.

Seusai proses pembangunan yang berlarut-larut, barulah Fir’aun menaiki bangunan mercusuar dengan lambat dan pelan. Di sana, dia ingin mencapai pintu dan jalan langit seraya mencari-cari Tuhan Nabi Musa, lalu kembali kepada massa dari perjalanannya yang panjang tersebut. Kemudian, dia memberitahukan kepada mereka tentang apa yang dia dapatkan dari perjalanannya tersebut. Semua upaya penguluran waktu ini membuat massa menantikan hasil dari perjalanan Fir’aun. Ini membuat mereka termangu dalam penantian panjang sehingga melupakan argumen penjelasan dakwah laki-laki Mukmin itu yang telah mereka dengar.

BACA JUGA: Kisah Kaum ‘Ad, Kaum Sombong yang Diterbangkan Angin

Ketiga, dari pembangunan mercusuar ini, Fir’aun menginginkan agar hujjah dakwah laki-laki Mukmin itu kehilangan kekuatan, vitalitas, dan efektivitasnya pada massa. Mereka sekarang memikirkannya karena hujjah dakwah itu sangat hidup, hangat serta aktual. Akan tetapi, jika telah sibuk dengan pembangunan mercusuar dan melalaikannya, niscaya mereka akan beralih dari permasalahan utama pada permasalahan sekunder yang direkayasa Fir’aun.

Keempat, Fir’aun ingin tampil di hadapan massa dengan penampilan yang objektif, konsepsional, dan analisis serius. Dia ingin menampakkan bahwa dia tidaklah mendustakan Nabi Musa tetapi karena tidak menemukan Tuhan yang dicari-carinya. Dia menampakkan bahwa benar-benar serius dalam pembangunan mercusuar dan serius dalam pencariannya. Padahal, dalam semua praktik sandiwara ini, tidak lain hanyalah bercanda, mengolok-olok, dan bermain-main belaka. Saat membayangkan biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan mercusuar, esensi dan kemampuan yang dicurahkan, serta waktu yang terbuang untuknya, kita akan mendapati bahwa ini merupakan gambaran dari sebuah sikap pelecehan terhadap akal pikiran massa dari seorang penguasa thaghut. Hal itu pun merupakan praktik dalam menyibukkan massa dengan hal-hal remeh agar melupakan hakikat yang besar, termasuk juga betapa mereka menghambur-hamburkan harta, waktu, karya, dan potensi dalam hal yang tidak memberikan kebaikan dan manfaat bagi masyarakat.

Namun sejatinya, pembangunan mercusuar tersebut menunjukkan bahwa Fir’aun telah mundur beberapa langkah dalam menghadapi logika, kecanggihan retorika, dan pengaruh laki-laki Mukmin itu. Hal ini terekspresikan dalam beberapa kondisi, yaitu:

Pertama, sebelumnya, Fir’aun berkata sebagaimana tercantum dalam Surah Al-Mu’min Ayat 26, “Biar aku yang membunuh Musa dan suruh dia memohon kepada Tuhannya,” tetapi dia telah mundur dari permintaan ini serta meminta pembangunan mercusuar dengan dalih mencari Tuhan Nabi Musa.

Kedua, sebelumnya, Fir’aun meminta izin dari kaumnya untuk membunuh Nabi Musa, tetapi dia malah meminta kaumnya untuk bersikap netral dan menunggu dia dapat menunjukkan hasil perjalanannya ke langit.

Ketiga, sebelumnya, Fir’aun telah memastikan bahwa Nabi Musa adalah seorang ahli sihir dan pendusta, tetapi dia kemudian mengoreksi kepastiannya itu serta mengambil sikap persangkaan dan perkiraan dengan berkata sebagaimana tercantum dalam Surah Al-Mu’min ayat 37, “Sesungguhnya, aku benar-benar meyakini sebagai seorang pendusta”.

BACA JUGA: Kisah Qarun, Orang Kaya yang Teramat Sombong

Sikap Firaun tersebut menunjukkan bahwa dia mengalami kekalahan intelektual, padahal dia pemegang kendali dan kekuasaan. Demikianlah watak kebatilan yang congkak dan agresif jika berhadapan dengan kebenaran yang nyata dan solid. Jika terjadi sebuah perlawanan atau pertarungan intelektual antara yang haq dan batil, lalu yang batil keluar sebagai pihak yang kalah dan lemah sedangkan yang haq keluar sebagai pemenang dan bertahan, kebatilan yang kalah secara intelektual akan memakai cara-cara hewani yang tidak manusiawi, seperti pemukulan fisik, pelucutan, penyiksaan, penindasan, dan pembunuhan.[]

 

SUMBER: KiSAH-KISAH DALAM AL-QURAN

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response