Kisah Al-Quran

Kisah Abrahah yang Ingin Menghancurkan Ka’bah (Bagian Terakhir)

Foto: Pixabay
46views

Ketika fajar muncul pada pagi hari, Abrahah bersiap-siap memasuki kota Mekkah. Ia menyiapkan gajahnya yang bernama Mahmud. Sementara itu, Nufail bin Habib melangkah ke depan dan berdiri di samping gajah tersebut. Kemudian, Nufail memegang kuping sang gajah dan berkata, “Duduklah, hai Mahmud, atau kembalilah dengan selamat ke tempat asalmu karena kamu berada di tanah Allah yang suci.”

Nufail melepaskan kuping sang gajah dan gajah itu pun duduk bersimpuh. Selanjutnya, Nufail bin Habib berlari sekuat tenaga menuju puncak gunung. Lalu, pasukan Abrahah memukul gajah tersebut agar bangkit dan berdiri. Akan tetapi, gajah tersebut tidak mau berdiri. Pasukan Abrahah memukul kepala gajah tersebut dengan kapak. Mereka juga memasukkan tongkat berujung lengkung ke dalam lubang belalai gajah tersebut dan mencabutnya agar sang gajah berdiri. Akan tetapi, gajah tersebut tetap tidak mau berdiri. Ketika pasukan Abrahah mengarahkan gajah tersebut ke arah negeri Yaman, gajah itu mau berdiri dan bergegas melangkahkan kakinya. Ketika mereka mengarahkannya kembali ke arah Syam, gajah tersebut juga mau berjalan. Ketika mereka mengarahkannya ke arah Timur, gajah itu juga mau berjalan. Akan tetapi, ketika mereka mengarahkan sang gajah ke kota Mekkah, gajah tersebut berhenti dan tidak mau melangkahkan kakinya.

Allah pun mengutus burung dari laut. Masing-masing burung membawa tiga batu: satu batu diparuhnya dan dua batu di kedua kakinya. Batu yang di bawanya sebesar biji kedelai dan kacang adas. Namun, siapa saja yang terkena lemparan batu tersebut pasti akan mati atau binasa. Namun, tidak semua pasukan Abrahah terkena lemparan batu karena mereka sibuk berlarian mencari jalan.

BACA JUGA: Kisah Abrahah yang Ingin Menghancurkan Ka’bah (Bagian Kedua)

Kisah pertemuan Abdul Muthalib dengan Abrahah juga dinukil oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak. Kisah ini juga di-shahih-kan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi.

Dari Ibnu Abbas r.a., beliau berkata: “Pasukan bergajah pun datang. Ketika mereka mulai mendekati Mekah, datanglah Abdul Muthalib, kakek Nabi ﷺ, menemui pasukan tersebut. Abdul Muthalib berkata kepada pemimpin mereka (Abrahah), “Untuk apa engkau datang kepada kami? Tidak cukupkah engkau mengirim utusanmu sehingga kami akan membawakan kepadamu semua yang kau inginkan?”

Abrahah (dengan sombongnya) berkata, “Aku dikabarkan tentang Ka’bah (kota Mekkah) yang orang pun memasukinya kecuali dalam keadaan aman. Maka, aku datang kemari untuk memberi ketakutan kepada penduduknya.” Abdul Muthalib menjawab, “Kami akan memberikan semua yang kau inginkan, kembalilah engkau!” Akan tetapi, Abrahah tetap bersikeras untuk memasuki Mekkah (menuju Ka’bah).

Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas r.a. berkata: “Abdul Muthalib mendatangi mereka dan berkata, ‘Sesungguhnya inilah rumah Allah. Allah tidak akan menyerahkannya kepada seorang pun untuk menguasainya (menghancurkannya).’” Mereka berkata, “Kami tidak akan kembali hingga kami menghancurkannya.” Maka, tidaklah mereka memerintahkan gajah mereka untuk maju, kecuali gajah tersebut mundur. Allah kemudian memanggil burung-burung dengan berbondong-bondong. Lalu, Dia memberikan batu berwarna hitam kepada burung-burung tersebut. Tatkala burung-burung itu telah sejajar dengan mereka, burung-burung itu melemparkan batu-batu itu. Akibatnya, tidak tersisa seorang pun dari mereka kecuali mengalami rasa gatal (yang luar biasa). Tidaklah seorang pun dari mereka yang menggaruk kulitnya, kecuali dagingnya berjatuhan.”

Dalam riwayat yang lain dari Ikrimah, dia berkata: “Burung-burung tersebut berwarna hijau, muncul dari laut, dan kepalanya seperti kepala binatang buas.”

BACA JUGA: Kisah Abrahah yang Ingin Menghancurkan Ka’bah (Bagian Pertama)

Pasukan Abrahah yang terkena lemparan batu tidak semuanya langsung tewas. Sebagian mereka tewas dengan cepat, sebagian lagi kabur dalam kondisi terputus dan terlepas anggota tubuhnya hingga tewas. Sementara itu, Abrahah tidak tewas seketika karena ia melarikan diri. Allah tidak membuat Abrahah langsung tewas karena dia ingin menyiksanya. Ada yang mengatakan bahwa Abrahah tewas di negeri Khatsam. Ada pula yang berpendapat bahwa ia berhasil kembali ke Shan’a dan mati di sana. Namun, selama dalam perjalanan kaburnya, badannya terlepas sedikit demi sedikit sampai akhirnya Abrahah tiba di Shan’a dengan kondisi dada terbelah dan jantungnya keluar. Allah menyiksanya dan tidak langsung mematikannya. Demikianlah kisah Abrahah dengan pasukan tentara bergajahnya yang dihancurkan oleh Allah.[]

 

SUMBER: TAFSIR JUZ AMMA, karya Ust. Firanda Andirja

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response