Kisah Al-Quran

Kisah Abrahah yang Ingin Menghancurkan Ka’bah (Bagian Kedua)

Foto: Pixabay
66views

Mereka bertekad untuk membela Ka’bah dengan menghalangi serangan tentara Abrahah. Lalu, raja dari Yaman yang bernama Dzu Nafar mengajak semua orang Arab untuk ikut bersamanya melawan Abrahah. Ia ingin berjuang membela Ka’bah dengan menghalangi keinginan Abrahah untuk meruntuhkan dan menghancurkannya. Orang-orang Arab menanggapi ajakan Dzu Nafar dan berperang melawan Abrahah. Akan tetapi, Abrahah dapat mengalahkan mereka karena Allah hendak menunjukkan kehormatan dan keagungan Ka’bah. Sementara itu, Dzu Nafar sendiri ditawan oleh pasukan Abrahah.

Sesampainya di negeri Syam, Abrahah diadang oleh pasukan Al-Nufail bin Habib Al-Sami yang juga berisi gabungan suku Syahran dan Nahis. Akan tetapi, Abrahah pun dapat mengalahkan mereka dan menawan Nufail bin Habib. Abrahah ingin membunuh Nufail, tetapi ia memaafkan Nufail dan membawanya untuk menjadi petunjuk jalan ke negeri Hizaz. Ketika mendekati daerah Thaif, penduduk Tsaqid menemui Abrahah. Mereka bersikap baik kepadanya karena khawatir dengan rumah ibadah mereka yang bernama Latta. Mereka memuliakan Abrahah dan pasukannya. Lalu, mereka mengutus Abu Raghal sebagai penunjuk jalan.

Ketika Abrahah tiba di daerah Al-Muhammas dekat Kota Mekah, ia dan pasukannya berhenti di sana. Lalu, pasukannya merampas harta milik penduduk Mekkah yang terdiri dari unta dan sebagainya. Dari semua harta yang diambil, ada 200 ekor unta milik Abdul Muthalib. Berdasarkan riwayat Ibnu Ishaq, orang yang merampas harta Mekkah—atas perintah Abrahah—adalah panglima pasukan garis depan yang bernama Al-Aswad bin Maqshud sehingga beberapa orang Arab mencelanya.

BACA JUGA: Kisah Abrahah yang Ingin Menghancurkan Ka’bah (Bagian Pertama)

Abraham mengutus Hanathah Al-Himyari ke Mekkah. Abrahah memerintahkan Hanathah mengajak para pembesar Quraisy untuk menemuinya. Hanathah juga diperintahkan untuk memberitahu pada pembesar Quraisy bahwa sang raja—Abrahah—tidak datang untuk memerangi mereka, kecuali jika mereka menghalangi atau melindungi Ka’bah. Ketika Hanathah tiba di Mekkah, ia bertemu dengan Abdul Muthalib bin Hasyim. Hanathah menyampaikan pesan Abrahah. Lalu, Abdul Muthalib berkata, “Demi Allah, kami tidak ingin memeranginya. Kami tidak punya kekuatan untuk berperang. Inilah Baitullah Al-Haram (rumah Allah yang mulia) dan rumah Khalil-nya Ibrahim. Jika Dia berkehendak melindunginya, rumah ini memang rumah suci dan haramnya (yang Allah haramkan menghancurkannya). Jika Allah berkehendak membiarkannya, kami pun tidak kuasa membela rumah ini.” Hanathah pun menjawab, “Baiklah. Mari pergi bersamaku untuk menemui Abrahah.” Maka, Abdul Muthalib pergi bersama Hanathah untuk menemui Abrahah.

Ketika Abraham melihat Abdul Muthalib, dia langsung menghormatinya. Abdul Muthalib merupakan pria berbadan besar dan berwajah tampan. Abrahah pun turun dari singgasananya dan duduk bersama Abdul Muthalib di atas permadani. Ia berkata kepada juru bicaranya (penerjemahnya), “Tanyakan kepadanya, apa yang ia butuhkan?” Maka, Abdul Muthalib berkata kepada juru bicara Abrahah,”Sesungguhnya yang aku butuhkan adalah 200 unta milikku yang telah diambil. Aku mohon Baginda Raja berkenan untuk mengembalikannya kepadaku.”

Abrahah pun berkata kepada penerjemah, “Katakan padanya, ‘Sungguh kamu telah membuatku kagum ketika aku melihatmu. Akan tetapi, sekarang aku memandangmu remeh karena kamu masih membicarakan 200 unta milikmu, sementara kamu membiarkan Ka’bah yang merupakan simbol agamamu dan agama nenek moyangmu. Padahal, aku datang ke sini untuk menghancurkannya. Tidakkah kamu membicarakan hal itu denganku?’” Maka, Abdul Muthalib berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah pemilik unta, sedangkan Ka’bah mempunyai pemiliknya sendiri (Allah). Dia-lah yang akan membelanya.” Mendengar hal itu, Abrahah berkata, “Dia tidak akan bisa mencegahku.” Abdul Muthalib menjawab, “Itu urusanmu.”

Ada yang menceritakan bahwa Abdul Muthalib menemui Abrahah beserta sejumlah pembesar orang-orang Arab. Mereka menawarkan sepertiga harta mereka kepada Abrahah dengan syarat Abrahah mengurungkan niatnya. Akan tetapi, Abrahah menolak. Ia juga mengembalikan unta milik Abdul Muthalib. Kemudian, Abdul Muthalib mengumpulkan penduduk Mekkah. Ia memerintahkan mereka agar keluar dari kota Mekkah dan berlindung di atas puncak gunung. Abdul Muthalib takut mereka terkena efek amukan pasukan Abrahah.

BACA JUGA: Kisah Kaum ‘Ad, Kaum Sombong yang Diterbangkan Angin

Kemudian, Abdul Muthalib berdiri dan memegang lingkaran besi yang ada di pintu Ka’bah. Bersama sebagian orang Quraisy, ia berdoa kepada Allah demi meminta pertolongan atas serangan Abrahah dan pasukannya. Abdul Muthalib berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya manusia melindungi tempat tinggalnya. Maka, lindungilah tempat suci-Mu. Jangan sampai salib dan tipu mereka mengalahkan tipu daya-Mu esok hari.” Ibnu Ishak berkata, “Kemudian melepaskan lingkaran besi yang ada di pintu Ka’bah. Lalu, ia dan orang-orang Quraisy meninggalkan Mekkah menuju puncak gunung.” Muqatil bin Sulaiman menceritakan bahwa mereka meninggalkan 100 ekor unta yang berkalung di Ka’bah. Hal ini dilakukan untuk menguji pasukan Abrahah seandainya mereka tergiur untuk mencuri unta-unta tersebut. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan balasan dari Allah.[bersambung ke bagian terakhir]

 

SUMBER: TAFSIR JUZ AMMA, karya Ust. Firanda Andirja

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response