Historia/Tarikh

Sejarah Perang Tabuk (Bagian Pertama dari Tiga Tulisan)

foto: Unsplash
40views

Penaklukan Mekkah merupakan perang yang memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Setelah itu, tidak ada tempat untuk meragukan dan menyangsikan risalah Muhammad ﷺ di seluruh Jazirah Arab. Karena itu, perjalanan sesudahnya pun bisa berubah total dan semua manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong- bondong. Hal ini bisa dilihat dari uraian mengenai kedatangan berbagai utusan dan jumlah kaum Muslimin yang datang pada Haji Wada, yang sekaligus menandai berakhirnya kendala internal, hingga kaum Muslimin bisa hidup tenang; bebas mengajarkan syariat Allah dan menyebarkan dakwah.

Latar Belakang Peperangan

Rupanya masih ada satu kekuatan yang mengadang perjalanan kaum Muslimin dan hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, yaitu kekuatan Romawi; kekuatan militer yang paling besar di muka bumi pada zaman itu. Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, api peperangan ini sudah dinyalakan dengan dibunuhnya duta Rasulullah Sawa yakni Al-Harits bin Umair, di tangan Syurahbil bin Amr Al-Ghassani saat Al-Harits membawa surat beliau yang ditujukan kepada pemimpin Bushra.

Setelah itu, beliau mengirim satuan pasukan yang dipimpin Zaid bin Haritsah, yang kemudian harus bertempur dengan pasukan Romawi dengan pertempuran yang dahsyat di Mu’tah, tanpa membawa hasil yang berarti dari orang-orang yang zalim itu. Tetapi, setidak-tidaknya peristiwa ini mampu meninggalkan pengaruh yang sangat besar di dalam jiwa bangsa Arab, yang dekat maupun yang jauh.

BACA JUGA: Sejarah Perang Mu’tah (Bagian Pertama dari Dua Tulisan)

Kaisar (Heraklius) juga tidak mengelak pengaruh yang sangat menguntungkan kaum Muslimin dari peperangan Mu’tah. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya kabilah-kabilah Arab yang melepaskan diri dari kekuasaan kaisar, lalu bergabung dengan kaum Muslimin. Lama-kelamaan, hal ini bisa membahayakan kekuasaan mereka terhadap wilayah-wilayah Arab. Pilihan yang ada bagi pasukan Romawi hanya menghancurkan kekuatan kaum Muslimin sebelum merembet dan berkembang menjadi besar serta menimbulkan keresahan di wilayah-wilayah Arab yang berbatasan dengan wilayah keemasaan Romawi. Dengan pertimbangan seperti ini, belum genap setahun setelah Perang Mu’tah, kaisar sudah mempersiapkan pasukan Romawi dan Arab yang tunduk kepada kekuasaannya dari Bani Ghassan dan lain-lainnya. Mereka sudah siap untuk terjun dalam medan perang besar-besaran.

Informasi Simpang Siur tentang Persiapan Pasukan Romawi dan Ghassan

Banyak informasi yang masuk ke Madinah tentang persiapan pasukan Romawi untuk bertempur secara besar-besaran melawan kaum Muslimin hingga setiap detik penduduk Madinah seperti dibayangi perasaan takut. Setiap kali mereka mendengar suara yang terasa ganjil, pasti diasumsikan sebagai suara pasukan Romawi. Keadaan seperti ini dapat terlihat jelas sebagaimana dialami sendiri oleh Umar bin Al-Khaththab.

Pada waktu itu, Nabi ﷺ menghindari istri-istri beliau selama sebulan penuh. Sementara, para sahabat sendiri tidak tahu-menahu duduk perkara yang sebenarnya hingga mereka mengira beliau telah menceraikan mereka semua. Tentu saja, hal ini menimbulkan kekhawatiran dan kegundahan di hati mereka. Umar bin Al-Khaththab menuturkan kisah ini, “Aku mempunyai seorang sahabat karib dari Anshar. Apabila aku sedang tidak ada di tempat, dia akan mendatangiku lalu menyampaikan kabar yang perlu disampaikan, dan jika dia tidak ada di tempat, akulah yang mendatanginya dan mengabarkan apa yang perlu kukabarkan. Keduanya menetap di dataran tinggi di Madinah dan secara bergiliran mereka biasa menemui Nabi. Pada waktu itu kami dirasuki perasaan takut bila di antara Raja Ghassan ada yang menyerang kami-menurut informasi yang berkembang. Dada kami benar-benar dipenuhi tanda tanya mengenai masalah ini. Tiba-tiba, rekan karibku dari Anshar itu mengetuk pintu rumahku sambil berkata, ‘Bukalah, bukalah!’ Aku bertanya, ‘Apakah orang-orang Ghassan sudah tiba?’ la menjawab, bahkan lebih dahsyat dari itu. Rasulullah ﷺ menjauhi istri-istri beliau.’”

Dalam lafal lain disebutkan bahwa Umar berkata, “Sebelumnya kami sudah membicarakan Bani Ghassan yang hendak menyerang kami. Saat rekanku mendapat giliran ke rumah Nabi ﷺ, dia kembali pada waktu Isya dan langsung mengetuk pintu rumahku keras-keras. ‘Apakah dia sedang tidur?’ tanyanya kepada diri sendiri.

Aku kaget sekali dan langsung keluar menemuinya. Dia berkata lagi, ‘Ada masalah yang sangat besar.’ Aku bertanya, ‘Apa itu? Apakah orang- orang Ghassan sudah tiba?’ la menjawab, ‘Bukan, bahkan lebih besar dan lebih jauh dari persoalan itu. Rasulullah ﷺ menceraikan istri-istri beliau.’”

Ini menunjukkan betapa rawannya keadaan saat itu, di mana orang-orang Muslim harus menghadapi pasukan Romawi. Keadaan ini semakin diperparah karena ulah orang-orang munafik yang berkasak-kusuk tentang persiapan pasukan Romawi. Sekalipun orang-orang munafik ini sudah melihat sendiri keberhasilan Rasulullah Saw di segala medan, dan kekuatan macam apa pun yang ada di muka bumi ini pasti akan lebur jika berani mengadang jalan beliau, tetapi mereka masih saja berharap dapat mewujudkan apa yang tersembunyi di dalam dada mereka, yaitu menginginkan kehancuran Islam serta para pemeluknya.

Karena tampaknya harapan mereka akan segera terwujud, mereka pun mulai membuat strategi dan konspirasi, dengan mendirikan sebuah masjid, yaitu Masjid Dhirar. Mereka mendirikan masjid ini sebagai bentuk pengingkaran, dan hendak menciptakan perpecahan di antara orang- orang Mukmin, serta untuk menampung orang-orang yang hendak memusuhi Allah dan Rasul-Nya.

Mereka menawarkan kepada Rasulullah ﷺ agar shalat di dalamnya. Tujuan mereka untuk mengecoh orang-orang Mukmin sehingga mereka tidak berpikir bahwa sebenarnya masjid ini hanya sebagai kedok belaka, yang dibangun justru untuk memusuhi orang-orang Muslim, sekaligus menjadi tempat penampungan yang aman bagi orang-orang munafik dan rekan-rekan mereka dari luar. Tetapi, beliau tidak segera memenuhi tawaran mereka. Beliau menangguhkannya hingga nanti setelah pulang dari medan peperangan karena perhatian beliau terpusat untuk mengadakan persiapan perang. Mereka pun gagal dan bahkan Allah melecehkan mereka serta menyibak niat jahat mereka, hingga akhirnya beliau menghancurkan masjid tersebut sepulang dari peperangan.

BACA JUGA: Sejarah Perang Mu’tah (Bagian Kedua – Habis)

Informasi Khusus dan Akurat tentang Persiapan Pasukan Romawi beserta Ghassan

Begitulah informasi yang masih simpang siur yang diterima kaum Muslimin dan gambaran keadaan mereka saat itu, hingga kemudian ada serombongan orang yang datang dari Syam ke Madinah sambil membawa minyak. Mereka mengabarkan bahwa Heraklius sudah menyiapkan pasukan yang sangat besar, berkekuatan 40 ribu prajurit, yang dipimpin salah seorang pembesar Romawi. Beberapa kabilah juga bergabung bersama mereka, seperti kabilah Lakhm, Judzam, dan kabilah-kabilah Arab lain yang beragama Nasrani. Pasukan mereka yang terdepan sudah tiba di Balqa’. Begitulah keadaan genting yang harus dihadapi orang-orang Muslim.

Keadaan ini semakin buruk karena saat itu bertepatan dengan musim kemarau yang sangat panas dan kering. Orang-orang menghadapi keadaan yang lebih sulit dan jarang menampakkan diri. Sementara itu, buah-buahan sudah mulai masak sehingga mereka lebih suka berada di kebun dan keteduhan pepohonannya. Jarak yang harus mereka tempuh jika harus berperang juga sangat jauh dan sulit.[]

Bersambung ke bagian kedua

SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Penulis: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakafuri, Penerbit: Ummul Qura

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response