Ibrah

Gambaran Utuh Sosok Rasulullah (Bagian Kedua dari Tiga Tulisan)

Foto: Pixabay
30views

Kesempurnaan Jiwa dan Kemuliaan Akhlak

Nabi lain daripada yang lain karena kefasihan bicaranya, kejelasan ucapannya, yang selalu disampaikan pada kesempatan yang paling tepat dan di tempat yang tidak sulit diketahui. Ucapan beliau lancar, jernih kata-katanya, jelas pengucapan dan maknanya, sedikit ditahan, disisipi kata-kata yang luas maknanya, mengkhususkan pada penekanan-penekanan hukum, mengetahui logat-logat bahasa Arab, berbicara dengan setiap kabilah Arab menurut logat masing-masing, berdialog dengan mereka menurut bahasa masing-masing, ada kekuatan pola bahasa Baduy yang cerdas berhimpun pada dirinya, begitu pula kejernihan dan kejelasan cara bicara orang yang sudah beradab, berkat kekuatan yang datang dari Allah dan diantarkan lewat wahyu.

BACA JUGA: Penegasan Bahwa Nabi Muhammad adalah Manusia Biasa

Beliau adalah orang yang lembut, murah hati, mampu menguasai diri, suka memaafkan saat memegang kekuasaan dan sabar saat ditekan. Ini semua merupakan sifat-sifat yang diajarkan Allah. Orang yang murah hati bisa saja tergelincir dan terperosok. Tetapi, sekian banyak gangguan yang tertuju kepada beliau justru menambah kesabaran beliau. Tingkah polah orang-orang bodoh yang berlebih-lebihan justru menambah kemurahan hati beliau.

Aisyah berkata, “Jika Rasulullah ﷺ harus memilih antara dua perkara, tentu belum memilih yang paling mudah di antara keduanya, selagi itu bukan suatu dosa. Jika suatu dosa, maka beliau adalah orang yang paling menjauh darinya. Beliau tidak membalas untuk dirinya sendiri kecuali jika ada pelanggaran terhadap kehormatan Allah, lalu dia membalas karena Allah. Beliau adalah orang yang paling tidak mudah marah dan paling cepat ridha.”

Di antara sifat kemurahan hati dan kedermawanan beliau yang sulit digambarkan, bahwa beliau memberikan apa pun dan tidak takut menjadi miskin. Ibnu Abbas berkata, ”Nabi ﷺ adalah orang yang paling murah hati. Kemurahan hati beliau yang paling menonjol ialah pada bulan Ramadhan saat dihampiri Jibril. Jibril menghampiri beliau setiap malam pada bulan Ramadan untuk mengajarkan Al-Quran kepada beliau. Beliau benar-benar orang yang lebih murah hati untuk hal-hal yang baik daripada angin yang berembus.” Jabir berkata, “Tidak pernah beliau dimintai sesuatu, lalu menjawab, ‘Tida,k.”

Rasulullah ﷺ memiliki keberanian, patriotisme, dan kekuatan yang sulit diukur dan tidak terlalu sulit untuk diketahui di mana keberadaannya. Beliau adalah orang yang paling pemberani mendatangi tempat-tempat yang sulit. Banyak para pemberani dan patriot yang justru lari dari hadapan beliau. Beliau adalah orang yang tegas dan tidak bisa diusik, terus maju dan tidak mundur serta tidak gentar. Siapa pun orang pemberani tentu akan lari menghindar dari hadapan beliau. Ali berkata, “Jika kami sedang dikepung ketakutan dan bahaya, maka kami berlindung kepada Rasulullah ﷺ. Tak seorang pun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh selain beliau.”

Anas berkata, “Suatu malam Penduduk Madinah dikejutkan oleh suara asing. Lalu, orang-orang bergegas menuju ke sumber suara tersebut. Mereka bertemu Rasulullah ﷺ yang sudah kembali dari sumber suara itu. Beliau lebih dahulu datang ke sana daripada mereka. Saat itu, beliau menunggang kuda milik Abu Thalhah dan di leher beliau ada pedang. Beliau bersabda, “Kalian tak usah gentar. Kalian tidak usah gentar!”

BACA JUGA:Gambaran Utuh Sosok Rasulullah (Bagian Pertama dari Tiga Tulisan) 

Nabi adalah orang yang paling pemalu dan suka menundukkan mata. Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Beliau adalah orang yang lebih pemalu daripada gadis di tempat pingitannya. Jika tidak menyukai sesuatu, maka bisa diketahui dari raut mukanya.”

Beliau tidak pernah lama memandang wajah seseorang, menundukkan pandangan, lebih banyak memandang ke arah tanah daripada memandang ke arah langit, pandangannya jeli, tidak bisa bicara langsung di hadapan seseorang yang membuatnya malu, tidak menyebut nama seseorang secara jelas jika beliau mendengar sesuatu yang kurang disenanginya, tetapi beliau bertanya, “Mengapa orang-orang itu berbuat begitu?”

Tepat sekali bila beliau dikatakan Al-Farazdaq dalam syairnya:

Menunduk karena malu dan menunduk karena enggan

Tiada berbicara dengan seseorang kecuali saat tersenyum

Nabi adalah sosok yang paling adil, paling mampu menahan diri, paling jujur perkataannya, dan paling kuat memegang amanat. Orang yang terdekat dan bahkan musuh beliau pun mengikuti hal ini. Sebelum nubuwwah, beliau sudah dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya). Sebelum Islam dan pada masa jahiliyah, beliau juga dijuluki sebagai orang yang berwenang mengambil keputusan pengadilan.

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ali bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada beliau, “Kami tidak mendustakan dirimu, tetapi kami mendustakan apa yang kau bawa.” Karena itu kemudian Allah menurunkan ayat tentang orang-orang yang mendustakan itu dalam Surah Al-An’am (6) ayat 33:

قَدْ نَعْلَمُ اِنَّهٗ لَيَحْزُنُكَ الَّذِيْ يَقُوْلُوْنَ فَاِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُوْنَكَ وَلٰكِنَّ الظّٰلِمِيْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ يَجْحَدُوْنَ

(Janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.”

Heraclius pernah mengajukan pertanyaan kepada Abu Sufyan, “Apakah kalian menuduhnya dusta sebelum dia mengatakan apa yang dia katakan?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak.”

Nabi adalah sosok manusia yang tawadhu (rendah hati) dan paling jauh dari sifat sombong. Beliau tidak menginginkan orang-orang berdiri saat menyambut kedatangannya, seperti yang dilakukan terhadap para raja. Beliau rajin menjenguk orang sakit, duduk-duduk bersama orang-orang miskin, memenuhi undangan hamba sahaya, duduk di tengah para sahabat sama seperti keadaan mereka.

Aisyah berkata beliau biasa menambal terompahnya, menjahit bajunya, melakukan pekerjaan dengan tangannya sendiri, seperti yang dilakukan oleh seseorang di antara kalian di dalam rumahnya. Beliau sama dengan orang lain, mencuci pakaiannya, memerah susu dombanya, dan membereskan urusannya sendiri.”

BACA JUGA:  Peristiwa Pembelahan Dada dan Menjadi Yatim Piatu: Masa Anak-Anak Rasulullah

Beliau adalah orang yang paling konsisten dalam memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling menyayangi dan bersikap lemah lembut kepada orang lain, paling bagus pergaulannya, paling lurus akhlaknya, paling jauh dari akhlak yang buruk, tidak pernah berbuat kekejian dan menganjurkan kepada kekejian, bukan termasuk orang yang suka mengumpat dan mengutuk, dan bukan termasuk orang yang suka membuat kegaduhan di pasar. Beliau tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa, tetapi memaafkan dan lapang dada.

Beliau tidak membiarkan seseorang berjalan di belakangnya, tidak mengungguli hamba sahayanya dan pembantunya dalam masalah makan dan pakaian, membantu orang yang justru seharusnya membantu beliau, tidak pernah membentak pembantunya, tidak menegurnya karena perbuatan pembantunya yang tidak beres atau tidak mau melaksanakan perintahnya, mencintai orang-orang miskin dan suka duduk-duduk bersama mereka, menghadiri jenazah mereka, dan tidak mencela orang miskin karena kemiskinannya.[]

SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Penulis Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Penerbit: Ummul Qura

 

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response