Kabar

Ragam Makna Al-Kautsar

Foto: Pixabay
48views

Surah Al-Kautsar berisi pemuliaan terhadap Nabi Muhammad ﷺ, yaitu Allah telah memberikan Al-Kautsar untuk beliau. Para ulama berbeda pendapat tentang makna al-kautsar.

Pertama, al-kautsar artinya kebaikan yang banyak. Makna ini diambil dari kata katsratun yang berarti banyak. Kemudian, dibentuk dengan wazan fau’al sehingga menjadi al-kautsar. Artinya, Allah telah memberikan banyak kebaikan kepada Nabi Muhammad ﷺ, yaitu sungai Al-Kautsar di surga dan telaga Al-Kautsar di Padang Mahsyar. Oleh sebab itulah, pendapat yang pertama ini bersifat umum.

Pendapat kedua, Al-Kautsar adalah sungai yang khusus dan istimewa di surga, sebagaimana dikuatkan oleh banyak hadis. Salah satu hadisnya adalah sebagai berikut.

Dari Anas r.a. ia berkata, “Suatu saat Rasulullah ﷺ di sisi kami dan saat itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas, beliau mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, ‘Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?’ ‘Baru saja turun kepadaku suatu surah,’ jawab beliau. Lalu beliau membaca Surah Al-Kautsar ayat 1-3:

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ  اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ࣖ

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.(1) Maka, dirikankah shalat karena Rabb-mu dan berkurbanlah! (2) Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus.

BACA JUGA: Tiga Perkara yang akan Ditimbang di Mizan

Kemudian beliau berkata, “Tahukah kalian apa itu al-kautsar?” “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui,” jawab kami. Rasulullah bersabda ﷺ, “Al-Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabb-ku. Sungai itu memiliki kebaikan yang banyak. Itulah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada Hari Kiamat. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun, ada dari sebagian hamba yang tidak dapat minum dari telaga tersebut. Allah berfirman, ‘Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah melakukan amalan baru sesudahmu?'”

Hadis tersebut menunjukkan bahwa telaga Nabi termasuk Al-Kautsar. Telaga Nabi dinamakan juga dengan Al-Kautsar karena sumber airnya berasal dari Sungai Al-Kautsar yang ada di surga. Ibnu Hajar berkata, “Dan telaga Nabi disebut juga dengan Al-Kautsar karena airnya berasal dari Sungai Al-Kautsar. ” Dari Abu Dzarr, ia berkata, “Wahai Rasulullah! Bagaimana dengan bejana yang ada di al-haudh (Telaga Al-Kautsar)?” Nabi menjawab, “Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, wadah untuk minum yang ada di Telaga Al-Kautsar banyaknya seperti jumlah bintang dan benda yang ada di langit pada malam yang gelap gulita. Itulah gelas-gelas di surga. Barang siapa yang minum air telaga tersebut, ia tidak akan merasa haus selamanya. Di telaga tersebut ada dua saluran air yang mengalirkan air dari surga dengan deras. Barang siapa meminum airnya, ia tidak akan merasa haus. Lebarnya sama dengan panjangnya, yaitu seukuran antara Amman dan Ailah. Airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis daripada manisnya madu.”

Nabi ﷺ juga menyebutkan bahwa akan ada sebagian dari umatnya yang datang menuju ke telaga, kemudian diusir. Dari Abu Wail, dari Abdullah, Nabi bersabda, “Aku akan mendahului kalian di Al-Haudh (telaga). Diperlihatkan ke hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan minuman untuk mereka dari al-haudh, mereka dijauhkan dariku. Lantas, aku berkata, ‘Wahai Rabb-ku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu. ”

BACA JUGA: Empat Sifat yang Dapat Menyelamatkan Manusia dari Kerugian

Dalam Riwayat lain dikatakan, “Wahai Rabb-ku, mereka betul-betul pengikutku.” Lalu, Allah berfirman, “Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelah mu.'” kemudian aku (Rasulullah) mengatakan, “Celaka! Celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.”

Demikianlah keadaan yang menimpa orang-orang setelah Nabi ﷺ. Mereka gemar membuat perkara-perkara baru dalam agama. Hadis ini juga menjadi dalil yang sangat kuat bahwa Nabi tidak mengetahui apa yang terjadi dengan umatnya setelah beliau meninggal. Hal ini berbeda dengan keyakinan khurafat sebagian orang yang percaya bahwa Nabi mengetahui keadaan umatnya dan hadir di tengah-tengah mereka.[]

 

SUMBER: TAFSIR JUZ AMMA

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response