Kisah Al-Quran

Jangan Jadikan Harta sebagai Puncak Cita-Cita

Foto: pixabay
51views

Allah subhanahu wata’ala berfiman dalam Surah Al-‘Adiyat (surah ke-100) ayat 8:

وَاِنَّهٗ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ ۗ

dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan.

 

Penjelasan Ayat

Makna al-khairi pada ayat ini adalah harta. Secara bahasa, al-khairi artinya “kebaikan”. Harta dinamakan kebaikan karena demikianlah keadaan manusia. Mereka menganggap harta adalah kebaikan. Padahal, pada hakikatnya, harta tidak selalu seperti itu. Harta dapat menjadi keburukan jika tidak digunakan untuk hal-hal bermanfaat.

Ibnu Zaid berkata: “Allah menamakan harta dengan khairan  (kebaikan) karena manusia menamakan harta dengan demikian ‘kebaikan’ di dunia, dan bisa jadi harta tersebut menjadi keburukan.”

Bahkan, manusia menjadikan harta sebagai barometer atau ukuran kemuliaan seseorang. Jika ada orang kaya raya, ia pasti dihormati karena harta adalah kebaikan menurut manusia. Padahal, bisa jadi si kaya tersebut adalah orang yang terhina di sisi Allah jika ia menggunakan hartanya pada hal-hal yang haram. Allah juga mengungkapkan harta dengan kata al-khairi pada ayat yang lain seperti firman Allah dalam Quran Surah Al-Baqarah (2) ayat 180:

كُتِبَ عَلَيْكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ اِنْ تَرَكَ خَيْرًا ۖ ۨالْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ بِالْمَعْرُوْفِۚ 

Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang di antara kamu, Jika dia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik….

BACA JUGA: Kisah Qarun, Orang Kaya yang Teramat Sombong

Allah mengatakan bahwa manusia sangat mencintai harta. Demikianlah sifat dasar manusia. Hampir tidak ada manusia yang tidak menyukai harta. Harta itu indah dan lezat sehingga wajar jika manusia mencintainya. Bahkan, sebagian manusia rela mengorbankan segalanya demi setumpuk uang atau harta warisan. Ia rela memutus silaturahmi demi mengedepankan uang. Bahkan, ia rela menjual agamanya (murtad) demi harta. Nabi bersabda: “Celakalah hamba dinar, hamba dirham, hamba khamizah (kain yang halus dan mahal). Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah.”

Hidup di dunia ini tidak akan mungkin tanpa adanya harta. Manusia pun harus melewati dunia sebelum menuju akhirat. Namun, apabila harta telah menjadi puncak cita-cita dan tujuan utamanya, saat itulah manusia menjadi tercela. Oleh karena itu, Nabi selalu memohon kepada Allah agar tidak menjadikan dunia sebagai puncak tujuannya. Beliau bersabda: “Ya Allah, jangan engkau jadikan dunia sebagai puncak cita-cita kami.”

Sebagian ulama menafsirkan maksud ayat ini adalah manusia itu sangat bakhil karena sangat mencintai hartanya. Itulah yang diungkapkan Al Hafiz Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Allah berfirman dalam Surah Al-Fajr ayat 17-20:

كَلَّا بَلْ لَّا تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَۙ (17) وَلَا تَحٰۤضُّوْنَ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ (18) وَتَأْكُلُوْنَ التُّرَاثَ اَكْلًا لَّمًّاۙ (19) وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّاۗ(20)

Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim; (17) dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin; (18) sedangkan kamu memakan harta warisan dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang haram); (19) dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan. (20)

BACA JUGA: Bersyukur dengan Hati, Lisan, dan Anggota Badan

Kecintaan terhadap harta yang sangat besar dapat membuat seseorang menjadi bakhil. Ia akan merasa sangat berat ketika mengeluarkan harta untuk orang lain. Bahkan, dia juga bahagia terhadap dirinya sendiri. Orang seperti ini tidak mau mengorbankan hartanya untuk dirinya sendiri. Jika membeli pakaian, ia akan membeli pakaian yang murah. Jika ia membeli kendaraan, ia akan membeli kendaraan yang biasa atau pas-pasan, padahal, ia mampu membeli kendaraan yang lebih bagus daripada itu. Sikap tersebut hanya akan membuat dirinya dan bahkan keluarganya menderita, padahal ia mungkin orang kaya. Semua itu karena kebakhilan dirinya. Mencintai harta adalah sifat manusiawi, tetapi hendaknya tidak berlebih-lebihan hingga menjadikan harta sebagai tujuan utama. Benarlah perkataan sebagian orang, “Peganglah harta itu di tanganmu, tetapi jangan masukkan ke dalam hatimu.”[]

 

SUMBER: TAFSIR JUZ AMMA, karya Ust. Firanda Andirja

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response