Historia/Tarikh

Perjanjian Hudaibiyah: Allah Menahan Tangan Quraisy dan Pengiriman Utsman Sebagai Utusan

24views

Dalam tulisan sebelum ini, telah dikisahkan bahwa Rasulullah dan sekitar 1.400 orang kaum Muslimin memutuskan untuk berangkat ke Masjidil Haram dengan maksud untuk berumrah. Namun, tujuan tersebut dianggap berbeda oleh kaum Quraisy hingga kemudian melakukan upaya untuk menghalangi perjalanan Rasulullah ﷺ tersebut. Bahkan, mereka berniat memerangi Rasulullah dan kaum Muslimin. Karena sedari awal berniat umrah, Rasulullah menghindari bentrokan dan memutuskan untuk menggunakan rute yang memutar. Pada saat di ujung wilayah Hudaibiyah, Rasulullah ﷺ sementara menetap di sana hingga kemudian datanglah Budail bin Warqa’ Al-Khuza’i menawarkan diri menjadi perantara antara Rasulullah ﷺ dan kaum Quraisy. Setelahnya, beberapa utusan Quraisy kemudian menemui Rasulullah ﷺ.

Allah Menahan Tangan Quraisy

Karena para pemuda Quraisy yang semangatnya masih membara menghendaki peperangan, mereka berpikir untuk mencari alternatif lain. Pasalnya para pemimpin mereka bermaksud mengadakan perundingan gencatan senjata. Untuk itu, mereka mengambil keputusan menyusup ke tengah barisan kaum Muslimin pada malam hari dan memancing bara peperangan. Mereka sudah siap-siap untuk melaksanakan rencana ini. Setidaknya, tujuh puluh atau delapan puluh orang di antara mereka yang turun dari gunung Tan’im dan hendak menyusup ke tengah barisan kaum Muslimin.

BACA JUGA: Perjanjian Hudaibiyah: Perjalanan Kaum Muslimin Menuju Masjidil Haram

Namun, Muhammad bin Maslamah yang bertugas sebagai komandan jaga dapat menangkap mereka semua. Karena sejak semula menginginkan suasana damai, maka Nabi ﷺ memaafkan dan melepaskan mereka semua. Sehubungan dengan hal ini, Allah menurunkan firman-Nya dalam Surah Al-Fath (48) ayat 24:

وَهُوَ الَّذِيْ كَفَّ اَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْۢ بَعْدِ اَنْ اَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ ۗوَكَانَ اللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرًا

“Dia-lah (Allah) yang menahan tangan (mencegah) mereka dari (upaya menganiaya) kamu dan menahan tangan (mencegah) kamu dari (upaya menganiaya) mereka di tengah (kota) Mekkah setelah Dia memenangkan kamu atas mereka. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Utsman bin Affan sebagai Duta kepada Pihak Quraisy

Pada saat itu, Rasulullah ﷺ hendak mengutus seorang duta agar menegaskan kepada Quraisy tentang sikap dan tujuan beliau dari perjalanan kali ini. Untuk itu, beliau memanggil Umar bin Al-Khaththab dan hendak menjadikannya sebagai duta. Namun, Umar merasa keberatan dengan mengatakan, “Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun sanak keluargaku dari Bani Ka’ab di Mekkah yang marah jika aku disiksa. Lebih baik utuslah Utsman bin Affan karena sanak keluarganya ada di sana dan dia akan menyampaikan apa yang engkau kehendaki.”

Akhirnya, beliau memanggil Utsman bin Affan dan mengangkatnya sebagai duta untuk menemui Quraisy. Beliau bersabda, “Sampaikan kepada mereka bahwa kita bukan ingin berperang, melainkan datang hendak melaksanakan umrah. Serulah mereka kepada Islam!” Beliau juga menyuruhnya untuk menemui beberapa laki-laki dan wanita Muslim di sana dan menyampaikan kabar gembira kepada mereka tentang datangnya kemenangan dan juga mengabarkan kepada mereka bahwa Allah pasti akan memenangkan agama-Nya di Mekkah sehingga setiap orang di sana pasti akan beriman.

Utsman berangkat hingga dia melewati sekumpulan orang-orang Quraisy di Baldah. Mereka bertanya, “Hendak ke mana engkau?”

“Rasulullah mengutusku untuk ini dan itu,” jawab Utsman.

“Kami mendengar apa yang engkau katakan. Maka laksanakan apa keperluanmu!” kata mereka.

Aban bin Sa’id bin Al-Ash menyambut kedatangannya, menyiapkan kudanya, dan menyuruh Utsman naik ke atas punggung kudanya. Aban memberikan jaminan perlindungan kepada Utsman dan mengawalnya hingga tiba di Mekkah. Dia menyampaikan pengiriman duta ini kepada para pemimpin Quraisy. Sebenarnya mereka menawarkan kepada Utsman untuk melaksanakan tawaf di Ka’bah, tetapi Utsman menolak tawaran ini. Dia tidak akan tawaf sebelum Rasulullah tawaf.

Isu Terbunuhnya Utsman dan Baiat Ridwan

Orang-orang Quraisy cukup lama menahan Utsman bin Affan di Mekkah. Mereka mungkin saja hendak mengajaknya bermusyawarah, memecahkan masalah yang sangat rawan ini, dan mereka merasa puas. Dan, mestinya setelah itu mereka mengembalikan Utsman dengan jawaban yang mereka tulis dalam sebuah surat.

Karena Utsman cukup lama tertahan di pihak Quraisy, tersiarlah kabar angin di kalangan kaum Muslimin bahwa Utsman telah dibunuh. Saat kabar angin ini didengar Rasulullah ﷺ, beliau bersabda, “Kita tidak akan beranjak sebelum membereskan urusan dengan mereka.” Setelah itu beliau memanggil para sahabat untuk melakukan baiat. Maka, mereka berkerumun di sekelilingnya dan mengucapkan baiat untuk tidak melarikan diri. Bahkan, di antara mereka ada yang mengucapkan baiat untuk bersedia mati. Orang pertama yang mengucapkan baiat adalah Abu Sinan Al-Asadi.

BACA JUGA: Perjanjian Hudaibiyah: Kisah Perantara Rasulullah dan Kaum Quraisy

Sementara itu, Salamah bin Al-Akwa’ mengucapkan baiat di hadapan beliau untuk bersedia mati hingga tiga kali; sekali dia ucapkan di depan kerumunan orang, sekali di tengah kerumunan orang, dan sekali di belakang kerumunan orang. Dalam baiat ini, beliau memegang tangannya sendiri lalu bersabda, “Ini (baiat) untuk Utsman.”

Hanya seorang saja yang tidak ikut dalam proses baiat ini. Dia dari golongan orang-orang munafik, namanya Jadd bin Qais. Baiat ini dilaksanakan Rasulullah ﷺ di bawah sebuah pohon. Umar memegang tangan beliau, sedangkan Ma’qal bin Yassar memegangi dahan pohon agar tidak mengenai beliau. Inilah baiat Ridwan yang karenanya Allah menurunkan firman-Nya dalam Surah Al-Fath (48) ayat 18:

 لَقَدْ رَضِيَ اللّٰهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَيْهِمْ وَاَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيْبًاۙ

“Sungguh, Allah benar-benar telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Nabi Muhammad) di bawah sebuah pohon. Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia menganugerahkan ketenangan kepada mereka dan memberi balasan berupa kemenangan yang dekat.”[]

 

SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Penulis: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakafuri, Penerbit: Ummul Qura

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response