Kisah

Kegigihan dan Patriotisme Sa’ad bin Abu Waqqash dan Thalhah bin Ubaidillah

foto: unsplash
26views

Setelah Umarah bin As-Sakan gugur, Rasulullah tinggal bersama dua orang dari kalangan Muhajirin. Di dalam kitab Ash-Shahihain disebutkan sebuah riwayat dari Abu Utsman yang menuturkan, “Tidak ada yang bersama Rasulullah ﷺ pada sebagian waktu dari peperangan tersebut selain Thalhah bin Ubaidillah dan Sa’ad bin Abu Waqqash. Itu merupakan saat yang paling kritis dalam kehidupan Rasulullah ﷺ. Sebaliknya, hal itu merupakan kesempatan emas bagi orang-orang musyrik. Namun, ternyata kesempatan ini tidak bisa mereka pergunakan dengan baik. Padahal, sejak lama mereka selalu menjadikan beliau sebagai sasaran dan mereka sangat berambisi untuk membunuh beliau.

Dalam kondisi yang sangat kritis itu, Utbah bin Abu Waqqash melempar beliau dengan batu hingga mengenai lambung beliau, dan gigi seri yang berdekatan dengan gigi taring bagian kanan bawah, serta melukai wajah beliau. Abdullah bin Syihab Az-Zuhri mendekati beliau ﷺ dan melayangkan pukulannya hingga melukai kening beliau.

BACA JUGA: Mengenal Para Generasi Pertama yang Masuk Islam

Setelah itu, giliran seorang penunggang yang beringas yaitu Abdullah bin Qami’ah. Dia memukulkan pedang ke bahu beliau dengan pukulan keras, yang menyebabkan beliau masih merasa kesakitan hingga lebih dari sebulan. Untunglah, pukulan tersebut tidak sampai menembus dan merusak baju besi yang beliau kenakan.

Setelah itu, ia memukul beliau pada bagian tulang pipi sekeras pukulan yang pertama. Pukulan ini menyebabkan dua mata rantai pengikat topi besi beliau terlepas dan menancap di kening beliau. Abdullah bin Qami’ah mengatakan, “Ambilah barang ini untukmu. Aku adalah Ibnu Qami’ah.”

Sambil mengusap darah di kening, beliau bersabda, “Aqma’akallah (Semoga Allah menghinakan dirimu).”

Di dalam Ash-Shahih disebutkan bahwa gigi seri yang dekat dengan gigi taring beliau pecah dan kepala beliau terluka. Sambil mengusap darah yang mengalir dari lukanya, beliau bersabda, “Bagaimana mungkin suatu kaum mendapat keuntungan jika mereka dapat melukai wajah Rasul-Nya dan memecahkan gigi serinya, padahal dia mendoakan mereka kepada Allah?” Berkaitan dengan sabda beliau ini, Allah menurunkan teguran, sebagaimana tercantum dalam Surah Ali Imran (3) ayat 128:,

لَيْسَ لَكَ مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ اَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَاِنَّهُمْ ظٰلِمُوْنَ

“Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu, apakah Allah menerima tobat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.”

BACA JUGA: Kisah Perang Badar

Dalam riwayat Ath-Thabrani disebutkan beliau bersabda saat itu, “Amat besar kemarahan Allah terhadap suatu kaum yang membuat wajah Rasul-Nya berdarah.” Setelah diam sejenak, beliau bersabda lagi, “Ya Allah, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Hal yang sama juga disebutkan dalam Shahih Muslim. Beliau bersabda, “Ya Rabbi, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Dalam kitab Asy-Syifa karya Al-Qadhi Iyadh disebutkan bahwa beliau berdoa, “Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Tidak dapat diragukan bahwa orang-orang musyrik bermaksud membunuh Rasulullah ﷺ. Hanya saja, dua sahabat yang menyertai beliau, Sa’ad bin Abu Waqqash dan Thalhah bin Ubaidillah berjuang dengan segenap keberanian dan patriotisme yang jarang ditemui. Meski hanya berdua saja, keduanya tidak memberikan kesempatan kepada orang-orang musyrik untuk mewujudkan maksudnya. Mereka berdua memang terkenal sebagai pemanah yang ulung di Jazirah Arab.

Mereka berdua senantiasa melepaskan anak panah sehingga bisa menghalau orang-orang musyrik agar menjauh dari Rasulullah ﷺ. Beliau membantu mengeluarkan anak panah dari tabungnya lalu diserahkan kepada Sa’ad bin Abu Waqqash seraya bersabda, “Panahlah terus, ayah dan ibuku sebagai tebusanmu.” Hal ini menunjukkan seberapa jauh sepak terjang Sa’ad sehingga beliau ﷺ tidak pernah menyebut ayah dan ibu beliau sebagai tebusan selain kepada Sa’ad.

Tentang Thalhah bin Ubaidllah, An-Nasa’i telah meriwayatkan dari Jabir tentang kisah orang-orang musyrik yang mengepung Rasulullah ﷺ yang hanya disertai beberapa orang Anshar. Jabir menuturkan, “Orang-orang musyrik mengetahui posisi Rasulullah ﷺ. Karena itu, beliau bersabda, ‘Bagian siapakah orang-orang itu?’ Thalhah menjawab, ‘Bagian saya.’”

Kemudian Jabir menuturkan sepak terjang orang-orang Anshar dan bagaimana mereka gugur satu demi satu seperti yang diriwayatkan oleh Muslim di atas.

Setelah semua kaum Anshar yang melindungi Rasulullah ﷺ terbunuh, Thalhah maju dan bertempur menghadapi sebelas orang hingga jari-jari tangannya putus. Dia berkata, “Rasakan kamu!” Rasulullah ﷺ menyahut, “Andaikata engkau mengucapkan ‘Bismillah’ tentu para malaikat akan mengangkat dirimu dan orang-orang bisa melihatmu.” Kemudian Allah membuat orang-orang musyrik itu mundur.

Disebutkan di dalam riwayat Al-Hakim bahwa Thalhah menderita 39 atau 35 luka pada Perang Uhud dan jari-jari tangannya putus. Al-Bukhari meriwayatkan dari Qais bin Abu Hazim yang berkata, “Aku melihat jari-jari tangan Thalhah terpotong karena melindungi Nabi pada Perang Uhud. At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa saat itu Nabi bersabda tentang diri Thalhah, “Barang siapa ingin melihat orang mati syahid yang berjalan di muka bumi, hendaklah dia melihat Thalhah bin Ubaidillah.”

BACA JUGA: Kisah Perang Uhud

Abu Daud Ath-Thayalisi meriwayatkan dari Aisyah bahwa dia berkata, “Jika Abu Bakar mengingat Perang Uhud, dia berkata, ‘Hari itu semuanya milik Thalhah’. Dia juga berkata, ‘Wahai Thalhah bin Ubaidillah, sudah selayaknya bila engkau mendapat surga dan duduk di atas kristal-kristal mutiara yang indah.”

Pada saat yang kritis itu, Allah menurunkan pertolongan secara gaib. Di dalam Ash-Shahihain disebutkan riwayat dari Sa’ad yang menuturkan, “Aku melihat Rasulullah ﷺ pada Perang Uhud bersama dua orang yang bertempur dengan gigih dan mengenakan pakaian berwarna putih. Dua orang itu tidak pernah kulihat sebelum maupun sesudah itu.” Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa dua orang itu adalah malaikat Jibril dan Mikail.[]

 

SUMBER: SIRAH RASULULLAH: Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Penulis: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Penerbit: Ummul Qura

 

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response