Ibrah

Pentingnya Bergaul dengan Orang-Orang yang Ikhlas

Foto: Unsplash
52views

Allah berfirman dalam Surah Al-Kahfi (18) ayat 28:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaannya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan di dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”

Dalam ayat tersebut, Allah sebutkan bahwa mereka ini (yang menyeru Allah saat pagi dan petang) adalah orang-orang yang ikhlas. Allah berfirman:

يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ

… mereka mengharapkan wajah Allah….

Firman tersebut adalah dalil bahwasanya seseorang hendaknya selektif dalam berteman dan berusaha mencari teman-teman yang ikhlas. Jadi, kita bisa menentukan baik buruknya seseorang (untuk dijadikan teman) dengan melihat zahirnya dan dengan persangkaan yang kuat.

BACA JUGA: Keistimewaan Pagi dan Petang Hari untuk Mengingat Allah

Contoh untuk hal tersebut adalah, ketika berbicara, orientasinya bukan dunia yang kuat. Ketika berbicara agama, orientasinya bukan dunia. Intinya ketika berbicara apa saja, orientasinya bukan dunia. Karena, ada orang berbicara agama, tetapi orientasinya adalah dunia. Contoh, ketika ada orang yang mengajak untuk mendirikan pondok atau Boarding School karena ingin meraih keuntungan yang tinggi, misalnya, dengan memasang tarif masuk sebesar Rp. 60 juta. Maka, ini jelas orientasinya adalah dunia. Berbeda jika seseorang mengatakan bahwa dengan Rp. 60 juta tersebut akan digunakan sebagai subsidi silang untuk anak yatim maka orientasinya adalah akhirat.

Seseorang, bagaimanapun, akan tampak tujuannya, baik di dunia maupun akhirat. Maka, jangan teperdaya dengan baju seseorang yang lusuh. Kadang pakaiannya lusuh, tetapi otaknya dipenuhi dengan dunia, dan ada orang yang penampilannya mewah tetapi pikirannya bukan hal-hal duniawi. Jadi, bagaimana cara kita mengetahui orientasi seseorang dunia atau akhirat? Dengan cara sering bergaul dengan dirinya. Oleh karenanya, kita diperintahkan untuk selektif dalam memilih teman karena teman sangat mempengaruhi.

Bahkan, Allah memerintahkan Nabi ﷺ agar bersabar dalam bergaul dengan orang-orang yang ikhlas. Nabi ﷺ adalah orang yang sangat ikhlas. Namun, beliau juga membutuhkan teman-teman yang ikhlas dalam mendukung dakwah Nabi ﷺ. Mungkin kita ikhlas, tetapi kita juga membutuhkan teman teman yang ikhlas karena, jika kita ikhlas tetapi teman-teman kita orientasinya adalah dunia, maka lama-kelamaan kita akan terbawa ke orientasi dunia juga.

Selanjutnya, kita katakan ada urusan dunia dan ada urusan akhirat, kita bekerja di dunia namun orientasi tetap akhirat. Dan, jika kita salah dalam bergaul dan berteman dengan orang-orang yang selalu membicarakan dunia dan dunia, maka sejatinya kita sebentar lagi akan meninggal dunia. Ingatlah bahwa kematian, jika datang, tidak memberi pemberitahuan terlebih dahulu. Jika orientasi kita dunia, kita akan merugi. Agar orientasi kita bukan dunia maka jangan salah dalam bergaul karena teman itu sangat berpengaruh.

BACA JUGA: Urgensi Mengiringi Setiap Amal Saleh dengan Dzikir dan Mengingat Allah

Kita bukan dilarang untuk berbicara masalah dunia, tetapi seyogianya saat kita berkumpul maka orientasi kita bukan dunia dan, jika mencari dunia pun, itu untuk akhirat. Kita tidak bisa memastikan seseorang tersebut ikhlas atau tidak. Namun, kita bisa merasakannya lewat pembicaraannya, sikapnya, tulisannya, dan statusnya. Untuk apa kita mengejar dunia tetapi pada akhirnya kita meninggalkan dunia tersebut? Untuk apa kita mengumpulkan dan mengumpulkan sesuatu yang pada akhirnya akan kita tinggalkan?

Firman Allah “mereka mengharapkan wajah Allah” adalah ungkapan dari keikhlasan yang mereka mencari wajah Allah. Para ulama menafsirkan bahwa mereka ingin melihat wajah Allah di surga kelak. Ini menjadi dalil bahwasanya Allah memiliki wajah dan ini sifat dzatiyayh yang diyakini oleh Ahlussunnah Wal Jamaah, yakni bahwasanya Allah memiliki sifat wajah.

Sangat banyak ayat maupun hadis yang menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat wajah, di antaranya ayat ini dan juga firman Allah dalam Surah Ar-Rahman (55) ayat 27:

وَّيَبْقٰى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِۚ

Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

Allah juga berfirman dalam Surah Al-Qashash (28) ayat 88:

وَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۘ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهٗ ۗ لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah akan apa pun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Baginya-lah segala penentuan, dan hanya kepadaNya lah kamu dikembalikan.

Intinya sifat wajah itu ada di Al-Quran dan hadis Nabi ﷺ. Maka, di antara makna “mereka mengharapkan untuk melihat wajah Allah” dan ini butuh dengan keikhlasan.

Para ulama juga mengambil faedah dari ayat ini bahwa Nabi ﷺ diperintahkan untuk bersabar ketika bergaul dengan orang-orang yang miskin. Oleh karenanya, Asy- Syaikh As-Sa’di dalam tafsirnya mengatakan bahwa faedah dari ayat ini bahwasanya siapa yang bersabar untuk bergaul dengan orang-orang fakir dan orang-orang miskin maka dia akan mendapat faedah yang sangat banyak.

BACA JUGA: Pentingnya Memberikan Nasihat Penuh Keikhlasan

Dengan demikian, dalam bergaul hendaknya kita bukan hanya dengan orang-orang kaya saja, melainkan hendaknya kita juga bergaul dengan orang-orang miskin agar kita tahu bagaimana susahnya dia sehingga kita bersyukur dan ada banyak hal lainnya dari manfaat kita bergaul dengan orang yang lebih miskin daripada kita; kita bisa membantunya dan ini merupakan sarana untuk bersedekah, sebagaimana telah lalu yaitu kita tahu bagaimana susahnya kehidupannya sehingga kita bersyukur kepada Allah. Kita lihat bagaimana penderitaan seseorang dan kita menjadi tempat mencurahkan hatinya sehingga banyak pahala yang mungkin kita dapatkan, yaitu kita menjadi orang yang bersyukur, bersabar, dan membantunya dengan bersedekah. Begitulah Asy-Syaikh As-Sa’di mengatakan bahwa banyak faedah dari bergaul dengan orang-orang fakir. Itu sebabnya Allah memerintahkan Nabi ﷺ untuk bersabar dengan orang-orang yang, walaupun fakir, mereka ikhlas kepada Allah.[]

 

 

SUMBER: TAFSIR AT TAYSIR SURAH AL-KAHFI, karya Ust. Firanda Andirja, Penerbit Ustadz Firanda Andirja Office

 

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response