Ibrah

19 Pelajaran Penting dari Kisah Ibunda Nabi Musa

foto: Unsplash
38views

Dari kisah Nabi Musa, salah satu aspek yang harus menjadi bahan renungan atau pelajaran adalah tentang petunjuk dan hikmah terpenting yang dapat kita petik dari ibunda Nabi Musa. Berikut adalah 19 pelajaran terpenting dari kisah ibunda Nabi Musa yang bisa kita petik sebagaimana dikutip dari buku Kisah-Kisah dalam Al-Quran: Orang-Orang yang Dihinakan dan DImuliakan Allah:

Pertama, ibunya Nabi Musa bukanlah seorang nabi. Wahyu Allah kepadanya hanya melalui ilham.

Kedua, kita wajib merasa puas dengan Al-Quran dan hadis shahih dalam mengetahui perincian kisah.

Ketiga, Fir’aun adalah seorang yang sangat zalim, perusak, dan sombong dalam tindakannya membunuh para bayi laki-laki dari keturunan Bani Israil.

Keempat, pematahan dan pelenyapan ambisi Fir’aun di hadapan kehendak Allah ialah karena tidak terjadi sesuatu apa pun, kecuali apa yang dikehendaki Allah.

Kelima, segala upaya yang ditujukan untuk menghalangi kehendak Allah tidak akan berdaya dan lemah. Ia akan gagal, kalah, dan merugi. Sesungguhnya, musuh-musuh Allah, di mana pun mereka berada, sebenarnya menuju kekalahan dengan ceroboh dan bodoh. Siapa yang mampu menang jika memerangi Allah yang Mahakuat dan Mahaperkasa?

BACA JUGA: Ketika Allah Mengembalikan Nabi Musa kepada Ibundanya

Keenam, Allah memilih apa yang Dia kehendaki dari sarana dan cara untuk mewujudkan janji-Nya, melaksanakan kehendak-Nya, memelihara para wali-Nya, dan menaklukkan musuh-musuh-Nya. Orang-orang Mukmin tinggal, dengan perasaan tenang atas putusan Allah, menyerahkan urusan mereka serta bertawakal dengan baik kepada-Nya, dan mengambil sarana serta upaya materi yang dapat mewujudkan kemenangan terhadap kaum kafir.

Ketujuh, bagaimanapun manusia merencanakan, mengorganisasi, mengkaji, dan menggariskan langkah-langkah, semua itu akan lenyap di hadapan takdir dan rekayasa-Nya.

Kedelapan, manusia terkadang tidak berdaya untuk melaksanakan perintah dan membela serta menolong seseorang. Namun, bagi Allah, hal tersebut sangat mudah karena Dia Mahaperkasa dan Maha Pemenang. Tidak ada sesuatu pun yang dapat memerdayai-Nya.

Kesembilan, Allah memiliki bala tentara misterius di langit dan di bumi, tetapi tidak ada yang mengetahui bala tentaranya, kecuali Dia. Bahkan terkadang, tidak terlintas dalam benak manusia bahwa salah seorang dari mereka akan menjadi tentara Allah yang melaksanakan perintah-Nya. Allah memperalat dan mendayagunakan siapa yang dikehendaki-Nya di antara bala tentara itu bagi siapa saja yang juga dikehendaki-Nya.

Kesepuluh, sesungguhnya Allah senantiasa menyertai para wali-Nya semenjak awal kehidupan mereka, bahkan sejak keberadaan mereka di perut ibu mereka. Allah senantiasa melenyapkan segala kendala dan memudahkan jalan bagi mereka serta menyelamatkan mereka dari segala bahaya. Dengan demikian, pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan, jihad, dan posisi mereka.

Kesebelas, Fir’aun durjana yang mengaku Tuhan, justru istananya kebobolan dari dalam. Manusia yang paling dekat dengannya secara kasat mata, yaitu permaisurinya, ingkar kepadanya dan sebaliknya beriman kepada Allah. Allah telah memerintahkan hatinya untuk mencintai Nabi Musa, bayi yang masih menyusu, untuk memelihara dan membelanya. Sementara itu, Fir’aun tidak berdaya menghadapi kenyataan ini sehingga menyetujui segala permintaan permaisurinya.

BACA JUGA: Kisah Nabi Musa yang Menolak Menyusu kepada Para Ibu Susuan

Kedua belas, Allah membuat tipuan terhadap Fir’aun dan membuatnya melakukan perbuatan yang tidak luput dari kecerobohan di hadapan masyarakat. Justru, dia sendiri menyetujui hidupnya seorang bayi laki-laki di sisinya, tumbuh di istananya, serta menjamin, merawat, dan menghidupinya. Padahal, kelak kebinasaan Fir’aun jatuh di tangan bayi tersebut.

Ketiga belas, bagi hamba-hamba-Nya yang saleh, Allah mengganti kehilangan mereka akan orang-orang yang mereka cintai dan menyayangi mereka. Bagi Nabi Musa yang masih menyusu, dia kehilangan dekapan dan kehangatan kasih sayang ibunya selama beberapa saat hingga akhirnya Allah mengembalikan semua itu kepadanya.

Keempat belas, sesungguhnya upaya membentuk sosok yang jantan tidak akan tercapai melalui kekayaan dan kemanjaan, tetapi seharusnya dengan ujian, kedisiplinan, dan keprihatinan. Nabi Musa ditempatkan di dalam peti yang dihanyutkan ke sungai. Sungai ini menghanyutkannya ke pintu gerbang istana Fir’aun serta menyerahkannya sebagai hadiah kepada musuh sengitnya, tetapi Allah senantiasa menjaganya.

Kelima belas, Allah terkadang menguji para wali dan orang-orang kesayangannya. Terkadang, Dia menimpakan kepada mereka bahaya dan musibah. Jika hal ini terjadi pada mereka, ini tidak menjadi dalil yang menunjukkan ketidakcintaan dan ketidakridhaan Allah kepada mereka. Sebaliknya, ujian tersebut untuk mengasah jiwa, memperdalam iman, serta meninggikan derajat dan kedudukan (maqam) di sisi-Nya.

Keenam belas, penolakan kedua bibir Nabi Musa yang masih bayi untuk menyusul dari semua puting susu, kecuali puting susu ibunya, merupakan bantahan terhadap konsep materialis yang mengingkari alam gaib dan dimensi ruh. Mereka tidak menetapkan adanya akal, pilihan, kesadaran, dan kehidupan, kecuali hanya pada manusia.

Ketujuh belas, Allah tidak mengingkari janji-Nya. Allah telah menjanjikan kepada ibunda Nabi Musa untuk mengembalikan anaknya dengan selamat. Akhirnya, Allah mengembalikan Nabi Musa kepadanya dengan cara yang tidak terlintas di benak siapa pun.

Kedelapan belas, diambilnya upah oleh ibunda Nabi Musa dari Fir’aun atas penyusuan pada anaknya dikategorikan sebagai dalil atau bukti yang menunjukkan bahwa Allah sangat memuliakan dan mencurahkan nikmat kepadanya. Hal ini dianggap sebagai suatu contoh bagi orang yang melaksanakan kewajiban dan mengambil upah atas kewajiban yang dijalankannya.

BACA JUGA: Hikmah Pengulangan Kisah Nabi Musa dalam Al-Quran

Kesembilan belas, keharusan mengambil cara-cara manusiawi yang paling efektif dan terbaik untuk perencanaan, pengorganisasian, dan pengambilan keputusan dengan kehati-hatian, kewaspadaan, keamanan dalam menyimpan rahasia dari musuh, kecerdikan, kecerdasan, dan sikap bijak terhadap mereka. Semua ini sebagaimana kita saksikan dari sikap saudari Nabi Musa.[]

 

SUMBER: KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp Group : https://chat.whatsapp.com/G5ssUWfsWPCKrqu4CbNfKE
Instagram: https://instagram.com/pusatstudiquran?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61550224142533&mibextid=ZbWKwL

Leave a Response